Hakikat Gereja

Pdt. Joni Stephen

Apa sebenarnya hakikat “Gereja”
(berdasarkan 1 Timotius 3:14-16)
Sebuah Perenungan

Dalam perikop yang singkat ini Paulus memberikan 3 gambaran tentang gereja. Marilah sekarang kita perhatikan tiga gambaran tersebut :

1. Sebagai Keluarga Allah
Alkitab Indonesia (terbitan LAI) menerjemahkan dengan baik di sini istilah tersebut, karena beberapa terjemahan (misal : KJV) memakai “rumah Allah” dalam pengertian suatu bangunan. Terjemahan tersebut tidak salah, bahkan mungkin, tetapi itu bukan maksud utama Paulus. Meskipun kata yang dipakai bisa diterjemahkan “rumah”, tapi konteks menunjukkan bahwa “keluarga” yang dimaksud di sini (bdk. 3:4, 5, 12). Paulus tidak berbicara mengenai bangunan rumah, tetapi mengenai orang-orang di dalam rumah. Gereja Tuhan digambarkan sebagai suatu keluarga. Gambaran ini jelas menekankan pada interaksi antar anggota-anggota keluarga Allah.
Orang-orang percaya adalah anak-anak Allah (I Yoh 3:I). Kita adalah saudara-saudari dalam Kristus dengan Allah sebagai Bapa kita. Maka anggota-anggota keluarga Allah harus memperlakukan dan mengasihi satu dengan yang lain sebagai saudara dan saudari. Kasih melandasi dinamika kehidupan bergereja. Jikalau di suatu gereja sering terjadi pertengkaran, perselisihan, ketidakpedulian, bahkan kebencian terhadap satu dengan yang lain, maka itu bukan gereja yang sehat, bukan gereja yang dikehendaki Allah, bukan gereja yang dimaksud di dalam Alkitab. Paulus sendiri memberikan nasihat kepada Timotius yang masih muda untuk memperlakukan anggota-anggota keluarganya sendiri (I Tim 5:I-2).

2. Jemaat Allah yang Hidup
Kata Yunani “jemaat” di sini adalah ekklesia, yang berarti “mereka yang dipanggil keluar”. Istilah “Allah yang hidup” adalah suatu istilah dalam PL, yang sering dipakai untuk mengontraskan antara Yahweh dan berhala-berhala yang mati. Istilah ini menekankan bahwa Allah adalah satu-satunya Allah dan Ia sendiri adalah sumber kehidupan. Dengan memakai gambaran yang kedua ini, Paulus mengingatkan para pembaca suratnya bagaimana Allah yang hidup telah memanggil mereka keluar dari kegelapan dunia ini. Akan tetapi, panggilan ini juga disertai tanggung jawab untuk hidup layak sesuai dengan Ia yang telah memanggil. Kita perlu ingat bahwa di PL panggilan Allah kepada bangsa Israel untuk keluar dari Mesir untuk bersekutu dengan-Nya menuntut mereka untuk menjadi kudus. Imamat I I:45 “Sebab Akulah Tuhan yang telah menuntun kamu keluar dari tanah Mesir, supaya menjadi Allahmu; jadilah kudus, sebab Aku ini kudus”. Jelaslah keanggotaan sebagai jemaat Allah yang hidup mempunyai tuntutan yang sama. Panggilan untuk hidup kudus bukan hanya panggilan untuk para hamba Tuhan saja tapi panggilan untuk semua orang percaya.

Gambaran ini juga menekankan bahwa Allah yang hidup itu berdiam atau tinggal di antara umat-Nya. Persekutuan orang Kristen itu berbeda dengan kumpulan yang lain karena Allah yang hidup itu berdiam di dalamnya. Bandingkan perkataan Paulus yang mengontraskan tingkah laku orang percaya dan tidak percaya di 2 Korintus 6:14-16. Allah yang hidup tinggal di tengah umat Israel, dan Ia masih tinggal di antara umat-Nya, gereja-Nya. Dalam ibadah kita menyembah Allah yang hidup. Melalui pembacaan dan penjabaran firman Tuhan kita mendengar suara-Nya yang ditujukan kepada kita. Ia menyatakan diri-Nya kepada kita pada waktu kita menghampiri meja perjamuan kudus. Seluruh aspek kehidupan bergereja haruslah diperkaya dengan kesadaran akan kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya.

3. Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran

Paulus memakai gambaran suatu bangunan di sini untuk menjelaskan salah satu fungsi utama gereja. Gambaran ini mudah ditangkap oleh mereka yang tinggal di Efesus karena di kota ini pada saat itu terdapat kuil Diana yang memiliki 127 tiang penopang. Paulus berkata bahwa gereja adalah tiang penopang dan dasar kebenaran. Istilah “kebenaran” di surat-surat Pastoral secara teratur dipakai untuk menunjuk pada isi dari iman Kristen sebagai kebenaran yang mutlak. “Kebenaran” di sini mempunyai arti “iman yang ortodoks”. Istilah “tiang penopang” dipakai untuk menunjuk pada aspek pelayanan gereja yang berkaitan dengan menyatakan (memperlihatkan) kebenaran, sehingga semua orang dapat melihatnya. Sebagai tiang penopang, suatu gereja tidak hanya menopang atau menunjang kebenaran, tetapi juga menjunjung tinggi kebenaran tersebut sehingga orang lain dapat melihatnya.

Kemudian Paulus memakai istilah “dasar”. Istilah ini bisa dimengerti secara keliru karena ini bisa berarti bahwa gereja adalah dasar dari kebenaran Injil, padahal yang benar adalah yang sebaliknya karena PB mengajarkan bahwa kebenaran adalah dasar dari gereja. Kata “dasar” ini adalah suatu kata yang sulit dan hanya muncul sekali di seluruh PB, dan bisa diterjemahkan sebagai : dasar/fondasi, dinding penopang, kubu pertahanan. Dalam hal ini arti “bulwark” kelihatannya lebih tepat dan ini berarti gereja memiliki fungsi untuk melindungi kebenaran sekaligus menjamin bahwa kebenaran itu tidak akan jatuh. Maka salah satu fungsi gereja adalah menjadi kebenaran terhadap serangan ajaran sesat. Gereja adalah penjaga kebenaran rohani. Setiap gereja lokal harus menjadi kubu pertahanan Injil terhadap serangan guru-guru palsu. The church is the servant of truth of God.

Salah satu kebenaran penting yang mana setiap gereja harus pertahankan adalah kebenaran tentang pribadi dan karya Kristus. Di ayat 16 ada 6 pernyataan penting mengenai Yesus Kristus :
Inkarnasi-Nya
Kebangkitan-Nya & Kemenangan-Nya
Pernyataan bahwa Kristus ke semua Bangsa
Respons terhadap Kristus di dalam iman
Kemuliaan-Nya

Sebagai gereja lokal marilah menyajikan Kristus bukan hanya melalui pengajaran atau khotbah saja, tetapi juga melalui kesaksian kehidupan yang benar dari kehidupan anggota-anggota-Nya. Setiap orang percaya harus ingat bahwa mereka terpanggil untuk menopang dan menjunjung tinggi kebenaran Allah dalam firman dan tindakan. Allah yang hidup telah menetapkan gereja-Nya untuk menyaksikan dan memperlihatkan perwujudan kebenaran-Nya. Maka penting sekali bagi suatu gereja untuk memberi prioritas dan perhatian pada kehidupan rohani, karena setiap gereja harus menopang dan memperkuat kebenaran gereja melalui kesaksian iman dan kehidupan jemaat-Nya.

Previous
Previous

Berani Menyatakan Kesaksian Kebenaran - Bagian I

Next
Next

Menyangkal Diri