Sufficient Grace

Oleh : Hani Rohayani

Nats: 2 Korintus 12: 7-10

Sudahkah anda berdoa hari ini?

Apa yang anda doakan?

Apakah kita lebih banyak mendoakan kebutuhan-kebutuhan kita; kekuatiran-kekuatiran kita, harapan-harapan kita, keingingan-keinginan kita?

Pernahkan kita merasa bahwa kita memang dipelihara oleh Tuhan sampai sekarang, namun kita sebenarnya masih menginginkan kehidupan yang lebih baik? Kita ingin karier yang lebih baik, kita ingin berkat yang lebih besar, kita ingin gaji yang lebih besar, kita ingin masalah yang kita hadapi lebih kecil dan sedikit? Intinya kita menginginkan kehidupan yang lebih baik. Oleh karenanya kita berdoa.

Namun, tidak peduli seberapa banyak kita berdoa, doa-doa kita tersebut tidak semuanya dijawab oleh Tuhan. Tetap ada orang-orang yang tidak menyenangkan di sekitar kita, suasana pekerjaan tetap menjengkelkan bagi kita, kita pun masih terus merasa perlu berkat materi yang lebih. Kita tetap kecewa dengan kehidupan dan terus  menginginkan yang lebih baik. Akhirnya, kita menjadi frustasi dibuatnya.

Kemudian kita mulai bertanya-tanya: “Apakah aku kurang iman sehingga doaku tidak dijawab Tuhan?, apakah doaku salah dan tidak berkenan kepada Tuhan sehingga tidak dijawab?, atau apakah salah punya keinginan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik?”.

Paulus pernah mengalami masalah yang kurang lebih sama. Ia merasa memiliki sebuah kondisi yang sangat tidak menyenangkan yang ia sebut sebagai “duri dalam daging”. Kondisi tersebut membuat dia sangat bergumul. Untuk itu, Paulus sudah berdoa 3 kali agar Tuhan mencabutnya. Namun jawaban Tuhan tidak mengabulkan doa Paulus. Tuhan berkata: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna “ (2 Kor. 12:9).

Pauluspun mengubah doa dan cara pandangnya atas masalah yang ia hadapi. Karena Ia tahu bahwa:

1.    Anugerah Tuhan selalu cukup. Anugerah Tuhan tidak dimaksudkan untuk memenuhi seluruh keinginan kita, keengganan kita menghadapi masalah, bahkan keserakahan kita.

2.    Anugerah Tuhan cukup bagi kita, sekalipun tidak menjawab seluruh keinginan kita. Hal ini diijinkan Tuhan agar kita belajar mencukupkan diri dan belajar bahwa yang memuaskan jiwa kita hanyalah Tuhan Yesus, bukan yang lain.

3.    Anugerah Tuhan cukup bagi kita, karena Ia selalu ada bersama dengan kita di setiap musim hidup kita. Jika Ia bersama dengan kita, maka kita akan mampu menjalani kehidupan kita, tidak peduli apapun yang kita alami.

Tuhan Yesus bersama dengan kita sekalian.  

Previous
Previous

Keluarga Samuel (Bagian II)

Next
Next

Keluarga Samuel (Bagian I)