Orang Kristen Tidak Tahan Proses

Oleh : Hani Rohayani

Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.” – Roma 5:3-4

 Pendahuluan

          ”Kesengsaraan” adalah kalimat yang jarang diperdengarkan di gereja. Hal ini sesuai dengan kecenderungan natural manusia yang selalu berusaha menghindari kesulitan, penderitaan, dan kesengsaraan. Demi menghindari kondisi tersebut, manusia dalam seluruh hidup dan potensinya berusaha sekuat tenaga mencari solusi dan menemukan seluruh alat bantu untuk menghindari kesulitan, penderitaan, dan kesengsaraan. Itu sebabnya, penemuan dalam seluruh aspek kebutuhan manusia diupayakan meringankan beban, mempermudah pekerjaan dan menghindarkan manusia dari penderitaan dan kesengsaraan manusia.

Pembahasan

          Dalam dunia rohani ternyata kecenderungan manusia juga sama. Karena berusaha menghindari kesulitan, penderitaan, dan kesengsaraan, orang mulai membangun teologi dan pengharapan agar terhindar dari semuanya itu. Itulah sebabnya muncul berbagai aliran teologi yang membangun kerangka berpikir agar orang percaya tidak lagi merasakan kesulitan, kesengsaraan, dan penderitaan. Itu sebabnya muncul teologi kemakmuran dan pengajaran-pengajaran yang mengagungkan berkat-berkat jasmani. Efek dari pengajaran-pengajaran seperti itu adalah munculnya penilaian negatif dan penghakiman atas orang percaya yang mengalami kesulitan, penderitaan dan kesengsaraan. Mereka dianggap orang yang dihukum Tuhan, dikutuk Tuhan atau tidak diberkati Tuhan. Dan sebagai kebalikannya, orang-orang percaya berjuang mengejar berkat yang merupakan simbol dari dikasihi Tuhan, diberkati Tuhan dan benar di mata Tuhan.

          Ketika hal ini terjadi dan dilandasi oleh “teologi” yang kurang bertanggungjawab, maka akan menghasilkan:

1.    Orang Percaya, berpotensi kecewa kepada Tuhan.
Hal ini dikarenakan mereka sudah berusaha berdoa, rajin ke gereja, dan membaca Alkitab namun, kehidupan mereka masih juga mengalami kesulitan, penderitaan dan kesengsaraan.

2.    Orang Percaya menghindari proses.
Karena berusaha menghindari kesulitan, penderitaan dan kesengsaraan, maka orang percaya tidak bersedia melewati proses rohani, yang perlu dilatih, dibangun dan dipupuk agar semakin kuat.

Sebagaimana teks kita di atas, ketika menghadapi kesengsaraan, maka reaksi orang percaya seharusnya merasa bangga dan menganggapnya sebagai sebuah peluang dan kesempatan untuk melatih diri dan iman sedemikian rupa yang menghasilkan ketekunan. Ketekunan yang dihasilkan dari kesengsaraan, pada gilirannya akan menghasilkan tahan uji yang selanjutnya berujung kepada pengharapan.

Ketika kesengsaraan diambil dari proses tersebut, maka tidak akan menghasilkan ketekunan, itu berarti tidak akan ada kondisi yagn tahan uji apalagi pengharapan. Sekalipun demikian bukan berarti mari kita mencari-cari kesengsaraan agar mendapatkan ketekunan, tahan uji dan pengharapan. Namun ketika kesengsaraan kita alami, yang perlu kita lakukan adalah:

1.    Jangan menghakimi diri sendiri bahwa kita tidak diberkati, tidak dikasihi, atau dikutuk Tuhan (jangan menghakimi orang lain juga yang mengalaminya).

2.    Memiliki cara pandang yang benar, bahwa ketika kita diijinkan mengalami kesengsaraan, mari kita pergunakan itu sebagai sebuah proses agar kita menjadi pribadi yang kuat dan lebih baik secara rohani.

3.    Meyakini bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan kita, dan akan selalu bersama kita ketika kita mengalami penderitaan, kesulitan, dan kesengsaraan.

Previous
Previous

Keluarga Rut

Next
Next

Keluarga Rut