Keluarga Yehuda, Bagian II

Oleh: Pdt. Djohan Kusnadi

Selain kelebihan ternyata ada banyak kekurangan dan kelemahan Yehuda yang dicatat Alkitab.

Satu, Yehuda menikahi wanita yang tidak seiman

Ini adalah kesalahan fatal dari Yehuda. Ia mengambil istri bukan dari kaum kerabatnya sendiri yang sama-sama menyembah Allah tetapi malah mengambil perempuan Kanaan yaitu anak perempuan Syua (Kej 38:2). Perkawinan dengan orang yang tidak seiman ini sangat dibenci Tuhan. Itu sebabnya Maleakhi 2: 12 berkata: Yehuda berkhianat, dan perbuatan keji  dilakukan di Israel dan di Yerusalem, sebab Yehuda telah menajiskan tempat kudus yang dikasihi  TUHAN dan telah menjadi suami  anak perempuan allah  asing. Firman ini kiranya menjadi peringatan dan peringatan bagi kita orang percaya untuk menikah dengan orang seiman. Peringatan itu juga terus muncul di Perjanjian Baru: Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya  Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya  dengan orang-orang tak percaya?  (I Kor 6:14-15)

Seiman ini tentu tidak berarti seagama oleh karena banyak orang yang kelihatannya seagama namun tidak sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan Yesus.  Mereka Kristen karena faktor keturunan namun tidak pernah berelasi dengan Tuhan atau membaca Firman Tuhan. Bahkan mereka tidak lagi percaya kepada Tuhan Yesus yang terbukti dalam Tindakan, perbuatan sehari-harinya, dalam bertutur kata, kesetiaan untuk berdoa, membaca Firman Tuhan, beribadah dan bersaksi. Kisah ini tentu tidak bisa disamakan dengan Yusuf (yang akan dibahas sesudahnya) yang juga menikahi wanita asing. Oleh sebab wanita Mesir itu menikah dengan Yusuf, menurut tradisi wanita itu sudah membuang semua berhala-berhalanya dan percaya kepada Tuhan Allah yang disembah oleh Yusuf.  Wanita itu beriman dahulu kepada Tuhan Allah baru menikah dengan Yusuf

Akibat keputusan yang salah itu membawa dampak kehidupan rumah tangga yang selalu penuh dengan tragedi. Ini karena Tuhan tidak berkenan akan hal itu sehingga tidak ada berkat dan perlindungan bagi rumah tangganya. Pada awalnya kelihatannya tidak ada masalah, namun setelah anak-anak itu menginjak usia dewasa dan diberikan seorang istri barulah muncul masalah dan tragedi.

Anak tertua Yehuda yang bernama Er menurut tradisi tidak ingin mempunyai anak dari istrinya yang bernama Tamar. Er tidak ingin kecantikan dan keutuhannya sebagai seorang gadis menjadi menurun akibat mengandung dan mempunyai anak. Itu sebabnya, setiap kali mereka berhubungan, Er selalu membuang spermanya keluar agar Tamar tidak hamil. Hal ini merupakan kekejian bagi Tuhan dan itulah sebabnya Er mati muda. Onan sebagai adik Er harus melanjutkan keturunan sang kakak dengan mengawini kakak iparnya, Tamar. Bagi Onan ia tidak ingin bila anak yang kelak akan dilahirkan Tamar menjadi milik kakak mendiangnya.  Onan sadar ia tidak akan memperoleh hak atau bagian apa pun dari anak yang akan dikandung Tamar.  Itu sebabnya dalam kelicikannya, ia melakukan hal yang serupa seperti kakaknya yaitu membuang spermanya keluar agar Tamar tidak hamil.  Ini pun perbuatan jahat di mata Tuhan akibatnya Onan pun harus bernasib sama dengan kakaknya.  Sungguh sebuah tragedi kehidupan yang begitu menyesakkan dan menyedihkan karena dua anak lelaki harus mati dalam kurun waktu yang singkat

Yehuda akhirnya hanya memiliki anak bungsu bernama Syela. Sayang Yehuda saat itu tidak mengetahui sebab permasalahan yang sesungguhnya oleh sebab itu ia berusaha keras  melindungi Syela untuk tidak jadi menikah dengan kakak iparnya. Mungkin pikirannya, Tamar adalah Wanita terkutuk sehingga setiap pria yang berhubungan dengannya pastilah mati.  Yehuda sangat takut kematian kembali merengut Syela, anak semata wayangnya saat itu.

Dua, Yehuda suka mencari jalan keluar yang salah

Bila ia memiliki masalah, ia selalu mengambil jalan yang menyimpang.  Ini terjadi pertama kali sewaktu ia menyaksikan adik bungsunya, Yusuf, dibuang ke sumur dan dijual ke saudagar Mesir.  Walau ia mencoba membela Yusuf bersama Ruben namun suara terbanyak saat itu yang menang. Ia harus merelakan Yusuf untuk pergi meninggalkan kehidupan mereka. Setelah mengalami kenyataan pahit itu maka Yehuda pergi meninggalkan saudara-saudaranya ke tempat sahabatnya di Adulam yang Bernama Hira dan di sanalah ia bertemu Syua dan menjadi menantunya Syua, orang Kanaan. Ia meninggalkan persekutuan dengan saudara-saudaranya karena ia kecewa dan sakit hati atas dendam dan segala niat jahat saudara-saudaranya. Ia pergi ke orang yang tidak seiman dan menjalin keakraban yang erat.

Kali ini setelah masa perkabungan atas kematian istrinya selesai, ia kembali pergi ke tempat sahabatnya yang tidak seiman itu dan bahkan bermain dengan pelacur yang saat itu tiada lain adalah menantunya sendiri, Tamar.

Tamar sengaja melakukan hal itu karena Yehuda mengingkari janji untuk memberikan anak bungsunya kepadanya untuk menjadi suaminya.  Sedangkan dirinya perlu seseorang untuk memenuhi kebutuhan pribadinya dan untuk melanjutkan keturunan mendiang suaminya.  Tamar butuh jaminan untuk masa tuanya kelak dan untuk itu ia harus bisa melahirkan keturunan buat Yehuda agar tetap bisa melekat dalam keluarga Yehuda.

Aneh sekali perzinaan yang sekali terjadi tersebut segera mendatangkan hasil. Akibatnya, Tamar menjadi hamil dari mertuanya sendiri.  Di sini kembali kisah yang mirip dengan Lot terjadi lagi.  Relasi terlarang antara ayah (mertua) dengan anak perempuannya (menantunya) ini menghasilkan anak kembar yaitu Perez dan Zerah. Kelahiran anak kembar ini sangat unik karena sang Zerah, kakak karena tangannya keluar terlebih dahulu bisa dikalahkan oleh sang adik yang berhasil keluar lebih dahulu sehingga hasilnya Peres menjadi anak pertama dan Zerah menjadi yang ke dua.  Tentu hal ini membuat Tamar sangat menderita dan banyak merintih kesakitan akibat pergulatan ke dua anak kembar ini yang berebut lahir dulu.

Tidak jelas bagaimana reaksi saudara-saudaranya Yehuda ketika mereka mengetahui segala tragedi dan aib dalam kehidupannya dan rumah tangganya. Ada kemungkinan sama seperti Ruben, yang berani tidur dengan Bilha, yang adalah salah satu istri ayahnya, kejahatan seksual yang sama pun juga saudara-saudaranya lakukan.

Patut kita berhati-hati bila hidup ini terasa begitu berat, banyak kekecewaan, kepahitan dan air mata yang harus diteteskan. Dalam kondisi pergumulan yang sangat berat itu janganlah sampai salah melangkah karena hal itu berakibat fatal dikemudian hari.  Ingatlah akan Yehuda.

 

Previous
Previous

Dijamu oleh Tuhan

Next
Next

Kisah Kesaksian dalam Pengampunan