Keluarga Hosea (Bagian 2)

Oleh : Pdt. Djohan Kusnadi

Bagian 1

Empat, memilih pasangan karena kebutuhan penyaluran seksual. Ini banyak terjadi di kalangan remaja dan pria hypersexual. Mereka tidak butuh berlama-lama dan ingin secepatnya menikah karena yang penting bisa berhubungan badan tanpa melanggar hukum gereja, hukum negara, dan demi menjaga nama baik keluarga dan nama baik diri sendiri.   Banyak dari pasangan yang sudah melakukan hubungan suami istri sewaktu mereka masih berpacaran bahkan ada yang masih status berteman saja. Sudah sangat langka untuk masa kini menemukan pasangan yang masih suci di hadapan Tuhan.  Kalau boleh saya katakan secara subjektif 80% sudah pernah melakukan hubungan suami-istri baik dengan pasangannya atau dengan orang lain sebelum mereka berkencan.  Seks sudah menjadi budaya bahkan bukti dari cinta kepada pasangannya.  Sangatlah aneh bagi mereka bila berpacaran tapi belum pernah berhubungan seks.  Karena teman-teman pasti menganggap mereka atau salah satu dari mereka sakit sehingga tidak bisa berhubungan.

Masalah akan segera muncul setelah mereka sudah merasakan kebosanan melakukan hubungan seks karena segala kehidupan asli sudah muncul dan mereka baru merasakan bahwa mereka tidak mengenal satu dengan yang lain dan mereka sungguh sangat jauh berbeda alias tidak cocok.  Akibatnya, keretakan rumah tangga terjadi dan banyak yang berakhir dengan perceraian.  Untuk itu kebutuhan seks adalah alasan yang salah untuk menikah sebab rumah tangga ini akan sulit untuk bisa bertahan bahkan melewati usia 5 tahun pernikahan.

Hosea sungguh adalah seorang suami yang luar biasa.  Walau istrinya sudah selingkuh dengan banyak pria bahkan sudah hidup layaknya sebagai sampah karena tidak ada lagi orang-orang yang mau peduli apalagi tertarik dengannya dan di saat itulah Hosea datang dan mengajak istrinya untuk kembali lagi bahkan menikahi dirinya lagi dengan segala mahar layaknya seorang gadis yang dinikahi oleh kekasihnya (Hos. 3:2). 

Hoseapun tidak pernah mencari wanita lain untuk melampiaskan kebutuhan biologisnya. Ia tetap setia kepada istrinya walau istrinya sudah meninggalkan dirinya. Hosea bahkan bisa mengampuni kesalahan sang istri yang sudah melarikan diri dari rumah dan berzinah dengan banyak pria yang lain. Sungguh cinta kasih yang begitu agung dan tulus dari diri Hosea kepada istrinya yang tidak setia.

Gambaran keluarga Hosea ini sebetulnya melambangkan kondisi bangsa Israel sendiri yang suka tidak setia dan meninggalkan Tuhannya.

Contoh kehidupan Hosea ini merupakan modal yang harus dimiliki oleh setiap suami yaitu ketulusan cinta kepada istrinya.  Banyak suami karena merasa sebagai kepala keluarga yang dihormati istri dan anak-anaknya akhirnya sering lupa diri dan menghianati cinta istri dan anak-anaknya.  Berapa banyak suami secara sembunyi-sembunyi menyeleweng dengan perempuan lain baik secara langsung maupun tidak langsung, secara pasif atau secara aktif.  Ada yang pandai menyembunyikannya namun banyak yang ketahuan oleh sang istri, akibatnya rumah tangga terkena badai yang besar dan siap untuk tenggelam.

Semua itu terjadi karena sang suami tidak bisa menjaga hatinya dan memelihara cinta yang mula-mula.  Alasan klasik karena sudah merasa bosan dengan istrinya dan ingin mencari sesuatu yang baru dan yang masih muda.  Ingin memiliki pengalaman atau gairah yang baru agar dirinya tetap awet muda walau anak sudah bertumbuh dewasa.  Insting itu ada di banyak suami yaitu insting untuk poligami atau selingkuh dengan wanita lain. Itu sebabnya Alkitab selalu mengingatkan bahwa pikiran ini harus bisa dikendalikan. Pikirkanlah perkara perkara yang di atas (yang rohani, yang membangun, yang menjadi kesaksian bagi orang lain) (Kol. 3:2).

Tidak menutup kemungkinan ada banyak istri yang hidupnya seperti Gomer - istri Hosea - yang suka menyeleweng dengan pria atau suami yang lain.  Banyak istri bisa menjadi Gomer karena memang dasarnya (insting) suka selingkuh.  Mungkin benih itu sudah ada turunan dari sisi Ibu atau ayahnya sehingga dirinya memiliki potensi yang sama untuk berbuat demikian. Terlebih lagi bila itu datangnya dari ibunya yang pernah selingkuh atau sering selingkuh dengan pria lain maka kebanyakan anak gadisnya suka melakukan persis seperti ibunya.  Seperti pepatah:” like mother like daughter”.

Ada juga kemungkinan kalau sebetulnya Gomer tidak sungguh-sungguh mencintai Hosea sehingga apabila ia merasa tidak puas dengan suaminya maka ia dengan mudah menyeleweng dengan pria lain. Gomer sebetulnya sudah jatuh cinta dengan seorang pria namun terlalu banyak rintangan dan bahaya sehingga cinta itu tidak kesampaian.  Namun tiba-tiba muncul Hosea yang terkenal baik dan sangat rohani juga sangat direstui oleh orang tua Gomer.  Sehingga sewaktu Hosea melamar maka Gomer terpaksa menerima dan menikah dengan Hosea karena faktor lingkungan yang memaksanya berbuat demikian.

Ada banyak hal-hal yang membuat para istri tidak merasa puas. Ketidakpuasan itu bisa berupa :

  1. Ketidakpuasan dalam memperoleh kasih dan perhatian dari sang suami.  Kasih dan perhatian bisa berupa kehidupan seks yang nyaman dan terpuaskan satu dengan yang lain, memperoleh nafkah yang cukup, siraman rohani, serta kebutuhan-kebutuhan materi yang lainnya.

  2. Ketidakpuasan menyaksikan kehidupan rumah tangga mereka yang tidak ada kemajuan sama sekali apalagi ditambah anak-anak yang bermasalah. Istri merasakan rumah tangga hanya berjalan di tempat sedangkan para tetangga sudah para maju semuanya.

  3. Ketidakpuasan untuk diajak bicara, didengarkan keluhannya, peduli dengan segala unek-uneknya. Para istri sangat butuh diajak ngomong paling tidak sejam sehari untuk didengarkan segala celotehnya dan istri tidak butuh solusi melainkan telinga yang mau mendengar.           

Dalam hal ini peran suami sangat penting karena suami adalah kepala keluarga. Keluarga bisa menjadi baik atau buruk bergantung kepada peran suami sebagai kepala keluarga.  Bila anak-anaknya menjadi nakal, suka memberontak, membuat keonaran, biang kerok dalam keluarga maupun masyarakat, bermasalah di sekolah atau di tempat kerja maka yang menjadi penyebab utamanya tentu adalah peran sang Ibu yang kurang mendidik, atau mencurahkan kasih dan perhatian yang cukup.  Ibu yang kurang memperhatikan dan mendoakan anak-anaknya tentulah akan membuat anak-anaknya tidak bertumbuh seperti yang diinginkan oleh orang tuanya.

Mengapa ibu-ibu kurang memperhatikan, kurang membimbing, kurang mencurahkan kasih sayang atau kurang mendoakan anak-anaknya?  Tiada lain karena diri sang ibu yang juga seorang istri sudah begitu kering dan gersang demi mengharapkan siraman kasih dan perhatian dari sang suami. Sang suami sudah menjadi dingin dan kurang peduli akan kebutuhan istrinya.  Banyak dari suami cintanya sudah pudar karena di makan usia apalagi ditambah sering terjadi pertengkaran. 

Semua masalah ini berawal dari sikap suami yang tidak takut akan Tuhan yang mengakibatkan tidak lagi bisa menjaga hatinya dengan segala kewaspadaan.  Para suami ini harus belajar seperti Hosea seorang suami sejati di mata Tuhan dan di mata keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Suami sejati memiliki karakter seperti Kristus dan suka tinggal di dalam Kristus dan berbuahkan buah roh.  Suami ini selalu menjadi sumber mendatangkan berkat dan berkat itu mengalir secara melimpah tanpa ada hambatan-hambatan yang merintanginya.

Cara menghadapi masalah ini tiada lain adalah harus tinggal di dalam Kristus dan Kristus tinggal di dalam kita.  Sewaktu seorang suami suka berdoa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan pastilah ia memiliki potensi untuk menjaga dan merawat keluarganya dengan kuasa dan kasih Kristus.  Namun bila sang suami sudah jauh dari Tuhan Allahnya maka akan sulit baginya membngun dirinya dan keluarganya. 

Suami akan bisa terus berkembang menjadi semakin baik dan indah bila ia ditopang oleh rekan-rekan seiman yang saling mendukung, mendoakan, menguatkan satu terhadap yang lain baik dalam kelompok sel atau pertemuan setiap hari dalam kelompok Suami ideal bagi Kristus atau Pria sejati atau Suami sebagai kepala keluarga yang baik.

Peran hamba Tuhan juga sangat diperlukan dalam menggerakan kelompok pria ini agar bisa tumbuh bersama ke arah Kristus dan sukses dalam membentuk keluarga yang diberkati.  Segala bimbingan, bahan-bahan dan contoh teladan tentu akan menjadi figur dan pengikat satu terhadap yang lain untuk terus melatih diri mereka agar semakin indah dan mulia bagi Kristus. 

Memang tidaklah mudah untuk membentuk keluarga yang harmonis dan diberkati Tuhan.  Ada banyak sekali unsur di dalamnya yang harus dijaga baik-baik mulai dari dirinya sendiri, pasangannya,  anak-anak (bila dianugerahi anak), lingkungan, dan gereja.  Semua unsur itu harus bisa bekerja dan bekerja sama sehingga baru bisa tercipta keluarga yang diberkati. Dan itu bisa berjalan dengan baik bila ada Kristus tinggal di dalamnya dan menjadi Tuhan di dalam mahligai pernikahan dan kehidupan bersosial mereka.  Bagaimana dengan keluarga Anda?

Previous
Previous

Yohanes 4:1-42 (2)

Next
Next

Jangan Sembarangan Bernubuat