Kisah Kesaksian dalam Pengampunan

Oleh: Pdt. Arianto

Ketika kami mendapatkan kesempatan melayani seorang ibu yang menghadapi kanker (Terminal ill) dengan stadium akhir, kami masuk ke dalam kamar ibu tersebut dan duduk di samping tempat tidurnya. Ibu ini anggota gereja dan sudah dilayani. Ibu itu menceritakan pelayanan hamba Tuhan yang melayani dia: Ibu ini merasa tertolak. Karena hamba Tuhan yang melayani berdiri jauh dari mereka (depan pintu kamar saja) dan sambil menasehati dengan mengambil ayat-ayat Alkitab. Namun mereka merasa tidak tersentuh dengan pelayanan yang diberikan oleh Hamba Tuhan tersebut.

Ibunya terbaring dan dengan kondisinya sangat lemah, terbaring di atas tempat tidur dan badannya “agak kurus”. Kamipun mulai melayani dan berdialog dengan Ibu itu cukup lama (hampir dua jam). Dalam percakapan pastoral (membimbing ibu tersebut kepada pengenalan akan Tuhan),dari percakapan kami, kami menemukan ada sesuatu yang mengganggu hati dan pikiran ibu tersebut dan harus segera ditolong untuk diselesaikan.

Kami bergumul dan memohon pertolongan dan hikmat Tuhan, akhirnya di dalam pimpinan Tuhan, kami meminta anak-anak dari ibu tersebut untuk berkumpul bersama di sekitar tempat tidur Ibunya. Percakapan pastoralpun berlangsung dan sungguh tidak terduga ada sesuatu yang mengganjal (terasa tidak menenangkan hati; terasa mengganggu pikiran ibu itu). Kamipun meminta ibu dan kedua anaknya untuk membuka diri, apa yang tidak enak, yang mengganggu yang ada dalam hati mereka. Mereka semua mengungkapkan masalahnya dan perasaan mereka masing-masing.

Kami pun membimbing mereka bertiga di dalam terang firman Tuhan. Sambil terbaring lemas ibunya dan kedua anaknya, mereka saling membuka diri, saling mengapuni, saling melepaskan pengampunan, mereka saling menangis bersama. akhirnya kami meminta ibunya mendoakan anak-anaknya. Ibunya langsung bangun dan mendoakan kedua anaknya (dengan memegang kepala kedua anaknya), ada kekuatan yang besar menguatkan ibu itu untuk memeluk dan kemudian kedua anaknya mendoakan mamanya. Kami juga memohon kepada Tuhan dan mendoakan mereka semua.

Moment itu sangat berharga dan bernilai sekali buat setiap anggota keluarga tersebut. Mereka mengalami rekonsiliasi yang indah di dalam terang firmanTuhan. Ada suka cita, ada kebahagiaan, … ada kelepasan dari belenggu dosa: rasa bersalah dan kepahitan. Akhir dari percakapan dan pertemuan pastoral tersebut memberikan pengharapan yang kekal kepada keluarga tersebut. Singkat cerita sekitar dua bulan kemudian, ibu itu kembali kepada Bapa di Surga dan anak yang perempuan memberi dirinya menjadi Hamba Tuhan di Malang.

Previous
Previous

Keluarga Yehuda, Bagian II

Next
Next

Keluarga Yehuda