Keluarga Otniel (Bagian I)

Oleh: Pdt. Djohan Kusnadi

Kisah tentang Otniel memang tidak banyak diceritakan di dalam Alkitab. Hanya ada dua berita utama yang muncul berkenaan dengan Otniel yaitu: Hakim- Hakim 1: 13: Dan Otniel, anak Kenas adik Kaleb, merebut kota itu; lalu Kaleb memberikan Akhsa, anaknya, kepadanya menjadi isterinya. 14 Ketika perempuan itu tiba, dibujuknya suaminya untuk meminta sebidang ladang kepada ayahnya. Maka turunlah perempuan itu dari keledainya, lalu berkatalah Kaleb kepadanya: "Ada apa?"; 15  Jawabnya kepadanya: "Berikanlah kepadaku suatu hadiah; telah kauberikan kepadaku tanah yang gersang, berikanlah juga kepadaku mata air". Lalu Kaleb memberikan kepadanya mata air yang di hulu dan mata air yang di hilir.

Hakim-hakim 3:9: Lalu berserulah orang Israel kepada TUHAN, maka TUHAN membangkitkan seorang penyelamat bagi orang Israel, yakni Otniel, anak Kenas adik Kaleb. 10 Roh TUHAN menghinggapi dia   dan ia menghakimi orang Israel. Ia maju berperang, lalu TUHAN menyerahkan Kusyan-Risyataim, raja Aram, ke dalam tangannya, sehingga ia mengalahkan Kusyan-Risyataim. 11 Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya. Kemudian matilah Otniel anak Kenas.

Dari dua bagian kisah tersebut dapatlah diambil beberapa hal yang sangat penting yaitu:
Satu, Otniel adalah keponakan dari Kaleb karena ayah Otniel, Kenaz adalah adik kandung Kaleb. Kaleb adalah seorang pemberani dan ia bersama Yosua pernah melawan arus menyatakan: “kita akan maju dan menduduki negeri ini (Kanaan), sebab kita akan pasti mengalahkannya (Bil. 13:30).

Oleh karena keberanian itulah maka hanya Kaleb dan Yosua yang diperbolehkan masuk ke negeri Perjanjian ini beserta anak cucu dari bangsa Israel. Kaleb itu berasal dari suku Yehuda maka Otnielpun otomatis juga berasal dari suku Yehuda.

Yehuda adalah seorang yang terkenal akan sifat tanggung jawab dan kepedulian kepada saudara-saudaranya. Karena sifat-sifat itulah yang menghantar Yehuda sebagai pemimpin atas saudara-saudaranya dan sifat kepemimpinan dari Yehuda terus mengalir kebanyak keturunan-keturunannya sehingga lahir banyak raja-raja dan pemimpin-pemimpin besar dan salah satunya adalah Otniel. Bahkan Tuhan Yesus yang adalah Raja dari segala raja juga berasal dari suku Yehuda.

Bagaimana dengan kita? Adakah kita mewarisi sifat-sifat positif dari orang tua atau nenek moyang kita? Memang tidak semua dari kita memiliki orang tua atau nenek moyang yang baik namun paling sedikit ada warisan-warisan baik dan luhur yang patut dilestarikan oleh keturunan-keturunannya seperti kejujuran, sopan santun, kerja keras, setia, tahan uji, berani karena benar, tidak sombong dan masih banyak lagi. Betapa indahnya bila sifat-sifat baik dan luhur itu terus diwariskan kepada anak cucu kita. Agar keturunan-keturunan kita terus menjadi orang-orang yang diberkati, gagah perkasa dan disegani banyak orang.

Dua, Otniel adalah seorang pahlawan perang yang gagah perkasa. Ini terlihat dari bagaimana ia berjuang sekuat tenaga bersama-sama dengan suku Yehuda dan suku Simeon sehingga mereka berhasil mengalahkan orang Kanaan dan orang Feris dekat Bezek sekitar sepuluh ribu orang banyaknya (Hak 1:4). Lalu merekapun juga berhasil mengalahkan Yerusalem dan memusnahkan kota itu dengan api (ayat 8). Otniel dan rekan-rekan suku Yehuda dan Simeon juga mengalahkan orang Kanaan di tanah pegunungan, di tanah Negeb, di wilayah Bukit, di Hebron, dan akhirnya Kiryat Sefer (ayat 12).

Kaleb kelihatanya memegang kekuasaan tertinggi saat itu setelah kematian Yosua karena ia bisa melakukan sayembara kepada siapa saja yang bisa mengalahkan dan merebut kota Kiryat Sefer akan diberikan anak gadisnya. Tentu hal ini sangat menarik walau penuh tantangan. Sangat menarik karena Akhsa itu terkenal kecantikannya di seluruh kaum Yehuda. Selain itu berarti menjadi menantu pemimpin bangsa Israel saat itu. Sungguh suatu kehormatan bisa menjadi menantu Kaleb.

Sifat pemberani Kaleb rupanya mengalir ke Otniel yang berani menerima tantangan itu dan Otniel berhasil merebut kota Kiryat Sefer sehingga ialah yang memenangkan sayembara itu dan akhirnya ia menduduki posisi sebagai menantu setelah menikah dengan anak perempuan Kaleb.

Previous
Previous

Melayani Tuhan dengan Apa yang Kita Miliki

Next
Next

Tiga Sudut Pandangan tentang Penderitaan