Jangan Sembarangan Bernubuat

Oleh : Pdt. A. Arianto

Nats : Yeremia 28

Seorang nabi adalah seorang yang menjadi penyambung lidah Tuhan. Nabi yang menerima berita dan pesan dari Tuhan. Pesan dan berita disampaikan sebagai pernyataan Tuhan, nubuat, baik berupa hukuman atau keselamatan. Sebagai seorang nabi harus memegang teguh kepercayaan, panggilannya untuk  menyampaikan pesan Tuhan dengan tepat, benar, tidak menambahi atau mengurangi berita atau pesan yang ada. Pesan atau peristiwa yang disampaikan oleh Nabi dan Tuhan yang akan menggenapi, melakukan dan mewujudkan pada waktu-Nya.

Dua orang nabi yang hidup pada jaman dan lingkungan yang sama, namun mereka: Nabi Yeremia dan nabi Hananya, menubuatkan sesuatu yang bertolakbelakang tentang kondisi bangsa Israel. Yeremia menyampaikan pesan Tuhan tentang hukuman yang sangat tidak nyaman dan mengerikan, sedangkan Hananya menubuatkan tentang pemulihan atas bangsa Israel, kondisi yang sangat nyaman dan menyenangkan.

Banyak orang senang mendengar kabar yang menyenangkan, seperti orang Israel yang percaya dengan pesan Hananya. Dalam kenyataan Tuhan tidak mengutus Hananya untuk bernubuat. Hananya menyampaikan apa yang menjadi keinginan sendiri atau bernubuat untuk kepentingan diri sendiri. Oleh karenanya Tuhan dengan jelas menghukum Hananya dengan kematian dan mati pada tahun itu juga.

Yang dapat kita pelajari dari Yeremia 28:

1.  Sebagai seorang yang telah diselamatkan dari kebinasaan kekal, kita harus membangun relasi yang intim dengan Tuhan Yesus dan dengan bimbingan Roh Kudus yang sudah tinggal menetap di dalam hidup kita untuk taat dan patuh kepada Firman-Nya. 

2.  Sebagai seorang hamba Tuhan yang melayani, kita harus waspada terhadap ucapan-ucapan yang kita sampaikan dalam mimbar. Sampaikan apa yang ada di dalam Firman Tuhan (menggali pesan yang ada dalam teks Alkitab), yang Tuhan ingin sampaikan, bukan yang ingin kita sampaikan kepada jemaat Tuhan.

3.  Relasi yang intim dan pengenalan dengan Tuhan perlu diupayakan dengan sungguh-sungguh. Agar apa yang kita sampaikan sungguh-sungguh hanyalah Firman Tuhan.

4. Kita bukan TUHAN, kita hanyalah hamba-Nya, pelayan-Nya. Menyampaikan apa yang memang Tuhan ingin kita sampaikan dari Firman Tuhan yang ada.

Previous
Previous

Keluarga Hosea (Bagian 2)

Next
Next

Keluarga Hosea (Bag. 1)