Doa Orang Benar, Besar Kuasanya

Oleh : Pdt. Max Chandra

Nats : Yakobus 5:16-18

Banyak orang Kristen mengharapkan doanya didengar Tuhan.  Mereka mengembangkan banyak cara untuk menggerakan hati Tuhan supaya mengabulkan doanya.  Ada yang doa semalam suntuk, ada juga doa puasa, tidak sedikit yang pergi ke gunung anu berdoa karena tempat itu katanya banyak orang mengalami kebangunan iman.  Benarkah cara dan tempat mempengaruhi kesaktian doa? 

Ayat-ayat yang dikemukakan Yakobus menyatakan bahwa kesaktian doa bukan bergantung tempat dan cara, melainkan kerohanian orang yang berdoa.  Pertama-tama harus menyingkirkan dosa sebagai penghalang utama kesaktian doa.  Ayat 16 dikatakan “hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan.”  Dosa adalah penghalang utama, hubungan yang baik dengan Tuhan sangatlah penting.  “Saling mendoakan” berarti hubungan sesama kita juga harus baik. 

Kedua adalah doa orang yang benar.  Siapakah orang benar?  Orang benar bukan berarti tidak pernah berdosa.  Orang benar ialah orang yang peka terhadap dosa sekecil apapun, dan selalu menyelesaikan dosa itu terhadap Tuhan atau terhadap orang lain.  Daud pernah melakukan dosa yang sangat besar namun dia menyadari dosanya dan bertobat, lalu menulis Mazmur 51.  Daud terima akibat dosanya, dan Mazmurnya menjadi peringatan bagi banyak orang sampai sekarang.  Dia adalah orang benar. 

Yakobus lalu mengambil Elia sebagai contoh bahwa dia hanyalah orang biasa. Apakah Elia orang biasa? Yah, dia juga ada kelemahan, tetapi Tuhan bekerja melalui dia. Ada satu unsur kelebihan dari diri Elia sehingga doanya begitu sakti hujan tunduk atas perintahnya. Apakah kelebihan itu? “Ia telah bersungguh-sungguh berdoa”. Apakah doa yang sungguh-sungguh? Bukan doanya keras-keras atau nangis-nangis, melainkan doanya murni. Apa itu doa murni? Doa murni ialah doa yang motivasinya untuk memuliakan Tuhan saja. Seperti doa Bapa Kami. “Dikuduskanlah nama-MU”, sebelum minta untuk diri sendiri terlebih dahulu mencari kemuliaan Tuhan. “Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Elia motivasinya semata-mata untuk kemuliaan Tuhan, bukan untuk menyombongkan diri atau supaya dipuji orang atau suatu keuntungan yang terselubung. Inilah doa yang sungguh-sungguh.

Previous
Previous

Keluarga Samuel (Bagian I)

Next
Next

Mengenal dan Mengalami Kristus