Keluarga Samuel (Bagian I)

Oleh : Pdt. Djohan Kusnadi

Samuel adalah tokoh yang luar biasa dipakai Tuhan dalam zamannya. Ia dilahirkan dari seorang Ibu bernama Hana yang sudah lama mandul dan mengalami banyak tekanan batin karena istri muda suaminya yang bernama Penina suka menyakiti hati Hana untuk membuat Hana gusar (I Sam. 1:6).

Hana banyak menangis dan tidak mau makan akibat ulah Penina yang sering menyakiti hatinya. Namun satu hal yang luar biasa, Hana mencurahkan isi hatinya dalam doa kepada Tuhan sambil bernazar bahwa bila suatu saat ia berhasil mempunyai anak, maka anak itu akan dipersembahkan kepada Tuhan untuk melayani Tuhan seumur hidupnya. Hasilnya Tuhan mengaruniakan seorang anak laki-laki yang telah lama dinanti-natikannya dan bahkan setelah Samuel dipersembahkan kepada Tuhan, Tuhanpun masih terus mengaruniakan anak-anak kepada Hana. Alkitab mencatat masih ada 6 adik-adik Samuel yang dilahirkan Hana namun yang kelihatannya tetap hidup hanya ada 5 setelah Samuel (I Sam 2:5 bandingkan I Sam 2:21).

Dari kisah ini dapat disimpulkan bahwa kelahiran Samuel adalah sungguh jawaban doa dari Tuhan setelah Hana mengalami banyak pergumulan dalam penderitaan yang panjang.  Ia diserahkan kepada Tuhan karena bagi Hana lebih baik ia punya anak walau harus diserahkan kepada Tuhan dari pada tidak punya anak sama sekali.  Tuhanpun bukan Allah yang memanfaatkan keuntungan dari penderitaan seseorang. Karena Hana menyerahkan anak satu-satunya yang dilahirkan baginya, Tuhanpun membukakan kandungan Hana sehingga ia bisa melahirkan hingga 5 orang adik-adik Samuel yaitu 3 orang adik laki-laki dan 2 orang adik perempuan (1 Sam. 2:21). Luar biasa bukan kasih Tuhan kepada Hana. 

Bukan hanya sampai disana, Samuel ternyata seorang anak yang berkepribadian yang sungguh luar biasa indah dalam ketaatan dan kesucian.  Ia tidak terpengaruh oleh lingkungan yang buruk dari saudara-saudara tirinya yang melayani Tuhan sekaligus melakukan dosa di dalam Bait Allah.  Ia pun tetap hormat kepada ayah angkatnya yaitu Imam Eli yang begitu rakus akan makanan daging yang berlemak serta tidak terlalu peduli terhadap dosa anak-anaknya.  Walaupun itu menjadi batu sandungan bagi orang Israel, Imam Eli tetap tidak berubah. Walaupun kondisi lingkungan yang begitu buruk, itu tidak mempengaruhi kesucian Samuel di hadapan Tuhan.  Sepanjang hidupnya dalam karir pelayanannya sebagai Nabi, ia tidak pernah mengulangi dosa yang sama seperti yang diperbuat oleh Hofni, Pinehas yang adalah kakak angkatnya ataupun menjadi rakus seperti bapat angktanya yaitu Imam Eli.  Luar biasa Samuel dalam menjaga kesucian sepanjang hidupnya.  Samuelpun tidak pernah lalai dalam ketaatannya kepada Tuhan dalam menjaga relasinya dengan Tuhan serta dalam menjalankan tugasnya sebagai Nabi Tuhan.  Walau untuk itu ia harus berjuang keras melawan arus yang penuh kekotoran dan keserahkahan. Bagaimana dengan kita sekalian?

Seringkali lingkungan yang buruk dan contoh yang tidak baik menjadi sebab utama kita untuk mengulangi dosa yang sama.  Betapa banyak tokoh-tokoh di Alkitab seperti Ishak yang meniru kesalahan Abraham, ayahnya yang pernah merelakan Sarah istrinya Abraham untuk diserahkan kepada raja Gerar yaitu Abimelekh. Kini Ishakpun sama ia merelakan Ribka, istrinya dipakai oleh raja Abimelekh, raja orang Gerar Filistin.

Ishak pilih kasih kepada anaknya yaitu Esau karena Ishak suka makan daging sedangkan Esau pandai berburu. Inipun ditiru oleh anaknya Yakub yang memilih Yusuf sebagai anak kesayangannya karena Yusuf penurut dan tidak bercacat dalam hidupnya. Belum lagi di zaman hakim-hakim orang Israel selalu jatuh dalam dosa penyembahan berhala setelah hakim yang memimimpin bangs aitu telah wafat.  Akibatnya mereka dijajah oleh bangsa musuh bertahun-tahun hingga berpuluh-puluh tahun,  setelah itu mereka bertobat dan berseru memanggil Allah, Tuhan allahpun membebaskan mereka dan mereka hidup taat sejauh sang hakim, pemimpin mereka masih hidup namun setelah hakim itu meninggal dunia, mereka Kembali mengulangi dosa yang sama. Itu terjadi terus menerus walau Tuhan sudah mengirim hingga 12 hakim untuk membebaskan mereka dari penjajahan.  Namun dasar bangsa tegar tengkuk, dosa itu terus menerus muncul bila ada kesempatan yaitu sang pemimpin sudah tiada.

Kebiasaan dosa seperti itu tidak ada dalam kehidupan Samuel, ia bersih di hadapan Allah dan juga di hadapan bangsanya seumur hidupnya dan ini hal yang luar biasa dalam diri Samuel. 

Dimanakah letak keberhasilan Samuel?

Satu, ia dilahirkan dari seorang Ibu yang terlalu banyak bergumul dalam penderitaan karena kerap kali disakiti oleh istri muda suaminya karena ia mandul. Jeritan doa yang bertahun-tahun itu seperti tabungan bagi kesuksesan Samuel di kemudian hari.

Doa seorang Ibu yang memohon anak serta nazarnya anak itu kelak menjadi milik Allah membuat campur tangan Tuhan sangat dahsyat dalam diri Samuel.  Penderitaan itu tidaklah selalu meruapakan hal kesialan.  Itu seringkali merupakan benih yang kita taburkan untuk masa depan anak-anak kita kelak.  Segala penderitaan dalam hidup, pengorbanan dalam sakit hati, keuangan, tenaga dan waktu demi untuk terus maju dan berkembangnya pekerjaan Tuhan justru menjadikan terbukanya pintu-pintu berkat yang siap untuk dicurahkan bagi kita dan generasi kita selanjutnya.  Karena itu jangan takut menderita, jangan takut rugi, jangan takut sia-sia bila kita  menghadapi tantangan ataupun penderitaan sekalipun karena nama Tuhan atau pekerjaan Tuhan sebab besar upah yang akan kita peroleh di kemudian hari. 

Berkat itu bukan hanya berupa berkat jasmani namun juga sekaligus berkat rohani.  Berkat itu seringkali berlipat ganda seperti yang dialami oleh Hana, Ayub, dan Tuhan Yesus sendiri.  Hana tidak pernah lagi mengalami ejekan yang menyakitkan hati bahkan diduga jumlah anak Hana lebih banyak dari jumlah anak Penina.  Alkitab mencatat anak Hana ada 7 termasuk Samuel.  Bahkan Samuel dipakai Tuhan luar biasa dan menjadi salah satu tokoh penting dalam sejarah bangsa Israel. Ini semua kaena begitu berat dan lamanya penderitaan dan kesabaran Hana melewati semuanya itu.  Berkat tambahannya nampak anak itu luar biasa dipakai Tuhan ini tantu berkat doa Hana dari jauh untuk kehidupan yang saleh bagi anaknya Samuel.

Dua, Samuel begitu taat kepada Imam Eli betapapun kondisi Imam Eli yang begitu rakus dan tidak menghormati Tuhan. Bagi Samuel, Imam Eli adalah bapa rohani, pemimpin bangsa Israel yang dipilih Tuhan dan ditetapkan Tuhan.  Bila kita menghormati Tuhan maka wajiblah kita menghormati pemimpin yang ditetapkannya walau apapun kondisinya. Ketaatannya begitu terlihat ketika Tuhan pertama kali memanggilnya, maka Samuel tidak menunda atau berlama-lama. 

Ia segera menghampiri sang ‘ayah’ walau hari masih terlalu pagi dan fajar belum menyingsing (I Sam 3:5).  Hal itu terulang hingga tiga kali dan tetap Samuel selalu cepat-cepat sambil berlari menemui sang ayah untuk menanyakan ada apa bapak memanggil aku? Ia tidak pernah berkata: ah, itu pasti panggilan salah dan jawaban bapak pasti sama lagi.  Ia selalu sigap ketika sang ‘ayah’ memanggil walau itu harus diulangi terus sebanyak tiga kali hingga akhirnya Imam Eli sadar bahwa panggilan itu pastilah dari Tuhan Allah walau kondisi masa saat itu jarang sekali ada pesan atau panggilan Tuhan (I Sam 3:1).

Ketaatan seorang anak sungguh anugerah Tuhan yang begitu besar dalam sebuah keluarga.  Ketaatan itu bisa muncul karena memang karakter anak tersebut memang mau taat atau ada kekuatan yang mendorong dirinya untuk bisa selalu taat.  Namun mengapa hal itu bisa terjadi kepada seorang anak sehingga ia bisa taat kepada orang tuanya? Selain point pertama yang disinggung di atas juga disebabkan oleh contoh teladan dan doa dari orang tuanya sebagai point ke dua. 

Hanapun tidak pernah bercacat dalam hidupnya.  Tidak ada catatan kesalahan Hana walau ia yang adalah istri pertama seringkali disakiti hatinya oleh istri ke dua yang sudah merbut suaminya dan sekaligus suka menyakiti hatinya.  Hana tidak pernah berlaku seperti Sarah yang menindas Hagar bahkan menyuruh Abraham untuk mengusir Hagar, istri muda suaminya dan juga mantan pembantunya.  Namun Hana bukanlah tipe istri seperti itu. Ia tetap diam dan hanya menangis untuk mencurahkan sakit hatinya dihadapan Tuhan. Luar biasa bukan, Hana tidak pernah menggunakan haknya walau ia disakiti berulang-ulang kali. Ia juga tidak  pernah melakukan dosa atau kejahatan lainnya sepanjang hidupnya.  Teladan inilah yang diwarisi Samuel sehingga hidupnyapun tetap lurus di hadapan Tuhan.

Sifat dan teladan Hana begitu kuat nampak dalam karakter dan kehidupan Samuel sehingga Tuhan hanya mau berbicara kepada dirinya bukan lagi kepada hambaNya Eli, apalagi kepada anak-anak Eli yang juga adalah Imam-Imam bagi bangsa Israel (I Sam 2:23-24). Samuel memang masih kecil namun ia memiliki kerohanian dan karakter yang menyenangkan hati Tuhan Allah melebihi pemimpin-pemimpin rohani saat itu. Bahkan Tuhan Allah berbicara langsung kepada Samuel yang belum pernah dialami oleh Imam Eli dan anak-anaknya.  Alkitab mencatat bahwa Tuhan Allah berbicara berulang kali kepada Samuel dengan perantaraan Firman-Nya (I Sam. 3:21)

Kerohanian dan karakter Samuel terus menerus terjaga secara konsisten sepanjang hidup dan pelayanan Samuel sehingga Tuhan Allah menyertai Samuel kecil hingga ia dewasa dan bahkan seluruh orang Israel dari Dan sampai Barsyeba bahwa kepada Samuel diberikan jabatan Nabi Tuhan (I Sam 3:19-20) dan Tuhan terus memakai dan memberkati kehidupannya hingga ia tua sampai ia meninggalkan kehidupan ini. 

Sekarang ini banyak hamba Tuhan yang hanya memiliki salah satu saja yaitu kerohanian atau karakter yang baik. Berapa banyak hamba-hamba Tuhan atau pengerja gereja yang kelihatannya kerohaniannya sungguh sangat baik dimana mereka bisa membaca Alkitab dan berdoa secara teratur setiap harinya namun karakternya begitu buruk dan bahkan ada yang lebih buruk dari pada orang-orang yang bukan Kristen. Sungguh aneh bukan? Kedisiplinan rohaninya itu tidak menyentuh apalagi mengubah karakternya sehingga orang mempertanyakan apakah Firman Tuhan itu masih berkuasa untuk mengubahkan hidup seseorang.  Karena di pembawa Firman Tuhan itu hidupnya tidak pernah diubahkan dan itu menjadi buah bibir di kalangan gereja bahkan sampai kepada orang di luar gereja.

Ada juga hamba-hamba Tuhan yang karakternya sungguh baik seperti Kristus namun ia jarang sekali atau tidak pernah membaca Alkitab.  Ia akan membaca Alkitab karena ada tugas khotbah sehingga membaca Alkitab sekedar persiapan khotbah.  Ia juga tidak suka berdoa namun di luar orang mengaguminya karena memang karakternya sangat lembut, murah hati dan penuh dengan buah Roh.  Namun bagi istrinya, ia menganggap suaminya tidak ada relasi yang intim dengan Tuhan. Jarang sekali berdoa atau membaca Alkitab. Waktu luangnya dihabiskan untuk menonton atau bermain game bila ada waktu senggang.

Hamba Tuhan yang sejati haruslah memiliki ke dua unsur ini yaitu kerohanian dan karakter yang baik. Kedua unsur itulah yang menentukan dirinya bisa dipakai Tuhan terus menerus hingga tua bahkan sampai ia menutup mata yang terkahir.  

Previous
Previous

Sufficient Grace

Next
Next

Doa Orang Benar, Besar Kuasanya