Berilah Makanan Kami Hari Ini Secukupnya(Doa Bapa kami)

Pdt. Max Chandra

Nats : Matius 6:11

Adakah orang berdoa hanya minta makanan cukup untuk sehari?  Tentu tidak.  Kita berdoa mungkin minta makanan untuk seminggu, sebulan, atau setahun.  Tetapi Doa Bapa Kami mengajarkan kita cukup berdoa untuk keperluan sehari saja.  Mengapa?  Hal ini ada latar belakang kisahnya, yaitu  orang Israel di padang belantara selama 40 tahun, mereka diberi makan oleh Tuhan dengan manna.  Manna turun setiap subuh dan harus diambil sebelum matahari terik.  Mereka harus pagi-pagi sekali bangun untuk mengambilnya.    

Setiap orang mengambil manna cukup untuk sehari karena pada hari kedua manna akan membusuk.  Orang Israel tidak boleh bekerja pada hari Sabat termasuk mengambil manna, dan manna juga tidak turun pada hari Sabat.  Tuhan memberikan mereka manna yang turun pada hari Jumat, kualitas dan banyaknya bisa tahan dua hari dan tidak busuk. 

Manna turun dari atas ini terus berlangsung selama 40 tahun, tidak pernah putus. Hal ini menandakan Tuhan memelihara umat-Nya di padang belantara.  Mereka tiap hari makan manna, tidak perlu memikirkan satu minggu atau satu bulan ke depan mau makan apa. Manna ini adalah makanan paling sehat tanpa kolestrol.  Sayangnya orang Israel tidak puas, mereka rindu makan daging seperti di Mesir, mereka bersungut-sungut. 

Dari penyediaan manna ini kita belajar bahwa Tuhan memelihara umat-Nya.  Memberikan yang sehat dan yang terbaik.  Manna turun tiap hari mengajarkan bahwa berkat Tuhan setiap hari dicurahkan, selalu ada berkat yang baru.  Besok Tuhan masih berkuasa dan mencukupkan.  Tuhan menyertai selalu.  Jikalau berkat Tuhan dicurahkan untuk setahun itu berarti berkat Tuhan berlimpah dan kita diminta untuk menjadi saluran berkat untuk orang lain.   

Orang yang belajar mencukupkan diri adalah orang paling berbahagia, karena tiap hari dia mengharapkan berkat Tuhan.  Orang percaya yang mendapat berkat berlimpah-limpah cenderung tidak lagi bersandar kepada Tuhan. 

Seorang tokoh iman dalam sejarah bernama George Muller, seorang hamba Tuhan yang mengelola 200an anak panti asuhan.  Dia sepenuhnya bersandar kepada Tuhan.  Sering dalam kekurangan Tuhan memberikan kejutan dengan kecukupan pada detik terakhir.  Suatu hari, seorang bankir yang cinta Tuhan tahu bahwa Muller sering kekurangan untuk memberi makan anak-anak asuhannya.  Dia datang membawa lima puluh ribu pounsterling, cukup untuk membiayai dua tahun kebutuhan panti asuhan.  Muller diberi uang begitu banyak tidak merasa gembira malah menolak uang itu.  Bankir alasan persembahannya ditolak.  Muller menjawab bahwa dia khawatir jika dia menerima uang itu, maka dia mungkin tidak lagi mengalami saat-saat yang indah bersama Tuhan, dia tidak lagi mengalami pengalaman-pengalaman ajaib, mungkin dia tidak lagi bersandar kepada Tuhan.   

Previous
Previous

Pengharapan dan Penghiburan Orang Percaya

Next
Next

Warisan dan Iman