Di Balik Tantangan Gereja Tuhan

Oleh : Pdt. Joni Stephen

Sebuah Perenungan “Di Balik Tantangan Gereja Tuhan”
Nats: KPR 8:1-8; KPR 1:8.

Pendahuluan
Pembacaan perikop kita saat ini memberitahukan sejak kematian Stefanus, penganiayaan terhadap orang-orang Kristen terus berlanjut. Penganiayaan tersebut dilakukan oleh pimpinan agama Yahudi yang fanatik, termasuk seorang Farisi yang bernama Saulus. Kita menyaksikan Jemaat di Yerusalem menghadapi suatu tantangan penganiayaan yang tidak bisa dihindari. Lukas melukiskan hebatnya penganiayaan (lihat ayat 1) sehingga mereka semua tersebar (kecuali rasul-rasul) ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. Kita bisa membayangkan begitu dahsyat penganiayaan itu sehingga mereka tersebar keluar dari Yerusalem. Pembunuhan Stefanus bukan menjadi puncak penderitaan orang Kristen tapi menjadi awalnya penganiayaan yang terjadi kemudian.

Pada ayat 2, dikatakan, ”orang-orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat.”
Ayat 3, muncul nama Saulus yang berusaha membinasakan Jemaat itu dan Ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara.
Ayat 1-3, menggambarkan kehidupan orang percaya pada saat itu begitu menderita seperti domba yang dibawa ke dalam pembantaian.
Ketika sampai di sini kita kemudian bisa menyaksikan-apa yang terjadi? Dan bagaimana Allah memelihara umat-Nya?

Pertama, Ayat 4, dikatakan: ”Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri sambil memberitakan Injil.” Di sini kita menyaksikan bahwa penganiayaan di Yerusalem justru menggenapi rencana Allah. Kita ingat peristiwa ketika Yesus naik Ke Surga apa yang Ia katakan, “ tetapi kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”(KPR 1:8)

Kedua, pada ayat 5-8, Jemaat di Yerusalem yang dianiaya itu tersebar dan memberitakan Injil.
ayat 5, dikatakan Filipus pergi ke Samaria dan memberitakan Mesias atau Kristus kepada orang2 di situ.
Ayat 6, dikonfirmasikan pemberitaan Injil dengan mukjizat-mukjizat yang dilakukan sehingga mereka dengan bulat hati mereka menerima Kristus yang diberitakan itu.
Ayat 7, mukjizat apa yang dilakukan Filipus, dikatakan: pengusiran setan terhadap orang-orang yang kerasukan roh-roh jahat dan juga penyembuhan terhadap orang-orang yang timpang dan yang lumpuh.
Ayat 8, dikatakan sangat besar sukacita dalam kota itu.
Mengapa mereka bersukacita? Karena ada Kristus dan mereka menerimanya dan besarlah sukacita di kota itu.
Maka kita bisa melihat di sini di dalam kedaulatan-Nya – Allah mengubah rencana jahat manusia untuk menggenapi rencana-Nya yaitu Injil boleh tersebar ke Yudea dan Samaria bahkan sampai ke ujung bumi.
Pada saat tantangan atau krisis itu terjadi mungkin manusia berpikir sudah habislah dan tamatlah. Tetapi kita melihat di sini justru lewat penganiayaan, Tuhan memakainya untuk memperluas pengabaran Injil dan menggenapi rencana-Nya.

Melalui perikop ini, kita dapat mempelajari bahwa kehidupan Jemaat mula-mula memiliki kehidupan yang bersaksi. Pemberitaan Injil menjadi gaya hidup sehari-hari mereka. Pada saat Roh Kudus dicurahkan mereka berkumpul sebagai jemaat dan mereka bersaksi sehingga banyak orang tertarik dan percaya Tuhan Yesus.

Demikian juga ketika penganiayaan datang dan mereka tersebar, namun mereka tetap bersaksi bagi Kristus sehingga kita menyaksikan Filipus boleh menjadi pemberita Injil di Samaria. Filipus salah seorang diaken yang tercatat di KPR 6:5, namun Tuhan memakai Filipus sebagai pemberita Injil sehingga banyak orang menjadi percaya Tuhan Yesus. Tentunya Filipus adalah orang yang tekun mempelajari pengajaran para rasul yaitu firman Tuhan. Tuhan bisa memakai orang biasa seperti Filipus menjadi saksi-Nya yang luar biasa bagi Kemuliaan-Nya.

Perenungan bagi kita, bagaimana respons kita sebagai Jemaat Tuhan? Marilah kita memahami dan mengaplikasikan bahwa sebenarnya:
1. Tuhan adalah berdaulat penuh atas hidup manusia sekalipun kita sedang menghadapi tantangan yaitu pandemi Covid-19.
2. Tetaplah percaya dan bersaksi bagi Kristus sebagai kesempatan kita melayani Tuhan.
3. Berdoa bagi gereja Tuhan sebagai perwujudan misi Allah di tengah dunia ini. Gereja di mulai dari misi Allah dan untuk pekerjaan Misi Allah. Soli Deo Gloria, Amin.

Previous
Previous

Menyangkal Diri

Next
Next

Menghadapi Penderitaan dalam Terang Firman Tuhan