Keluarga Saul (Bagian 1)

Pdt. Djohan Kusnadi

Keluarga Saul adalah salah satu keluarga yang bermasalah dalam tokoh-tokoh Alkitab.  Sumber masalahnya terletak dalam diri Saul sendiri sebagai kepala rumah tangga sekaligus sebagai raja Israel. Saul inilah yang menjadi biang kerok merestui serta membubarkan pernikahan anak-anak putrinya. Semua adalah demi kepentingan dirinya dan kerajaannya.

Pada awal mulanya Saul merupakan tokoh yang sangat baik, penurut orang tua khususnya dalam hal mencari keledai-keledai betinanya yang hilang entah kemana (I Sam. 9:3). Saul sangat peduli dengan keledai-keledai ayahnya hingga ia terus mencarinya sampai 3 hari lamanya. Saul juga dikatakan sangat elok dibandingkan dengan semua pria seumurnya bahkan Saul berperawakan lebih tinggi sebahu ke atas dibandingkan dengan semua pria yang ada (I Sam. 9:2). Namun sayang rupanya Saul menjadi pemalu akibat ketinggiannya itu.  Padahal itu sesuatu yang cukup indah bukan? Mungkin karena sering jadi bahan omongan maka Saul menganggap itu hal-hal yang buruk.  Rupanya Saul itu sangat peka dengan ucapan orang di sekelilingnya. Ini terus terbawa Ketika Tuhan mengangkat dirinya menjadi raja.  Sifat yang terlalu peka terhaap ocehan orang lain membuat dirinya suka bereaksi berlebihan.

Dalam usaha mencari keledai ayahnya, rupanya Tuhan sedang memimpin dirinya untuk bisa bertemu dengan Nabi Samuel yang sudah Tuhan nyatakan bahwa Saul inilah raja yang telah dipilih Tuhan untuk memimpin bangsa Israel.  Sehingga setelah bercakap-cakap dengan Saul maka Samuelpun mengurapi Saul menjadi raja Israel yang pertama dan untuk pertama kalinya.

Setelah Saul diurapi menjadi raja maka Tuhan Allahpun terus memperlengkapi dirinya dengan menghinggapi dirinya dengan Roh Allah (I Sam. 10:9) agar sifat batinnya diubahkan.  Sifat batin ini selalu merupakan dasar dan prinsip keberhasilan atau kegagalan seorang pemimpin.  Itulah sebabanya Roh Allah harus memenuhi dirinya agar terus taat dan setia pada pimpinan dan kehendak Tuhan demi kesuksesan dirinya sebagai pemimpin dan demi kesehteraan umat Allah yang dipimpinnya.

Perubahan sifat batin ini karena dihinggapi oleh Roh Allah tentulah tidak bersifat permanen namun perlu terus dipupuk melalui ketaatan kepada Roh Allah itu sendiri. Hasilnya dalam tindakan pertama kalinya sebagai raja, Saul berhasil dengan gilang gemilang.  Janji penyertaan Tuhan sungguh terbukti. Ketika itu suku Yabesh diancam bahwa mata kanan mereka akan dicungkil oleh raja Amon sebagai bukti penaklukan mereka kepada raja Amon.  Setelah mendengar berita itu Roh Tuhan Allah berkuasa atas diri Saul (I Sam. 11:6). Ini bukti penggenapan janji Tuhan kepada Saul sehingga Saul sanggup memimpin pasukan Israel sebanyak 330.000 orang dan ia bisa mengatur strategi dengan membagi pasukan itu menjadi tiga bagian ketika pasukan itu menyerang dan menaklukan bangsa Amon sehingga tidak ada lagi dua orang Amon bersama-sama.  Mereka total dikalahkan dan ditaklukan oleh Saul dan pasukannya. Ini kemenangan terbesar dan mutlak di awal mula masa pemerintahan Saul.

Sungguh sayang Saul yang sudah diperlengkapi oleh Roh Allah yang diam di dalamnya ternyata Saul memiliki sifat untuk memberontak melawan Roh Allah itu sehingga akhirnya Roh Allah itupun meninggalkan dirinya (I Sam. 12:13-14; 15:11; 16:14). 

Pemberontakan Saul atas pimpinan Roh Allah yang nampak adalah:

Satu, Saul tidak pernah menjaga persekutuan dirinya dengan Tuhan. 

Ia sudah diurapi menjadi raja karena anugerah Tuhan saja dan bahkan sudah dipenuhi oleh Roh Allah.  Namun Saul enggan untuk menjaga dan memelihara apa yang sudah bagus dan indah tersebut.  Tidak ada catatan dimana Saul berdoa memohon pimpinan Tuhan atau ia bersaat teduh bersama Allahnya. Tidak ada satupun mazmur atau buku lainnya yang pernah di tulis oleh Saul atau doa Saul kepada Tuhan.  Itu semua karena ia sangat bergantung hanya kepada dirinya dibandingkan kepada Tuhan. Ia menganggap dirinya cukup hebat dalam penampilan, dalam kekayaan, dalam kedudukan dan dalam kuasa sehingga tidak butuh Tuhan untuk menolong dirinya maupun keluarganya.

Ini merupakan akibat dari reaksi bathin yang tadinya begitu minder namun tiba-tiba ia menyadari bahwa dirinya berhasil dan sukses sehingga ia melihat dan membaca dirinya lebih besar dari pada seharusnya.  Seperti seekor kucing yang melihat dirinya di depan cermin sebagai seekor macan. Padahal sebelumnya dirinya yang tinggi dan tampan menjadi begitu jelek akibat terlalu tinggi padahal itu sesuatu yang indah dan orang banyak ingin seperti dirinya.  Tetapi Saul melihat hal itu sebagai tidak normal dan memalukan.  Sekarang Ketika ia baru berhasil sedikit saja ia melihat dirnya sebagai macan padahal masih tetap kucing.

Kesalahan dalam membaca gambar diri ini hanya bisa diobati dan dipulihkan ketika seorang bertemu dengan sang Khalik pencipta alam semesata yang terus membimbing dan memperlengkapi dirinya agar semakin mengenal dirinya dan mengenal kehendak Tuhan Allah dalam rancangan besar atas dirinya sehingga walau sewaktu saat ia berhasil menjadi macan ia menyadari bahwa itu semua karena anugerah-Nya semata-mata karena dirinya kucing dan Tuhanlah yang menjadikan dirinya macan. Sehingga hati yang semakin menundukan diri, dan semakin mensyukuri akan semua anugerah Tuhan terus menerus terjadi karena ia bersaat teduh membaca Firman, merenungkan, melakukan dan berdoa.

Bagaimana dengan Anda? Apa yang Anda cari dan lakukan sewaktu bangun tidur? Apa yang menjadi prioritas Anda setiap hari apakah mencari Tuhan atau menyelesaikan pekerjaan atau masalah yang datang?

Dua, Saul tidak sabar menunggu waktunya Tuhan (I Sam. 13:8-13). Memang bisa dipahami kondisi bangsa Israel yang semakin terjepit dan semakin banyak pasukan Saul yang melarikan diri. Selain itu Saul sudah menunggu tujuh hari lamanya dan Samuel tidak kunjung datang.  Padahal Samuel berjanji bahwa ia akan datang di hari ketujuh sehingga Saul mengambil inisiatif untuk membakar korban persembahan yang sebetulnya adalah tugas dan mandat seorang nabi.  Namun ia memberanikan diri untuk melakukannya demi memohon belas kasihan Tuhan sehingga baru saja ia membakar korban bakaran tiba-tiba Samuel datang tepat seperti yang dijanjikannya. Samuel marah besar dan mengatakan Saul itu bodoh dan kerajaannya tidak akan pernah tetap karena Saul tidak mengikuti perintah Tuhan Allah untuk menunggu dengan sabar (I Sam. 13:13-14).

Kita perlu berhati-hati untuk tetap dan selalu setia menanti waktunya Tuhan terlebih bila janji itu sudah dinyatakan melalui FirmanNya.  Kita perlu dan harus sabar menantikan waktuNya karena Tuhan tidak pernah terlambat dan Tuhanpun tidak pernah tergesa-gesa atau terlalu awal dalam menepati janji Nya. Tugas kita adalah tetap menjadi bejana yang layak dipakai agar kehendak-Nya dinyatakan dan janji-Nya memenuhi kehidupan kita.

Lalai menunggu waktunya Tuhan karena kurang sabar atau kurang beriman karena  kondisi hidup yang semakin terhimpit seringkali membuat kita tidak mendapatkan apa-apa dari Tuhan bahkan justru murka Tuhan karena kita kurang beriman kepada-Nya.  Sekiranya Saul bisa sabar menunggu lima menit lagi maka tentunya kisah kehidupan Saul akan jauh berbeda.  Berkat Tuhan akan mengalir luar biasa dan dinasti kerajaanNya akan terus berlangsung seperti yang Tuhan sudah janjikan.

Ingatlah Tuhan Allah sedang berkarya secara Ajaib disaat kita sedang menunggu waktu-Nya.

Tindakan nekad Saul membakar korban tentu tidak terlepas dari melihat gambar dirinya sebagai seorang macan. Tuhan sedang berkarya secara luar biasa dalam dirinya sehingga ia merasa mengapa semua harus bergantung kepada Samuel? Bukankah dirinya juga diurapi dan dipakai Tuhan.  Apa salahnya bila ia mencoba memposisikan dirinya sebagai seorang Nabi atau Imam sehingga ia akhirnya bisa dipanggil Nabi atau Imam. Bukankah itu sangat indah? Seorang raja juga sekrang bergelar Nabi.  Namun saying Tindakan tergesa-gesa tersebut membuat dirinya justru menimbulkan kemarahan besar dan kerajaannya menjadi mulai goyah akibat kesalahan fatal tersebut.

Disini terlihat kelalaian untuk bersaat teduh menjadikan seorang kurang bijaksana sehingga suka tergesa-gesa mengambil tindakan dan itu berakibat fatal bagi dirinya, kejayaan kerajaannya serta rakyat yang dipimpinnya.

Previous
Previous

Melangkah dengan Cara Pandang Baru

Next
Next

Apakah Arti Natal? (Bagian 2)