Keluarga Nuh, Bagian II

Oleh: Pdt. Djohan Kusnadi

KELUARGA NUH Bagian II

Namun sayang Nuh yang begitu luar biasa ternyata memiliki beberapa kelemahan

Kelemahan Nuh

Satu, Nuh menjadi mabuk dan telanjang

Patut disadari tidak ada kepala keluarga yang sempurna. Alkitab mencatat terang benderang adanya kekurangan dan kelemahan Nuh yaitu Nuh setelah selesai panen anggur, ia membuat arak dari anggurnya dan akhirnya menjadi mabuk.  Mabuknya sedemikian parah sehingga Nuh tidak sadar membuka pakaiannya dan ia menjadi telanjang.  Sungguh kejadian yang sangat memalukan bagi Nuh sendiri dan keluarganya.  Seorang suami, seorang ayah, dan telah menjadi seorang kakek, tetapi menjadi telanjang gara-gara mabuk anggur.

Yang menjadi pertanyaan, mengapa Nuh sampai mabuk dan telanjang? Ada kemungkinan Nuh mulai merasakan sangat sedih dan sangat kehilangan atas tewasnya seluruh saudara-saudara kandung Nuh beserta keponakan-keponakan yang begitu ia kasihi. Juga tentu orang tua dan mertua juga turut tewas akibat air bah itu. Belum lagi teman-teman karibnya, para tetangganya dan semua kenalannya yang terhilang akibat banjir. Kenangan-kenangan manis bersama mereka, dan terlebih teriakan histeris minta tolong mereka agar Nuh bisa segera membukakan bahtera namun Nuh tidak berhasil sebab Tuhan Allah sendiri yang menutup pintu bahtera itu. Semua tragedi itu seperti mimpi buruk yang tidak kunjung hilang khususnya mendengar saat-saat kematian sedang merengut nyawa mereka akibat tenggelam dari banjir air bah, Nuh sama sekali tidak mampu menolong, ia hanya bisa menyaksikan saat-saat mereka mati tenggelam.

Kemungkinan untuk menghilangkan mimpi buruk itu Nuh mulai meminum anggur dan menjadi mabuk dan semakin hari semakin parah mabuknya hingga tanpa sadar ia telanjang. Hal ini pun ditunjang dengan hasil panen anggur yang begitu melimpah sehingga Nuh mengolah hasil panen tersebut menjadi arak anggur.

Dua, Tidak mencari wajah Tuhan di dalam pergumulan berat

Nuh berhasil menyenangkan hati Tuhan dengan memberikan korban syukur setelah keluar dari bahtera. Ia mensyukuri untuk segala pemeliharaan Tuhan terhadap keluarganya dan seluruh ternak di dalamnya. Namun sayang di dalam kesedihan hatinya Nuh lupa mencari wajah Tuhan. Seharusnya Nuh menceritakan pergumulan, kesedihan dan mimpi buruknya agar Nuh memperoleh kelegaan, damai sejahtera dan kekuatan baru. Andai saja Nuh bergumul dengan Tuhan, mencurahkan kepedihan hatinya dan meminta pertolongan Tuhan di momen yang paling penting tentu hal ini kelak bisa ditiru oleh anak-anaknya. Namun sayang Nuh tidak melakukan hal itu akibatnya ia menjadi mabuk dan telanjang.

Tiga, Nuh memberikan contoh yang tidak baik

Seorang suami atau ayah yang mabuk sering kali menjadi masalah dalam keluarga.  Contoh yang tidak baik ini sering kali menurunkan rasa hormat dan kasih dari istri dan anak-anaknya. Di satu sisi anggur dapat menimbulkan kenikmatan sesaat dan berhasil melupakan kesedihan ataupun depresi sesaat namun akibatnya sering kali berbuntut panjang. Rumah tangga bisa guncang karena adanya pemabuk di tengah-tengahnya. Apalagi orang tersebut adalah pemimpin keluarga.

Kejadian yang memalukan itu menjadi bahan tertawaan bagi Ham, anak Nuh yang kedua dan Ham menceritakan peristiwa yang memalukan itu kepada saudara-saudaranya. Ham tidak ada niat sama sekali untuk menutupi kemaluan ayahnya ataupun menjaga kehormatan ayahnya walaupun kondisi ayahnya begitu sangat memalukan.

Bersyukur, kedua anak-anak Nuh yang lain yaitu Sem dan Yafet, tidak ikut-ikutan menertawakan hal yang memalukan dari ayahnya bahkan mereka segera mencari cara untuk menutupi ketelanjangan ayahnya itu agar kehormatan ayah mereka tetap terjaga.   Sem dan Yafet mendapat akal yaitu mereka menutupi ketelanjangan ayahnya dan tetap menjaga kehormatan ayah mereka dengan cara memberi selimut dan menutupinya sambil berjalan mundur ke belakang.

 

Empat, Nuh pilih kasih terhadap anak-anaknya

Dalam psikologi analitik, anak kedua sering kali berpotensi menjadi anak yang paling bermasalah dalam keluarga. Ini akibat pilih kasih atau kurang mendapatkan kasih sayang yang cukup dari orang tua. Sering kali orang tua begitu sayang kepada anak pertama sebagai buah cinta kasih mereka dan begitu mengasihi anak terakhir sebagai anak yang paling dilindungi dan dimanjakan karena usianya yang paling muda. Anak yang paling tengah (ke dua) menjadi yang paling kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang.  Akibatnya banyak masalah, kenakalan, pemberontakan, dilakukan oleh anak ke dua.

Ciri rumah tangga yang harmonis adalah semua anak-anak mendapatkan kasih sayang yang cukup dan merata.  Mereka berhasil tumbuh sehat dan kuat.  Menjadi perkasa di dunia ini sambil memuliakan nama Tuhan Allah.

Nuh seorang yang begitu luar biasa tapi ada segi kehidupan di mana ia kurang pengendalian diri.  Terutama dalam hal alkohol dan rasa keadilan dalam memberikan kasih sayang.

 

Lima, Nuh tidak pernah menyesali akan kesalahannya dan meminta maaf.

Ada kejanggalan dalam kisah ini di mana seharusnya Nuh menyesali akan kelemahannya yang bermabukan hingga telanjang. Ia seharusnya memohon maaf atas kelemahannya dan berjanji untuk tidak mengulangi lagi. Namun yang terjadi adalah Nuh memberikan hukuman yaitu kutukan. Kegagalan kepala rumah tangga adalah begitu arogan untuk mau mengakui kesalahan dan meminta maaf.   Ada yang justru mencoba membenarkan diri, memutar balikan fakta dan sebagainya.  Ini bukti buruknya fungsi kepala keluarga dan berdampak pada masa depan keluarganya.

 

Enam, Nuh memberikan hukuman yang tidak bijaksana

Kutukan yang Nuh berikan itu bukan kepada sumber masalah yaitu anak durhaka itu tetapi kepada anak Ham, Kanaan yang adalah cucu dari Nuh sendiri.

Kanaan dikutuk menjadi hamba yang paling hina bagi saudara-saudaranya (Kej 9:25). Kanaan adalah anak bungsu (anak ke empat) dari Ham. Walaupun demikian Tuhan Allah memakai kutukan itu untuk maksud-Nya yang sempurna. Ada berbagai penafsiran mencoba menjelaskan mengapa bukan Ham yang dikutuk? Itu disebabkan Ham sudah terlebih dahulu diberkati oleh Nuh (Kej 9:1) sehingga tidak bisa dikutuk lagi. Sebab lain adalah kutukan terhadap anak si pelaku dan bukan kepada pelaku tentu lebih menyakitkan bagi pelaku. Apalagi Kanaan adalah anak kesayangan Ham karena ia anak bungsu.  Ada perasaan bersalah karena ulahnya namun anak bungsu yang menjadi korban.  Ini sangat menyakitkan bagi Ham karena ia melihat langsung akibat hukuman itu bagi anak yang paling dikasihinya.

Penafsiran lain mengatakan bahwa Kanaan orang pertama yang melihat Nuh telanjang, lalu Kanaan menceritakan kepada ayahnya Ham dan Ham yang menyaksikan hal itu menertawakan Nuh, yaitu ayahnya sendiri dan bahkan Ham segera mencari Sem dan Yafet untuk menceritakan kejadian yang memalukan itu.  Itulah sebabnya hukuman harus dijatuhkan ke orang pertama yang menyaksikan yaitu Kanaan.

Kutukan itu sungguh menjadi kenyataan di mana Kanaan akhirnya ditaklukkan oleh bangsa Israel yang adalah keturunan Sem (Yos 9:21-27; I Raj 9:20-21) kemudian ditundukkan lagi oleh bangsa Persia yang adalah keturunan Yafet. Kekalahan, kejatuhan, kemiskinan terus terjadi di kalangan suku Kanaan pada waktu itu.

Dari segala kelemahan dan kekurangan Nuh ini adakah kemiripan dengan Anda sebagai kepala rumah tangga? Adakah hal-hal yang perlu dikoreksi dan diperbaiki dalam peran dan fungsi Anda sebagai kepala rumah tangga? Alangkah baik dan indahnya bila kita tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama, belajar untuk memperbaiki diri dan belajar hidup yang semakin diperkenan oleh Tuhan.

Previous
Previous

Dari Masalah Menuju ke Penyembahan

Next
Next

Anda Masih Jatuh Bangun Dalam Dosa?