Keluarga Hosea (Bag. 1)

Pdt. Djohan Kusnadi

Nabi Hosea adalah Nabi yang luar biasa dipakai Tuhan pada zamannya. Satu hal yang menarik dimana ia disuruh menikahi seorang wanita yang ia tahu seorang perempuan sundal (suka berzinah dan tidak setia) dan ini bisa kita lihat Allah sendiri menyatakan kepada Hosea untuk menikahi seorang perempuan sundal (Hos. 1:2) sebagai lambang dari orang Israel yang suka berzinah.  

Tidak ada satupun orang di muka bumi ini yang Tuhan tunjukan khusus jodohnya/ pasangannya selain Adam dan Hosea.  Hosea disuruh Tuhan secara khusus  untuk menikahi seorang wanita yang tidak setia dan Hoseapun menuruti perintah Tuhan itu.  Sungguh luar biasa bukan? Sebetulnya Hosea bisa dan berhak untuk menolak karena ini berkenaan dengan nama baik dan martabat sebagai Nabi Tuhan.  Ini juga berkenaan dengan nasib anak-anaknya, apakah mereka akan memiliki masa depan yang baik bila ibu mereka seorang yang tidak baik? Namun Hosea sangat luar biasa.  Ia mau taat dan menuruti segala perintah Tuhannya dengan segala konsekwensinya sebab ia tahu bahwa Tuhan yang menyuruhnya adalah Tuhan yang bertanggung jawab dengan segala yang disuruhkan kepadanya.  Tuhan juga pasti akan bertanggung jawab terhadap nasib anak-anaknya.  Hoseapun rela untuk menyaksikan dan mengalami sendiri bagaimana ia ditinggal oleh sang istri dan pergi dalam pelukan pria-pria lain.  Ini sungguh sangat menyakitkan dan sulit untuk dilupakan.  Ini sangat menjatuhkan harga dirinya sebagai suami dan martabatnya sebagai hamba Tuhan. Namun Hosea berhasil lulus dengan baik melewati semua cobaan itu.

Dalam setiap pernikahan masing-masing pasangan diberikan kebebasan dan kesempatan untuk memilih yang terbaik bagi dirinya.  Hanya kedua orang tadi yang Tuhan nyatakan secara khusus.  Ini berarti masing-masing kita harus mendoakan secara khusus dan sungguh-sungguh serta perlunya hikmat dan bijaksana dalam menentukan pilihan.  Sebab sekali pilihan sudah diambil dan keputusan sudah bulat maka itu berlaku seumur hidup dan tidak bisa dibatalkan sampai maut memisahkan. Untuk itu perlu waktu dan orang-orang yang bisa dipercaya dan rohani dalam membimbing dan membantu untuk memutuskan pasangan hidup Anda.   

Ada banyak kesalahan-kesalahan fatal dalam memilih pasangan hidup, seperti:

Satu, memilih pasangan berdasarkan unsur kekayaan dan ketenaran. Banyak gadis, apalagi di zaman modern ini siap mengorbankan tubuhnya untuk bisa menjadi bagian dari hidup seorang pria terkenal, entah itu penyanyi, anak pengusaha terkenal/ miliuner, anak pejabat tinggi negara, pembawa acara terkenal, bintang film, atlit olah raga, atau youtuber sukses walau itu hanya beberapa jam atau sehari.  Bagi sang gadis yang penting pria itu kaya, terkenal, dan sudah menikmati kebahagiaan bersamanya walau hanya sekejap.  Si gadis akan dengan bangga menceritakan bahwa dirinya pernah tidur dengan orang terkenal itu dan itu kebanggaan yang banyak dicari para gadis sekarang ini.

Ada juga yang lebih berpikir panjang yaitu untuk mengubah nasib keluarga yang sudah lama hidup miskin dan ingin segera keluar dari lingkaran yang memalukan itu. Walaupun sang suami sudah beristri atau sudah memiliki pasangan, itu tidak penting, yang terpenting adalah segera bisa keluar dari kemiskinan.  Ia sudah terlalu bosan dengan kemiskinan dan malu dengan kondisi keluarganya yang begitu melarat. Kita bisa bayangkan bagaimana kondisi rumah tangga wanita ini dan bagaimana kelak nasib anak-anaknya yang suatu saat nanti tidak lagi akan memiliki ayah secara biologis. Kondisi rumah tangga seperti ini terasa susah untuk bisa dilewati lebih dari lima tahun karena dasarnya sudah salah besar.

Ini bukan berarti Anda tidak boleh mencari pasangan yang kaya raya, namun perlu didoakan dan diimbangi dengan unsur-unsur lain yang saling menopang dan melengkapi. Semua itu tentu memerlukan proses yang panjang, bukan sekejap mata.  Calon mertua Anda juga tidak mungkin akan sembarangan mencari menantu atau merelakan anaknya secara sembarangan mencari pasangan hidupnya.  Tentu ada banyak seleksi, penyaringan, persetujuan, test, kesepakatan yang harus dilalui. Bila dasar pernikahan karena motivasi kekayaan tentu rumah tangga ini pasti akan bermasalah dan akan sulit untuk bisa melewati lebih dari lima tahun pernikahan.

Dua, memilih pasangan karena kecantikan atau ketampanannya.  Banyak orang sangat merindukan memiliki istri yang sangat cantik atau suami yang begitu tampan seperti bintang film pujaannya.  Ia akan merasakan betapa indahnya hidup seperti di surga dan dipenuhi dengan hal-hal yang begitu manis dan indah.  Ia sering bermimpi akan menjadi pasangan yang sangat berbahagia karena berhasil mendapatkan pasangan yang begitu cantik/ tampan. Orang-orang akan menyanjungnya, bahkan mungkin ada yang menaruh iri hati padanya karena pasangannya begitu luar biasa dan tiada banding. 

Orang ini tidak pernah memikirkan apakah mereka cocok satu dengan yang lain?  Apakah pasangannya memiliki karakter yang bagus, luhur, dan mulia? Apakah ada sifat Kristus dalam kepribadiannya atau ia merupakan seorang yang begitu sombong karena kelebihannya itu?  Jarang sekali kita menemukan orang-orang yang terkenal akan kecantikan atau ketampanannya begitu rendah hati atau mau memilih pasangan yang tidak selevel dengan dirinya.  Ia sendiri sadar bahwa dirinya cantik dan senantiasa disanjung-sanjung ke manapun ia pergi dan ini tentu menjadikan dirinya  memiliki standar yang tinggi dalam memilih pasangannya. Paling tidak pasangannya itu harus kaya, bila ia tidak tampan atau memenuhi selera ketampanan yang diidamkan gadis ini, kekayaan sang pria itu diharapkan bisa menutupi akan ketidaktampanannya.  Rasa malu dan merasa tidak selevel bisa ditutupi dengan harta benda yang berlimpah yang kelak menjadi miliknya.  Sehingga kekayaan dan segala kemewahan suaminya bisa dipakai untuk bersenang-senang dan menutupi rasa malunya karena suaminya tidak sebanding dengan dirinya.

Bagi sang pria, banyak yang tidak peduli apakah gadis calon pasangannya itu benar-benar mencintainya atau hanya sekedar mempermainkan dirinya.  Ia tidak pernah memikirkan bahwa calon pasangannya bisa selingkuh karena memang pasangan Anda itu banyak sekali diminati dan diperebutkan oleh orang banyak sehingga cintanya tidak sepenuhnya kepada diri Anda. Bila Anda terasa masih ok maka ia akan tetap bersama Anda namun bila Anda udah loyo, tidak memenuhi standarnya, atau si istri sudah bosan atau jenuh dengan diri Anda ia akan berpikir untuk meninggalkan diri Anda dan mencari orang lain yang juga tampan, gagah, dan memiliki banyak harta.

Tiga, terjebak faktor usia.  Banyak orang merasa dirinya harus segera menikah karena sudah menginjak usia 30 tahun, sudah banyak omongan dan desakan serta sindiran ataupun cibiran yang menjadikan dirinya sudah kepepet usia sehingga harus menikah daripada diberi gelar “PT” (Perawan Tua atau Perjaka Tua) oleh cemoohan tetangga ataupun orang-orang yang ia kenal. 

Gelar itu sangat memalukan sehingga ia ingin cepat-cepat menikah tanpa peduli siapa pasangan yang dinikahinya.  Bagi dia yang penting dia adalah lawan jenis dan mau menikahinya tanpa perlu tahu alasan pasangan Anda mau menikah dengan Anda.  Ia tidak peduli sudah ada kecocokan dan kesetiaan diantara mereka berdua.  Ia tidak pernah memikirkan bahwa tanpa ada Kristus Yesus dalam bahtera rumah tangga maka sangat sulit menenteramkan bahtera rumah tangga yang tertimpa badai kehidupan.

Ia tidak memikirkan bahwa memahami dan menerima latar belakang keluarga, kedewasaan diri Anda berdua, kecerdasan intelektual, dan kecerdasan emosi juga perlu dipikirkan selain unsur-unsur tadi. Akibatnya, setelah menikah barulah ia sadar bahwa yang ia dapati adalah serigala berbulu domba. Ada begitu banyak kepalsuan dan kepura-puraan, hal-hal di luar dugaan dan merugikan dirinya yang baru disadari setelah menikah. Namun apa daya nasi sudah menjadi bubur.  Waktu yang lewat tidaklah bisa diulang kembali.

Sayang sekali, dalam budaya tertentu mereka lebih suka dengan status janda kembang dari pada perawan tua.  Bagi dia yang penting laku duluan, dinikahi, dan menikmati kepuasan seks sedangkan yang lain urusan belakangan.   Mereka bangga dengan statusnya dan sekarang merasa banyak dikejar-kejar pria karena baru saja menjadi janda muda. Padahal ia belum menyadari betapa banyak luka batin yang didapat akibat dari perceraian itu, baik dari dirinya maupun dari mantan pasangannya. 

Sewaktu ia menikah kembali, tentu ia akan membandingkan dengan kondisi pernikahannya yang pertama.  Pernikahan pertama baginya penuh dengan banyak kenangan karena itu pertama kali dilakukan dan tanpa ada pengalaman apapun.  Namun pernikahan kedua sudah ada nilai perbandingan dengan kondisi yang pertama.  Apalagi yang menikah untuk ketiga kalinya atau lebih tentu akan lebih banyak keruwetan dan kesulitan dibandingkan dengan pertama kali menikah.

Kebanyakan orang akan mengatakan pernikahan pertama itu sangat sulit untuk dilupakan dan nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan yang kedua dan seterusnya.  Pernikahan yang pertama tentu lebih damai karena di situ Tuhan hadir, memberkati dan merestui pernikahan itu.  Namun yang menikah kedua kali atau lebih tentu tidak ada berkat Tuhan di dalamnya.  Alkitab mengatakan dengan terus terang bahwa Allah membenci perceraian (Mal. 2:16).

Previous
Previous

Jangan Sembarangan Bernubuat

Next
Next

Aku Segera Datang