Dijamu oleh Tuhan

Oleh: Pdt. Gideon Ang

Yohanes 2:1-11

“Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada- Nya.” (Matius 7:11)

Yohanes 2:1-11 mengisahkan Tuhan Yesus mengubah air menjadi anggur.

Pada momen menjelang ataupun memasuki hari-hari tahun baru, juga peristiwa-peristiwa baru dalam kehidupan, orang-orang sering mengadakan pesta dan menjamu orang-orang terdekat. Karena bersyukur memulai tahun yang baru, ataupun memasuk tahap kehidupan yang baru, sekaligus mengharapkan berkat baru. Melalui perikop ini, kita diajak memahami bahwa Tuhan kita Yesus, adalah Allah yang hidup, yang dapat menjamu dan menyediakan segala sesuatu bagi kita dengan cara yang terbaik, bahkan di tengah kesulitan.

  1. Yesus Sang Tamu (ayat 1-2) : “Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. “ Yesus disambut sebagai tamu dalam perjamuan itu, Dia disambut di antara mereka yang sedang menikmati saat-saat pesta yang menyenangkan. Kita melihat bagaimana Yesus berkenan hadir dalam keseharian peristiwa keluarga. Kehadiran-Nya di sini menunjukkan pula bahwa Tuhan menghargai momen pernikahan dan keluarga, bahkan dalam keadaan yang sulit, Tuhan mau campur tangan

  2. Yesus Sang Anak Allah (ayat 3-5): Pesta pernikahan masyarakat Yahudi saat itu berlangsung hingga 7 hari, sehingga sudah menjadi kebiasaan bahwa pengantin pria memiliki persediaan makan minum yang cukup. Anggur sangat dibutuhkan dalam pesta orang-orang Yahudi saat itu, karena minuman anggur melambangkan sukacita. Beberapa ayat Alkitab menuliskan tentang anggur yang melambangkan kegembiraan pesta, misalnya Mazmur 104:15.
    Kesulitan terjadi ketika sang tuan rumah kekurangan anggur. Maria, ibu Yesus mengatakan, “Mereka kehabisan anggur, “ menggambarkan suatu keadaan yang fatal, yang sangat mengkhawatirkan tuan rumah maupun panitia yang mengatur pesta itu. Sebentar lagi para tamu akan meminta tambahan anggur, dan bila anggur tidak disajikan lagi, maka akan sangat memalukan, bukan tidak mungkin mereka akan mengeluh. Kesalahan seperti ini dianggap teledor, dan dapat didenda. Kemungkinan besar Maria membantu mempersiapkan makanan di dalam pesta itu, sehingga mengerti bahwa anggur tidak tersedia lagi. Secara sederhana, Maria mendekati Yesus dan melaporkan persoalan ini. Tentu Maria berharap Yesus melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan ini, karena Maria tahu siapakah Yesus, meskipun dia belum mengumumkan kepada orang banyak.
    Namun Yesus, yang mengerti permintaan Maria mengatakan, “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saatku belum tiba.” (ayat 4) - Woman, what have I to do with thee? mine hour is not yet come. Yesus menyapa ibunya dengan ‘woman’, terdengar keras di telinga kita, tetapi dalam bahasa aslinya bukanlah sesuatu yang kasar, ini adalah sapaan yang umum terhadap seorang lady.
    Kata ini diulang lagi dalam Yohanes 19:26 saat Dia tergantung di kayu salib dan menyerahkan Maria ke dalam tanggung jawab murid yang dikasihi-Nya. Meskipun demikian, kata ‘woman’ ini memang tidak biasanya dipakai oleh seorang anak laki-laki untuk memanggil ibunya. Bila Tuhan Yesus memakai sapaan ini, berarti menjelaskan bahwa setelah Yesus memulai pelayanan-Nya, mulai saat itu terdapat hubungan yang baru antara Yesus dengan sang ibu. Dia bukan lagi anak yang diasuh Maria, tetapi Dialah Anak Manusia sekaligus Anak Allah, yang hanya tunduk kepada kehendak Allah Bapa di surga. Yesus hidup dengan timetable atau pengaturan waktu dari Bapa di surga, ketika Dia mengatakan “saat-Ku belum tiba”, kalimat ini menunjukkan bahwa Yesus Kristus berfokus pada misi-Nya di dunia, tiap waktu atau jam disebutkan dalam Injil, semua menuju kepada puncak, saat Dia disalibkan.
    Sungguh indah respons Maria di sini, ia tidak marah, tetapi mengerti. Jawaban Maria yang menyuruh para pelayan untuk menuruti apa yang dikatakan Yesus, menunjukkan bahwa Maria patuh pada apa yang dikehendaki Yesus. Maria percaya kepada-Nya bahwa apa yang dilakukan Yesus pasti benar dan baik bagi semua. Dari ayat 5 Maria mengerti, bahwa Yesus, dan bukan Maria, yang memegang perintah dan yang dapat menyelesaikan masalah ini.

  1. Yesus Menjamu (ayat 6-11) : Pada ayat-ayat selanjutnya ini kita melihat betapa besarnya kasih Allah kepada manusia yang terbatas. Bagian yang terindah dari kisah ini adalah, Tuhan tidak ingin membiarkan mempelai pria atau sang tuan rumah kehilangan sukacitanya. Tuhan mau melakukan sesuatu. Di situ terdapat 6 tempayan yang disediakan untuk pembasuhan, masing-masing berisi 2-3 buyung. Yesus memerintahkan para pelayan untuk mengisi ke 6 tempayan itu dengan air sampai penuh. Setelah mereka mengisi sampai penuh, Yesus menyuruh mencedok air itu dan membawanya kepada pemimpin pesta. Air sudah berubah menjadi anggur ! Kita tahu hal ini, karena setelah pemimpin pesta itu mengecap air itu, ia memanggil mempelai pria dan mengatakan, "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang." (ayat 10).
    Mari menghitung jumlah anggur yang dihasilkan dari mukjizat ini: Injil Yohanes menyebutkan ada 6 tempayan, yang masing-masing isinya 2 sampai 3 buyung, artinya ada 12 sampai 18 buyung. Saat itu diketahui, 1 buyung = 9-10 galon, jadi dihasilkan sekitar 180 galon anggur. 1 galon = 3,79 liter (ada salah paham menyebutkan botol besar atau galon air mineral, karena 1 botol besar biru itu memang disebutkan berisi 19 liter= 5 galon), sehingga pada pesta itu Yesus menyediakan sekitar 36an botol galon air mineral kita. Bukan main banyaknya ! Sangat berlebihan bagi sebuah pesta saat itu. Tetapi yang terpenting jumlah anggur yang dihasilkan di sini bukanlah soal berapa galon, soal literal, tetapi memang Yesus Kristus bermaksud menyediakan anggur hingga berkelimpahan, dan kualitas anggur itu adalah yang terbaik. Tuhan Yesus kini menjadi tuan rumah yang menjamu semua, baik mempelai, tamu-tamu maupun para murid dengan berkelimpahan !

Suatu refleksi untuk direnungkan:

  • Injil Yohanes melihat adanya arti rohani dibalik peristiwa-peristiwa. Peristiwa kehabisan anggur dalam sebuah perjamuan kawin, mengingatkan kita bahwa kegembiraan manusia itu terbatas, selalu ada saja kekurangannya. Tanpa Tuhan Yesus yang menjadi sumber kehidupan, maka sukacita manusia sangat terbatas, meskipun berada di tengah pesta.

  • Dalam Injil Yohanes dituliskan sejumlah tanda-tanda (Yohanes menggunakan kata “semeion” artinya tanda) di mana mengubah air menjadi anggur ini merupakan tanda yang pertama. Sebagian besar tanda itu disebutkan Yohanes untuk membawa kita masuk ke dalam suatu pengajaran. Dalam pasal ke 1 Yohanes telah menunjukkan kepada kita akan kemuliaan Kristus– Firman yang telah menjadi manusia dan diam di antara manusia, kemuliaan yang diberikan kepada Kristus sebagai Anak tunggal Allah Bapa, yang penuh kasih karunia dan kebenaran. Dengan demikian, pasal 2 ini diawali bagaimana Kristus membuat mukjizat, agar kita mengerti kemuliaan yang dinyatakan pada pasal 1.

  • Tuhan menyatakan kasih-Nya di dalam perjamuan kawin di Kana, dengan mengubah air menjadi anggur. Disebutkan oleh pemimpin pesta, bahwa inilah anggur yang terbaik! Tuhan memberikan yang terbaik bagi manusia yang terbatas. “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.” (Yak. 1:17).

Kiranya momen Tahun Baru mengingatkan kita bahwa hanyalah Bapa di surga, yang kita kenal dalam nama Tuhan Yesus, yang mampu menjamu kita dengan segala sesuatu yang terbaik! Kepada Dialah kita dapat berharap !

Previous
Previous

Pekerjaan adalah Kutukan?

Next
Next

Keluarga Yehuda, Bagian II