Keluarga Yosua

Oleh: Pdt. Djohan Kusnadi

Keluarga Yosua adalah keluarga kedua terbaik (setelah keluarga Yusuf) dibandingkan dengan tokoh-tokoh Alkitab sebelumnya. Oleh karena itulah maka dapatlah dikatakan bahwa kepemimpinan Yosua ternyata jauh lebih baik dibandingkan dengan Musa atasannya sekaligus mentornya.

Alasannya karena Yosua berhasil menjadi kepala keluarga yang baik melampaui Musa. Memang dalam segi kepemimpinan dan kuasa sekaligus sebagai kepala bangsa Musa jauh lebih menonjol.  Musa berkali-kali bisa bercakap-cakap dengan Tuhan Allah muka dengan muka.  Pengalaman berjumpa hingga bercakap muka dengan muka dengan Tuhan Allah selama berkali-kali tidak ada yang dapat menandingi Musa. Bahkan mengenai hukum Allah, Tuhan Allah diktekan langsung kepada Musa agar ditulis dan itu diakui kebenarannya dan disebutkan oleh Tuhan Yesus sendiri. Tuhan Yesus terang-terangan mengatakan “Bukankah Musa yang memberikan Hukum Taurat kepadamu... (Yoh. 17:9a).

Sesudah matipun mayat Musa masih diperebutkan antara Malaikat Tuhan dengan iblis dan bahkan Tuhan menghidupkan Musa kembali dan dibawa ke surga karena ada tugas khusus lain yang kelak akan dikerjakan Musa bersama Elia di akhir zaman.  Itu sebabnya tidak pernah seorangpun yang saat itu bisa menemukan mayat Musa atau kuburnya.

Tetapi dalam hal keluarga, Musa tidaklah sebaik Yosua.  Musa banyak meninggalkan dan menelantarkan keluarganya dengan alasan demi keselamatan mereka di tengah-tengah kondisi alam yang kurang bersahabat, bangsa Israel yang tegar tengkuk, keras kepala, dan di tengah-tengah bahaya musuh yang ada di sekeliling bangsa Israel. Musa sengaja menitipkan istri dan anak-anaknya kepada mertuanya.

Ini berbeda dengan Yosua yang selalu tetap bersama dengan keluarga di tengah-tengah tantangan yang sama seperti yang dialami Musa. Yosua tidak pernah memisahkan ataupun terpisahkan dengan keluarganya walau apapun kondisi dan bahaya yang ada. Inilah teladan kepala keluarga yang luar biasa. Keluarga yang baik ini selalu diawali dengan peran suami sekaligus kepala keluarga yang baik.  Itu sangat terlihat jelas dari kehidupan Yosua sejak dari masa mudanya hingga hari tua.

Dalam kalimat pernyataannya yang sangat terkenal yaitu Yosua 24:15: Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN! " Lalu bangsa itu menjawab: "Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain!

Dalam pernyataan ini terlihat jelas bahwa Yosua adalah seorang kepala keluarga yang takut akan Tuhan dan berhasil memimpin seisi keluarganya untuk setia beribadah kepada Tuhan.

Hal ini tentu membawa dampak positif bagi keluarganya dan juga bagi seluruh bangsa.  Mereka semua bertekad penuh untuk tidak lagi mau beribadah kepada allah lain selain Allah yang disembah Yosua dan keluarganya. Hal yang indah ini tidak akan pernah terjadi kepada Musa ataupun pemimpin-pemimpin Israel lainnya.

Tentu hal ini membuat kita bertanya-tanya apa yang menjadi sumber keberhasilan Yosua sehingga bisa menjadi kepala keluarga yang baik sekaligus pemimpin yang berhasil bagi bangsanya?

Alkitab mengisahkan bahwa keberhasilan Yosua karena:

Satu, pada mulanya ia berhasil terpilih sebagai pemimpin dari suku Efraim (suku keturunanYusuf).

Hal ini tidaklah mudah karena ada banyak kriteria yang harus dilalui dan begitu banyak calon-calon pemimpin lain yang menjadi saingannya saat itu.

Syarat dan seleksi yang harus dilewati begitu berat yaitu berupa: segi kecakapan memimpin, kemampuan dan kekuatan fisik untuk berperang, keberanian dan ketangguhan menghadapi musuh, intelektual yang tinggi, karakter yang baik sehingga mampu disukai orang banyak serta kerohanian yang teruji dalam pencobaan.  Semua itu ternyata berhasil dilewati dan Yosua terpilih sebagai pemenangnya. Sebagai hasilnya ia dijuluki pemimpin dari suku Efraim.  Pemimpin dari suku yang ‘dituakan’.

Adakah kita memiliki semangat yang sama seperti Yosua ingin selalu tampil yang lebih baik dari hari kemarin bahkan terus mengajar untuk menjadi yang terbaik agar nama Tuhan semakin dimuliakan dan agar lebih banyak buah-buah yang dihasilkan dari perjuangan keras kita bagi kerajaan-Nya?

Kalau kita ingat bahwa Efraim adalah keturunan Yusuf yang diangkat oleh Abraham sebagai anak sulung menggantikan Ruben yang telah jatuh dalam kesalahan fatal yaitu meniduri Bilha, salah satu istri ayahnya.  Oleh karena itu Ruben dicoret statusnya sebagai anak sulung dan digantikan oleh Yusuf. Dan Efraim adalah salah satu dari anak Yusuf yang terpilih menjadi suku yang paling dihormati sebagai anak ‘tertua’ suku Israel.

Dua, Yosua taat dan tunduk sepenuhnya kepada perintah Musa atasannya.

Hal itu terlihat jelas ketika disuruh memimpin pasukan mengalahkan bangsa Amalek (Kel 17:9-14) sampai sehari penuh. Ini sungguh perjuangan yang sangat berat dan sangat beresiko tinggi bagi jabatan pemimpin pasukan.  Bila Yosua sampai kalah, bisa saja ia tewas dalam pertempuran itu dan akibatnya hal itu membawa malapetaka dan menjatuhkan harga diri bangsa. Pastilah banyak korban yang akan tewas akibat kekalahan itu. Resiko lainnya bila sampai kalah adalah jabatan kepala pasukan itu bisa segera dicopot dari pundaknya. Itu tentu menjatuhkan harga dirinya dan keluarganya serta nama sukunya.

Yosua taat menunaikan tugas berat dari atasannya sampai tuntas walau untuk hal itu ia harus berjuang antara kalah dan menang sehingga harus ditopang oleh terangkatnya tangan Musa memohon kemenangan dari Tuhan dan untuk itu ia harus berjuang sehari penuh sampai ia dan pasukannya sangat kelelahan akibat pertempuran sengit itu (Kel 17:13). Jerih lelahnya akhirnya terobati. Selain mendapat hal-hal positif dari bangsa Israel dan juga pemimpinnya Musa,Tuhan Allahpun menunjukan kasih-Nya kepada Yosua dengan menyuruh Musa menuliskan peristiwa itu dalam suatu Kitab dan mengingatkan ke telinga Yosua bahwa Tuhan akan menghapuskan sama sekali ingatan kepada bangsa Amalek dari kolong langit (Kel. 17:14). Ketaatannya kepada Perintah dari orang yang dipilih dan diurapi Tuhan ternyata membuat Tuhan berkenan kepada Yosua.

Bagaimana dengan Anda? Adakah kita memiliki semangat yang sama seperti Yosua untuk mau menaati pemimpin rohani yang berjaga-jaga atas jiwamu (Ibr 13:17)? Hasilnya tentu akan sama yaitu penghargaan dari Tuhan yang mengutus hamba-hambaNya bagi kita semua yang percaya.

Previous
Previous

Tuhan Yesus Tidak Pernah Meninggalkan Kita

Next
Next

Perkataan Yesus di Salib