Jadilah Sensitif

Pdt. Arianto
(Founder IC3 (Indonesia Christian Cancer Community) Indonesia dan Rumah Tenang IC3)

Siapa pagi-pagi sekali memberi selamat dengan suara nyaring, hal itu akan dianggap sebagai kutuk baginya
Amsal 27: 14

Setelah menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan dan pelayanan, waktu sudah menjelang subuh (02:30), badan terasa penat, cape, dan sangat lelah. Saya  membaringkan tubuh dan baru saja masuk ke dalam tidur. Tiba-tiba HP saya berbunyi dan terdengar suara nyaring di dalam HP, berkata “Shalom…

Kalimat-kalimat yang saya dengar itu baik dan benar, “Shalom…” tetapi kalimat-kalimat (suara) tersebut bukannya saya tidak suka mendengarnya, tetapi saya lagi cape, mau masuk dalam tidur dan saya sangat membutuhkan istirahat setelah menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan dan pelayanan yang ada (dan kalau tidur saya terganggu maka akan sulit tidur lagi) dan suaranyapun sangat keras. Saudara bisa membayangkan apa yang saya pikirkan…, apa yang saya rasakan…, apa yang hendak saya katakan…, apa yang hendak saya lakukan…, dan yang sungguh-sungguh saya butuhkan pada saat itu bukan “shalom…tetapi istirahat.

Di dalam Amsal 27:14Siapa pagi-pagi sekali memberi selamat dengan suara nyaring, hal itu akan dianggap sebagai kutuk baginya.” Raja Salomo sudah memberikan (sharingkan) satu pengalaman dan pengajarannya yang baik kepada anak-anaknya juga kepada kita. Sebagai seorang raja, Raja Salomo mengalami banyak hal seperti ini: Orang-orang (pembesar-pembesar atau utusan dari negara-negara tetangga, para tokoh agama, … atau juga istri-istrinya) datang untuk berjumpa dengan dirinya, sementara ia baru/sedang beristirahat.

Bagi orang yang datang, ia pasti membawa sesuatu yang ia anggap penting (berkat) buat orang yang hendak dikunjungi atau ditemui. Asumsi ini benar dari satu sisi, tetapi pada sisi orang yang hendak didatangi/dikunjungi (bagaimana keadaan dengan orang yang hendak kita kunjungi) kita tidak tahu dan tidak mengerti keadaannya. Maka kita harus hati-hati dan harus tahu waktu. Dalam Amsal 27: 14 ini terlihat bahwa orang tersebut tidak tahu waktu (pagi-pagi sekali: orang masih tidur dan sangat mungkin itu adalah waktu yang paling nyaman dalam tidurnya) dan sikap atau tindakan yang dinyatakan juga tidak tepat “dengan suara nyaring/keras”. Pada bagian ini kalau kita lihat lebih dalam lagi… apa yang menjadi motivasi orang tersebut melakukan hal tersebut ? Pagi-pagi sekali sudah mengucapkan selamat atau memberikan pujian orang dengan suara yang keras/nyaring (teriak). apakah tidak bisa agar siang sedikit? Ada satu pertanyaan muncul, “Apakah ia tulus dan jujur atau ia memang punya agenda untuk mengganggu ketenangan orang yang sedang tidur/istirahat ?” 

Pada Amsal 27:14 ini kita belajar dari Raja Salomo: ucapan atau ungkapan yang baik dan benar perlu melihat dan mempertimbangkan waktu yang tepat dan keras atau lembutnya suara. Ketika kita menyampaikannya kita juga perlu memeriksa hati kita, apakah kita menyampaikannya dengan tulus atau ada agenda terselubung.

Kiranya Tuhan menolong kita agar semua yang baik, semua yang benar,… semua yang sedap didengar dapat kita sampaikan pada waktu yang tepat dan di dalam hikmat, kebijaksaan,… dan pimpinan Roh Kudus…

Previous
Previous

Allah Tritunggal

Next
Next

Serupa tapi Tak Sama