Keluarga Otniel (Bagian II)

Oleh : Pdt. Djohan Kusnadi

Bagian I

Tiga, Otniel memiliki istri yang tunduk dan menghormati Yosua.
Hal ini terlihat dalam terjemahan Amplified Bible dikatakan: When she came to Othniel, she persuaded him to [allow her to] ask her father [Caleb] for a field (Hak. 1:14). Asha membujuk Yosua untuk mengizinkan dirinya meminta sebidang tanah kepada ayahnya. Ini merupakan hal yang penting dalam keluarga dimana istrinya tidak berjalan sendiri namun ia sangat menghormati, tunduk dan patuh kepada suami.

Prinsip ini juga diajarkan dengan begitu jelas oleh Paulus yang mengatakan Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (Ef. 5:22-25).

Sayang sekali banyak gereja dan lembaga Kristen di negara Barat mengajarkan bahwa suami dan istri itu satu level yang sama padahal istri harus di bawah sedikit dari suami. Itu bukan berarti istri berkedudukan sama dengan anak.  Istri harus lebih tinggi dari anak namun di bawah suami.

Sekarang ini di beberapa negara maju, istri terlihat begitu dominan dan pemimpin dalam rumah tangga. Istri yang berjalan di depan dan suami yang mengekori dari belakang. Istri yang mengatur dan mengambil keputusan sedangkan suaminya pelaksana keputusan.  Istri yang mengendalikan keluarga sedangkan suami yang harus tunduk pada peraturan istri.

Kelakuan istri yang begitu dominan seringkali terjadi karena faktor budaya atau tradisi. Dimulai dari rumah tangga dimana sang anak lelaki mempunyai ibu begitu dominan dan sang ayah tunduk dan takhluk kepada ibunya.  Sehingga, saat si anak laki-laki ini membangun relasi yang serius dengan seorang kekasih pujaannya, ia harus mengemis cinta kepada wanita pujaannya demi untuk mendapatkan hatinya. Di saat ingin meminangnya atau memohon untuk menikah dengan dirinya, maka sang pria harus bertekuk lutut dan bersembah sujud di depan sang wanita itu sambil memperlihatkan cincin nikah. Dengan harapan sang kekasih bersedia untuk mau menikah dengan dirinya.

Akibatnya, semua otoritas sudah ada dalam gengaman sang kekasih dan kelak kalau sudah resmi menjadi istri maka suami harus menaati semua peraturan yang dibuat sang istri. Walau tentu masih ada pasangan yang mencoba berdiskusi terlebih dahulu untuk mengambil keputusan namun tetap keputusan akhir di tangan sang istri. Suamipun tidak keberatan karena memang itulah budaya yang ada dan mereka percaya happy wife will make peace on earth, happy wife is happy life. Bila ingin hidupmu tenang dan senang jangan buat istrimu marah. Berapa banyak suami tidak berdaya walau mereka marah, jengkel, atau sakit hati, mereka hanya bisa mengeluh di belakang istrinya atau kepada teman-temannya namun tidak akan berani berhadapan langsung dengan istrinya.

Prinsip ini tentu bertentangan dengan prinsip Alkitab. Karena Alkitab mengatakan dengan jelas dan tegas yaitu istri harus tunduk kepada suaminya dan suaminya harus mengasihi istrinya. Ini bukan berarti karena istri di bawah suami berarti ia bisa diperlakukan sewenang-wenang. Firman Tuhan mengatakan bahwa wanita dicipta bukan dari tulang kaki untuk diinjak suami. Bukan pula dari tulang kepala untuk menginjak-injak suaminya tetapi dari tulang rusuk dekat jantung hatinya. Ia dicipta untuk dicintai, dijaga, dipelihara, dan dilindungi. Firman Tuhan mengatakan hai suami kasihilah istrimu (Ef. 5:25).

Inilah keindahan dalam kehidupan rumah tangga Otniel. Istrinya mau patuh dan minta izin terlebih dahulu walau itu demi untuk kepentingan keluarga, walau itu hanya berbicara dengan ayah kandungnya sendiri. Sang istri tetap minta izin kepada suaminya untuk boleh berbicara dengan Kaleb, ayahnya.

Atas persetujuan Otniel, maka Akhsa memohon kepada Kaleb, ayahnya, agar memperoleh daerah-daerah yang subur dan akhirnya mereka mendapatkannya dan itu bekal untuk masa depan yang indah.Keindahan rumah tangga itu semakin sempurna karena Tuhanpun menambahi berkat keluarga Otniel dengan dua anak laki-laki yang indah yaitu: Hatat dan Meonotai (I Taw. 4:13). Hasilnya, keluarga ini menjadi berkat karena diberkati Tuhan. Itu terjadi karena Otniel cinta Tuhan dan ia memilih istri dari keluarga yang cinta Tuhan dan memiliki hati untuk mau tunduk kepada suaminya. Dasar inilah yang menjadikan rumah tangga itu kuat dan kokoh walau di tengah badai.  Hasilnya, berkat Tuhanpun semakin dicurahkan melimpah melalui kehadiran anak-anak dan kesuksesan dalam jenjang karir.

Empat, Otniel dipilih Tuhan sebagai penyelamat bangsa Israel.
Ini terjadi karena saat itu orang Israel telah meninggalkan Tuhan dan beribadah kepada Baal dan Asyera.  Akibatnya Tuhan menyerahkan mereka ke tangan raja Kusyan-Risyataim, raja Aram-Mesopotamia selama delapan tahun. Penderitaan delapan tahun itu akhirnya membuat bangsa Israel mengingat Tuhan dan berseru memohon pertolongan-Nya. Akhirnya Tuhan membangkitkan seorang penyelamat yang tiada lain yang dipilih adalah Otniel.

Ini membuktikan bahwa Otniel konsisten dalam mengikut Tuhan dan ia tidak pernah berpaling dari Tuhan Allah dan tetap beribadah dan menyembah-Nya. Walau ia sudah memiliki kekayaan, posisi yang sudah enak, namun itu tidak membuat dirinya terlena. Ia tetap setia mengikut Tuhan sehingga Tuhan tetap memilih dan memakainya sebagai penyelamat bangsa. Tugas ini tugas yang sangat berat dan penuh resiko karena ia harus berhadapan langsung dengan raja dan pasukan Aram yang jauh lebih hebat kekuatan tempurnya dan juga terlatih. Sedangkan kondisi bangsa Israel sebagaiyang terjajah selama delapan tahun tentulah memiliki mental yang tidak solid, tabiat budak dan penakut serta peralatan perang yang kurang lengkap dan memadai. Namun karena Tuhan memilihnya dan Roh Tuhan menghinggapinya, maka tiada hal yang mustahil bagi dirinya untuk mengalahkan sang penjajah.

Otniel dengan luar biasa berhasil mengalahkan musuh untuk kesekian kalinya. Tidak ada catatan bahwa ia pernah kalah atau gagal dalam pertempuran. Sifat pemberani dan ditambah lagi ia dihinggapi Roh Allah berhasil menghantarkan Otniel untuk mengalahkan musuh.Rahasia kesuksesan perangnya bukanlah mengukur kekuatan lawan dan bagaimana menyusun strategi perangnya. Alkitab mencatat hal yang pertama dan yang terutama yaitu menghakimi bangsa Israel. Ini berarti ia meluruskan terlebih dahulu apa yang salah di mata Tuhan. Ia membuang segala bentuk penyembahan terhadap berhala dan membawa bangsanya untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan. Ia meyakinkan dirinya bahwa tidak ada lagi sisa-sisa penyembahan Baal dan Asyera di antara suku-suku Israel dan setelah itulah barulah ia pergi berperang.  Pemulihan relasi dengan Tuhan yang adalah sumber berkat dan kemenangan harus dilakukan sebelum memperoleh kemenangan yang sejati. Inilah yang menjadi kunci letak kemenangannya yang luar biasa.

Hasilnya, bangsa Israel berhasil merdeka dan si penjajah ditakhlukannya sehingga Israel akhirnya bisa hidup dengan aman selama empat puluh tahun lamanya. Suatu masa yang cukup panjang dan masa yang begitu indah karena tidak ada lagi ancaman luar yang datang, tidak ada lagi ketakutan, tidak ada lagi kesusahan karena mereka bertobat dan beribadah kepada Tuhan Allah serta tidak ada lagi kejahatan atau dosa di mata Tuhan. Itu semua terjadi karena Otniel hidup dan ada di tengah-tengah mereka. Mereka tidak berani untuk melawan Allah atau berhianat kepada Otniel. Karena Otniel begitu tegas dan keras menindak mereka yang melanggar hukum Tuhan serta menyeleweng dari pada-Nya.

Bagaimana dengan Anda dan keluarga? Maukah kita hidup selalu di dalam kedamaian, kelimpahan dan kemenangan? Langkah pertama yang harus dilakukan adalah bukan mengatur strategi, rencana dan persiapan bagaimana bisa sukses tetapi membereskan hubungan kita dan keluarga kita dengan Tuhan. Bila ada dosa, kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dengan kesucian Tuhan, karakter yang garang, pemarah, liar, dan serakah haruslah diubahkan menjadi baru. Hal ini akan terbukti dari buah-buah hasil pertobatan.

Perlu ada relasi yang intim dengan Tuhan dan Tuhan Yesus layak tinggal di dalam hidup kita. Barulah segala yang kita minta dalam doa akan memperolehnya karena kita tinggal di dalam Dia dan Firman-Nya di dalam kita (Yoh. 15:7). Karena kita tinggal di dalam Dia maka pastilah kita akan meminta menurut kehendakNya (I Yoh. 4:14c).

Hanya Tuhan Yesus  yang mampu memulihkan hidup kita menjadi baru dan indah. Menjadikan kehidupan ini menjadi kepala bukan ekor, semakin hari semakin naik sesuai dengan janji-Nya (Ul. 28:13). Sebab bila Allah dipihak kita siapakah yang akan melawan kita? (Rom. 8:31).

Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. 38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,39 atau kuasa-kuasa,baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Rom. 8”37-39).

Previous
Previous

Melangkahlah Segera!

Next
Next

Melayani Tuhan dengan Apa yang Kita Miliki