Perkataan Yesus di Kayu Salib

Oleh: Pst. Max Chandra

“Ya Bapa ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”
(Luk. 23:34)

Biasanya orang yang dijatuhi hukuman mati di kayu salib mengucapkan sumpah serapah dan kutukan untuk meringankan kesakitan yang mereka alami.  Mereka tidak dapat membalas dendam, hanya mengutuk, itulah kesempatan yang mereka miliki.  Yesus disalib bukan karena melakukan dosa, Pilatus wali negeri sudah mengatakan bahwa dia tidak menemukan kesalahan yang menyebabkan Yesus harus dihukum mati.  Namun karena desakan para pemimpin Yahudi yang benci kepada Yesus, Pilatus terpaksa menyalibkan-Nya.

Yesus mempunyai alasan yang kuat untuk memprotes penyaliban diri-Nya.  Tetapi putusan sudah ditetapkan, jalan salib tidak mungkin dibatalkan.  Cambukan, pukulan, paku yang menusuk tangan-Nya begitu nyeri.  Dalam kondisi seperti itulah Yesus berseru : ”Bapa ampunilah mereka”.

Siapakah “mereka”?  Mereka ialah tentara Romawi, Imam kepala, ahli Taurat, orang-orang Yahudi yang pernah ditolong Yesus, itu yang berteriak : “Salibkan Dia!”  Tangan Yesus yang suka membantu dan menyembuhkan orang itu ditusuk dengan paku.  Mengapa mereka melakukan kejahatan seperti itu?  Karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat, itulah yang dikatakan Yesus.  Mereka tidak tahu siapa Yesus, bahkan murid-Nya juga mungkin tidak kenal Yesus.  Yesus mengampuni mereka.

Mungkin salah satu hal yang paling sulit di dunia ini yaitu mengampuni orang yang menyakiti diri kita.  Kebudayaan Tiongkok menganggap durhaka jika anak tidak membalaskan dendam orang tua mereka.  Dendam demi dendam menjadikan kisah dinasti-dinasti zaman dulu menjadi menarik untuk dibaca.  Bahkan ada kisah balas dendam yang sangat sadis yang dikisahkan dalam sejarah Tiongkok.  Sang penuntut balas dendam kecewa karena musuhnya sudah meninggal, kuburannya pun digali dan mayat musuhnya itu disayat-sayat.

Yesus dalam kotbah di bukit pernah berkata: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Perkataan ini bisa saja diucapkan, ditiru, atau diajarkan oleh guru atau pemuka agama.  Sangat mudah untuk mengajar orang lain untuk mengasihi musuh. Yesus bukan sekedar pengajar tetapi juga pelaku firman.  Di kayu salib dan dalam kondisi yang sangat menderita Dia memohon kepada Bapa untuk mengampuni mereka semua yang tidak tahu apa yang mereka perbuat.  Yesus membalikkan budaya balas dendam menjadi budaya mengampuni.

Afrika Selatan pernah dipimpin oleh orang kulit putih dan pemimpin tersebut memerintah dengan kejam terhadap orang-orang kulit hitam yang adalah penduduk asli Afrika Selatan.  Namun, ketika Nelson Mandela berhasil mengembalikan pemerintahan kepada orang kulit hitam lagi, dia tidak membalas dendam.  Dia adalah seorang peneladan Yesus Kristus.  Dia berkata, kita tidak mungkin melupakan masa lalu, namun kita bisa mengampuni mereka.  Berapa banyak peperangan, pertumpahan darah, kematian bisa terhindar jika perkataan Yesus ini dihayati dan dimiliki oleh setiap pemimpin dunia ini.  Peperangan Rusia dan Ukraina tidak perlu terjadi jika pemimpin Rusia dan Ukraina saling mengampuni. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita menjadi peneladan Tuhan Yesus yang bersedia mengampuni orang yang sudah menyakiti kita?

Previous
Previous

Ketika Motivasi Berubah

Next
Next

Dua Prinsip dalam Mengenal Yesus