Siap Ditegur

Pdt. Dimas Arjuna Gulo

Dalam jaman yang semakin individualistis dan moralitas dipandang sebagai urusan personal, kata “teguran” sudah mengandung makna yang negatif. Orang yang menilai tindakan orang lain dianggap terlalu melanggar privasi orang. Teguran hampir selalu diidentikkan dengan suka menghakimi, berpikiran sempit atau arogan. Keterbukaan pemikiran disamakan dengan pembiaran. Kasih dimengerti sebagai penerimaan atas apa pun tindakan dan pendapat orang. Mengasihi orang lain berarti memberi kebebasan penuh. Dg demikian, tidak menyetujui suatu tindakan bisa dinilai sebagai sikap yang kurang mengasihi.

Teguran adalah salah satu wujud kasih sayang. Yang penting bukan “apa yang dirasakan” dalam sebuah teguran tetapi maksud di baliknya yang penuh ketulusan. Amsal 27:5; Lebih baik teguran yang dinyatakan, daripada kasih yang disembunyikan. Teguran yang nyata tidak selalu berbentuk teguran di depan publik. Frasa “teguran yang nyata” dalam berbagai versi Inggris diterjemahkan “teguran yang terbuka. Jika tidak berhati-hati, beberapa orang mungkin akan mengaitkan teguran terbuka sebagai teguran publik. Pemahaman seperti ini kurang tepat. Kata “nyata” (ayat 5a) merupakan kontras terhadap “tersembunyi” (ayat 5b). Jadi, ini bukan antara publik versus privat, tetapi dinyatakan versus disembunyikan.

Tanpa kepedulian dan kasih sayang teguran sering kali didorong oleh kemarahan dan ketidaksenangan. Sebaliknya, tanpa kebenaran penerimaan sering kali sukar dibedakan dengan pembiaran.

Previous
Previous

Berani Menyatakan Kesaksian Kebenaran - Bagian II

Next
Next

Berani Menyatakan Kesaksian Kebenaran - Bagian I