Frenemy

Oleh : Pdt. A. Arianto

Nats : Amsal 27: 5-6

Hidup dalam komunitas adalah hidup yang sangat kompleks, hidup yang berdampingan dengan orang-orang yang sangat mungkin memiliki nilai-nilai hidp yang berbeda dengan kita bahkan dapat bertolak belakang. Meskipun demikian, keberadaan dan kehidupan kita harus tetap dan terus berlangsung di dalam komunitas tersebut.

Pada saat kita ditegur oleh seseorang maka reaksi yang paling umum muncul adalah rasa tidak nyaman, merasa kita diusik, … dan di dalam diri kita mungkin saja muncul kecaman dan alasan-alasan perlindungan diri kita. Namun pada sisi orang yang menegur tentu juga memiliki berbagai alasan yang ada. Kejelasan dan kemurnian motivasi sangat penting di dalam kita menegur seseorang.

Kemurnian dan kejelasan motivasi ini, menjadi point yang urgen dan penting karena jika teguran kita ditolak dan kita dilawan maka hati kita tidak merasa sakit hati dan kitapun tidak sungkan untuk minta maaf, jika sudah  menegurnya. Namun jika teguran kita diterima dan kita dihormati maka pujian tersebut membuat kita menjadi superior. Justru pujian tersebut membawa kita untuk bersyukur kepada Tuhan dan kita tetap waspada dengan kehidupan yang masih kita jalani. Kita perlu ingat ketika kita ditegur, jangan merasa inferior dan ketika kita menegur orang, kita juga tidak perlu merasa superior.

Frenemy adalah satu istilah yang kembali popular  sekitar tahun 1990-an. Teman tetap sesungguhnya adalah musuh atau istilah srigala berbulu domba atau musuh dalam selimut. Orang ini dalam penampilan luarnya seperti seorang teman yang baik, peduli terhadap hidup kita namun sesungguhnya adalah musuh yang sangat membahayakan. Ia tahu banyak hal tentang kita, ia pandai mengemas kata-kata. Ia memiliki hati yang sangat jahat dan buas.

Kita ingat seorang murid Tuhan Yesus, yang Bernama Yudas Iskariot, seorang frenemy yang sejadi. Hati yang tidak murni dan tidak taat kepada Tuhan Yesus. Kepentingan diri yang dikemas dalam tingkah laku dan sikap rohani (ciuman maut, menyerahkan Yesus Untuk dihukum mati).

Kita sebagai murid Tuhan Yesus maka hidup kita harus berpadanan dengan Firman Tuhan, menjaga hati dengan firman Tuhan, terus menghidupi Firman Tuhan dari hari ke sehari, hati yang selalu di isi dengan Firman Tuhan, meminta hikmat dari Tuhan ketika kita menegur. Sehingga motivasi kita hanya untuk menyenangkan hati Tuhan (Yeheskiel 33: 8-9). Menjaga hati kita senantiasa dengan waspada dan sesuai dengan Firman Tuhan sehingga dalam berbagai kesempatan hidup kita hanya menceritakan Tuhan yang hidup dalam hidup kita yang sementara ini.

Previous
Previous

Apakah Ciri Khas dan Keistimewaan Agama Kristen?

Next
Next

Pimpinan Tuhan yang Ajaib