Allah Tritunggal

Pdt. Max Chandra

Allah itu satu atau tiga?  Siapakah yang menentukan satu atau tiga?  Bagi orang Indonesia Sila Pertama dari Pancasila yaitu “Ketuhanan yang maha esa.”  “Esa” memberikan kesan bahwa Allah yang benar itu harus Esa.  Ada yang berpandangan kalau Allah itu tiga pribadi, apakah bisa bekerja sama?  Misalnya suatu negara ada tiga presiden memerintah bersamaan, itu tidak mungkin.  Tetapi jika Allah itu Esa, sejak kapan Dia Esa? Apakah Esa di dalam kekekalan?  Sebelum bumi dan segala isinya, sebelum alam semesta, sebelum malaikat diciptakan, hanya Allah sendiri.  Allah yang sendiri ini tidak ada teman komunikasi, tidak ada objek yang Dia bisa kasihi.  Kasih-Nya mendapat objek setelah Dia menciptakan makluk yang pertama.  Siapakah makluk yang pertama itu?  Apakah malaikat?  Kesimpulan kita Allah yang sendiri kasih-Nya tidak kekal, ada permulaannya.  Kalau kasih-Nya tidak kekal, apakah Allah sendiri ini adalah juga bukan Allah yang kekal?  Kalau Dia bukan Allah yang kekal, apakah Dia adalah Allah?  Allah yang Esa juga ada kesulitannya.      

Allah Tritunggal ialah satu Allah berpribadi tiga, Allah Bapa, Allah Anak (Yesus) dan Allah Roh Kudus.  Bagi orang beragama Yahudi dan Islam mereka sulit percaya Tritunggal. Sehingga ada yang coba menyederhanakan Tritunggal. Mereka disebut orang berpandangan “oneness”.  “Oneness” mengatakan bahwa sebenarnya hanya ada satu Allah  yang mempunyai tiga peranan.  Seperti seorang guru, dia di sekolah dipanggil pak guru, ketika pulang ke rumahnya anaknya panggil dia ayah, ketika ke rumah ibunya, ibunya panggil dia anak.  Satu orang guru punya tiga peranan guru, ayah dan anak.  Menurut “oneness” Allah yang Maha Esa itu dulunya disebut Allah Bapa, kemudian menjelma menjadi manusia Yesus, lalu disalib mati dikubur dan bangkit.  Setelah naik ke Sorga, Dia datang lagi sebagai Roh Kudus.  Menurut mereka ketiganya adalah pribadi yang sama mempunyai tiga peranan yang berbeda pada masa yang berbeda.  Pandangan “oneness”. bukan Tritunggal.  Apakah Tritunggal? 

Allah Tritunggal terdiri dari tiga pribadi Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus.  Mereka bertiga pernah muncul bersamaan, membuktikan mereka benar-benar bertiga dan bukan satu.  Ketiga pribadi Tritunggal ini masing-masing adalah pribadi berbeda namun di dalam satu kesatuan.  Ketiganya maha kekal, maha kuasa, maha tahu, maha suci, maha adil, maha kasih.  Bapa mengutus Anak menjelma menjadi manusia mati tersalib untuk menebus dosa umat manusia. Di taman Getsemani sebelum Yesus (Anak) ditangkap dan disalib, Yesus berdoa kepada Bapa.  Doa-Nya demikian : “Bapa kalau boleh cawan ini lewat dari pada-Ku, tetapi bukan kehendak-Ku yang jadi, biar kehendak-Mu yang jadi.”  Apa makna doa ini?

Pertama kita ketahui bahwa Bapa pribadi pertama mengutus pribadi kedua.  Pribadi kedua juga mempunyai kehendak yaitu kalau boleh “jangan minum cawan”.  Cawan artinya kutukan dosa di kayu salib.  Yesus gentar menerima kutukan dosa, namun Dia rela taat kepada Bapa.  Ketika Yesus di atas salib berseru “Allah-Ku Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan-Ku”  Ketika Yesus menerima kutukan dosa seluruh umat manusia, Bapa dan Roh Kudus meninggalkan-Nya.  Yesus rela jadi kurban terkutuk demi menanggung dosa manusia.   Ketiga Allah Tritunggal masing-masing pribadi punya kehendak tetapi tidak pernah bertentangan dalam mengerjakan penebusan dosa. 

Mungkin kita bertanya dalam hati mengapa pribadi pertama dan kedua dilukiskan seperti Bapa dan Anak.  Pastilah Bapa lebih tua dari Anak, berarti Anak adalah Allah yang lebih kecil?  Alkitab memakai Bapa-Anak untuk menunjukan bahwa Anak tidak dicipta oleh Bapa.  Kita sebagai manusia melahirkan anak bukan mencipta anak.  Bapa-Anak menunjukan kesatuan yang tidak terpisahkan.  Dalam bahasa Indonesia ada ilustrasi.  Misalnya, kunci dan anak kunci, tangga dan anak tangga, panah dan anak panah.  Kunci tangga dan panah tentu tidak melahirkan anak, tetapi hubungan itu adalah kesatuan.  Bapa-Anak bukan petunjuk siapa duluan tetapi kesatuan yang tidak terpisahkan.  Bapa-Anak-Roh Kudus Allah Tritunggal saling mengasihi di dalam kekekalan.  Kasih mereka adalah kasih yang kekal. 

Previous
Previous

Stop

Next
Next

Jadilah Sensitif