KELUARGA YEFTA

Oleh : Pdt. Djohan Kusnadi

Kisah hidup Yefta sungguh kisah hidup yang sangat ekstrim antara sakit hati dengan kelegaan, kegagalan dengan kesuksesan, dukacita dengan sukacita.  Sangat ekstrim itu terjadi karena perubahan itu begitu cepat dan tidak terduga.

Ini diawali dengan masa kecil Yefta dimana ia dilahirkan dari perempuan sundal (Hak 11:1) dan ketika ia tumbuh menjadi besar, ia diusir oleh saudara-saudaranya dari Ibu yang sah menjadi istri ayahnya untuk keluar dari rumah karena mereka tidak ingin Yefta turut mendapat warisan dari ayah mereka.  Yefta terpaksa keluar dan tinggal di tanah Tob (Hak 11: 3).

Bayangkan betapa sakit hari Yefta saat itu.  Ia mungkin sudah kehilangan Ibunya karena Ibunya seorang pelacur dan tidak tahu ada dimana.  Tidak pernah ada belaian ataupun curahan kasih sayang dari Ibunya dan ketika mulai dewasa ia diusir keluar rumah oleh saudara-saudaranya sendiri.  Sepertinya hidupnya tidak pernah merasakan sentuhan kasih dari orang tuanya maupun saudara-saudaranya. Sekarang ia harus meninggalkan rumah karena diusir oleh saudara-saudaranya sendiri. Hal inilah yang menjadikan dirinya pergi ke tempat ekstrim yang bernama Tob. Tempat itu terkenal akan kumpulan para penjahat, perampok dan pembunuh. Di tempat itulah Yefta bergabung dan menjadi bagian dari gerombolan sadis itu.

Penderitaan seorang anak yang bertubi-tubi terjadi menjadikan hidupnya menjadi ekstrim dan keluar dari jalur hidup sehat dan normal. Ia akan menjadi anti sosial, sampah masyarakat dan bahkan ancaman bagi masyarakat.  Ini semua terjadi karena kesalahan seorang pribadi yang Bernama ayah.

Gilead, ayah Yefta, yang sudah beristri ternyata suka jajan dengan main dengan wanita pelacur.  Akhirnya salah satu Wanita pelacur itu hamil dan melahirkan anak lelaki dan karena ia anak lelaki maka Gilead mengambilnya dan membawanya pulang sebagai anaknya.  Namun disis lain istri Gilead yang juga mempunyai anak-anak sah dari Gilead tidak bisa terima kelahiran anak lelaki perempuan sundal itu yang Bernama Yefta.  Mereka kuatir harta kekayaan milik ayah mereka akan mengalir ke Yefta sehingga bagian mereka akan semakin berkurang.  Maka jalan satu-satunya demi keutuhan rumah tangga maka Yefta harus diusir keluar dari rumah dan harta warisan mereka menjadi aman. Bagi mereka, Yefta akan menjadi benalu yang kelak bisa membahayakan kehidupan mereka maka secepatnya harus diusir keluar.

Terjadinya kejahatan dalam masyarakat banyak diakibatkan oleh orang-orang yang mengalami sakit hati dalam keluarganya akibat keluarga yang tidak lagi berfungsi dengan baik. Penyebab utamanya tentu saja seorang suami yang menjadi ayah dalam keluarga.  Suami yang baik tentu akan membuat istrinya menjadi istri yang baik dan hasilnya seluruh anak-anaknya tumbuh menjadi sehat karena peranan orang tua yang baik.  Bagaimana dengan peranan Anda dalam keluarga? Adakah hal-hal yang perlu diperbaiki?

Ada dua bagian kelanjutan dari kisah Yefta.  Setelah ia menetap di Tob dan menjadi salah satu pemimpin gerombolan Tob, tiba-tiba datang para tua-tua dari Gilead yang tiada lain adalah saudara-saudaranya yang pernah mengusirnya untuk meminta pertolongan Yefta.  Mereka ingin meminta Yefta balik ke tanah Gilead, menjadi pemimpin bagi mereka untuk berperang melawan bani Amon.

Ini bagian pertama yang sangat menarik. Setelah melakukan kejahatan kepada Yefta sekarang mereka berpaling kepada Yefta dan meminta pertolongan Yefta dan bahkan dengan rela hati mau mengangkat Yefta menjadi pemimpin atas mereka asalkan Yefta mau memimpin pasukan berperang melawan bani Amon.

Ini terjadi karena kemungkinan Yefta dan gerombolan Tob sangat terkenal akan taktik perang dan kehebatan mereka dalam bertempur.  Banyak keberhasilan dan kemenangan yang mereka raih yang menjadikan mereka sangat terkenal dan ditakuti oleh banyak orang. Selain itu mereka menganggap dalam diri Yefta masih mengalir darah kaum Gilead yang layak menjadi pemimpin atas mereka.

Sepertinya perjalanan hidup Yefta tiba-tiba berubah kearah yang lebih baik. Segala bentuk penolakan dan pengusiran atas dirinya kini berubah drastis menjadi penerimaan dirinya bahkan pengangkatan dirinya menjadi pemimpin atas kaumnya. Perubahan tersebut terjadi karena ada beberapa halpenting yang ada dalam diri Yefta. Ada hal-hal positif yang perlu kita pelajari tentang Yefta yaitu:

Pertama, kerohaniannya tetap terjaga. Walaupun ia mengalami penolakan, pengusiran yang sangat menyakiti dirinya ditambah lagi di lingkungan barunya yang terkenal akan gerombolan perampok yang sangat ditakuti oleh masyarakat sekitarnya karena kehebatan mereka melakukan aksinya. Padahal arti nama Tob itu adalah baik namun kelakuannya adalah merampok.  Dalam kondisi seperti itu ternyata Yefta masih memiliki relasi yang intim dengan Tuhan bahkan ia suka bertanya kepada Tuhan. Ada kemungkinan gerombolan perampok ini memiliki gaya seperti “Robin hood” yakni merampok harta orang kaya yang tamak dan suka menjerat rakyat kecil kemudian membagikan hasil jarahannya kepada rakyat miskin. Itulah sebabnya para tua-tua Gilead tidak sungkan untuk datang meminta pertolongan kepada Yefta. Ini terjadi karena Alkitab mencatat Yefta suka bertanya kepada Tuhan dimana ia suka membawa perkaranya di hadapan Tuhan (Hak 11:11). untuk segala hal yang akan dilakukannya.  Ia tidak pernah berjalan sendiri namun selalu meminta pertolongan Tuhan.

Bagaimana dengan diri kita? Seringkali kita merasa sudah tahu, sudah terbiasa sudah mapan dan mandiri sehingga kita mulai tidak bergantung kepada Tuhan.  Semua sudah ada, cukup tersedia bahkan berlimpah sehingga rasa ketergantungan dengan Tuhan semakin pudar.  Tuhan hanyalah alat yang dibutuhkan ketika sedang susah, terdesak, tidak ada jalan keluar, bencana sedang datang, tidak ada lagi yang bisa diandalkan di dunia ini barulah di saat-saat itu kita membawa perkara kita dan mencari Tuhan.

Bahkan banyak orang sekarang merasa tanpa mempercayai Tuhan membuat diri mereka bisa lebih mengasihi sesama. Ini suatu pernyataan yang perlu dibuktikan kebenarannya. Mungkinkah seorang bisa mengasihi orang lain tanpa memiliki sumber kasih itu sendiri? Kasih jenis apakah yang mampu diberikan bila tidak ada Allah di dalamnya?  Bisakah kasih itu berlangsung lama bila tidak ada Allah di dalamnya?

Memang patut kita akui ada orang-orang Kristen yang berpikiran sempit sehingga mudah menghakimi dan membagi-bagikan jenis orang dalam klasifikasinya.  Ada orang-orang yang dianggap tidak layak sebagai sahabatnya karena perbedaan agama, perbedaan aliran/ doktrin, perbedaan cara berpikir.

Orang-orang yang berbeda tersebut dikucilkan dari dirinya maupun pergaulannya karena mereka bukanlah sahabat.  Namun masih banyak orang-orang Kristen yang betul-betul dipenuhi oleh kasih Kristus yang suka menjangkau mereka yang dilupakan masyakarat, mereka yang tergolong kaum marginal, mereka yang tertolak atau ditolak masyarakat, atau yang berbeda dengan dirinya atau kepercayaanya. Bahkan mereka bisa merangkul dan tetap mengasihi orang-orang yang pernah membencinya, menghianatinya, bahkan mencelakakan dirinya.  Itu semua karena ada Kristus di dalam dirinya dan kasih Kristus terpancar keluar membawa orang-orang yang sakit hati, tertolak, dibuang masyarakat, bahkan para musuhnya untuk merasakan kasih Allah dalam dirinya dan membuat mereka tertarik dan mau datang kepada Kristus Tuhan.

Dua, Yefta seorang yang mengerti sejarah dengan baik. Ketika bani Amon mengatakan bahwa Israel mengambil wilayahnya maka Yefta dengan tegas bisa menjelaskan secara mendetail asal usulnya dan mengapa itu sampai terjadi. Bagaimana orang Israel begitu menderita karena mereka dilarang untuk melintasi daerah Edom, Moab, maka terpaksa bangsa Israel harus berkemah di Kadesh dan terpaksa mengelilingi daerah-daerah tersebut yang menjadikan perjalanan menjadi sangat jauh dan melelahkan. Orang Israel juga meminta bantuan kepada raja Sihon, raja orang Amori dan Hesybon gar diperbolehkan melintasi wilayahnya tetapi justru raja Sihon mengumpulkan pasukannya menyerang orang Israel. Justru dalam peperangan itulah orang Israel memperoleh kemenangan dan hasilnya orang Israel menduduki daerah orang Amori dan Hesybon. Dan sekarang engkau ingin memiliki daerah yang telah dimiliki oleh orang Israel? (Hak 11:14-23).  Yefta sungguh seorang ahli sejarah dan apologetika yang baik sehingga mampu membungkamkan musuhnya. Bahkan Yefta bisa membandingkan bangsa Amon dengan bangsa Moab yang tidak pernah menuntut hak atas orang Israel atau berperang melawan Israel. Yefta bahkan bersaksi bahwa semua wilayah yang berhasil dikuasainya adalah berkat pertolongan Tuhan Allah dan Yefta menanyakan bagaimana dengan kehebatan Kamos, dewa bangsa Amon. Sungguh suatu kesaksian yang begitu berani membandingkan kedahsyatan Tuhan Allah dengan Kamos.

Previous
Previous

Hidup Memancarkan Terang Kristus

Next
Next

Yesus Menyerahkan Nyawa-Nya bagi Domba-Nya