Keluarga Yusuf (Bagian II)

Oleh : Pdt. Djohan Kusnadi

Tiga, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan kepadanya (Mat 1:24). Malaikat Tuhan memerintahkan agar Yusuf jangan ragu mengambil Maria menjadi istrinya dan menjelaskan bahwa bayi dalam kandungan Maria berasal dari Roh Kudus. Setelah menikahi Maria, Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria hingga bayi Yesus Kristus lahir. Sungguh suatu ketaatan dan pengorbanan yang besar bagi Yusuf. Malam pertama sewaktu pernikahan tidak ada bulan madu, tidak ada yang istimewa karena Yusuf bertekad menjaga kesucian Maria hingga bayi itu lahir. Selain itu setelah melahirkan bayi Kristus, Maria otomatis tidak lagi seorang anak dara (gadis).

Banyak dari suami sangat egois menuntut istrinya harus suci (perawan) dan itu harus terbukti di malam pertama.  Bila tidak maka itu akan menjadi racun bagi rumah tangga mereka. Walau sang istri yang masih suci namun bila tidak ada bukti atau tanda-tanda menurut ukuran suami maka urusan malam pertama menjadi sangat panjang dan akhirnya menjadi bencana bagi mahligai pernikahan mereka. Padahal banyak hal dan banyak kondisi yang bisa membuat sang istri kelihatannya tidak lagi suci atau standar ukuran suami yang tidak akurat sehingga itu menjadi virus yang terus menyebar dan akhirnya mematikan kebahagiaan rumah tangga mereka.

Empat, Yusuf mentaati seluruh aturan hukum Torat (Luk 2:21-22). Ia persis melakukan seperti perintah Hukum Torat yaitu membawa bayi Kristus yang baru berusia delapan hari untuk disunat.

Tentu ini perlu biaya karena harus berangkat lagi dari Betlehem ke Yerusalem sekitar 9 km jaraknya. Selain itu harus membawa korban bakaran walau hanya sepasang burung merpati. Belum lagi kondisi bayi biasanya akan banyak rewel dari biasanya karena kesakitan sehabis di sunat dan itu terjadi sepanjang malam hingga beberapa minggu atau bulan. Bagi Maria ini adalah kesempatan pertama kali keluar rumah setelah melahirkan dan ia sudah dianggap kudus dari kenajisannya setelah melahirkan. Itu terjadi setelah memberikan korban bakaran bagi Tuhan. Yusufpun harus memberi nama pada bayi itu persis sama seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan kepadanya. Namun satu hal yang tidak disangka sama seperti hari kelahiranNya dimana ada para gembala yang datang maka pada saat disunat ada dua hamba Tuhan yaitu Simeon dan Hana yang merupakan nabi perempuan saati itu. Mereka menyaksikan bagaimana kesaksian Simeon dan Hana yang meneguhkan bahwa bayi Kristus Yesus sungguh adalah pembebas yang membawa keselamatan bagi umat manusia. Simeon dan Hana juga memberkati Yusuf-Maria serta bayi itu yang tentu itu semua menguatkan dan meneguhkan betapa beruntungnya mereka bisa terpilih sebagai orang tua dari Kristus Yesus, Juru Selamat dunia.

Bagaimana dengan peranan kita sebagai suami-suami? Apakah kita bisa menjadi kepala keluarga sekaligus imam yang menghantar seisi keluarga kita mentaati Hukum yang tertera dalam Firman-Nya serta menjaga agar seisi keluarga kita hidup seturut dengan kehendak Tuhan? Yusuf adalah kepala keluarga yang berhasil membawa seisi keluarganya untuk selalu taat pada perintah Hukum Torat hingga ajalnya. Bila ada anak kita yang tidak mau beribadah apalagi meninggalkan imannya, maka itu adalah tanggung jawab suami sebagai kepala keluarga. Suami harus dengan serius mendoakan, menasehati dan terus mengingatkan dalam segala pengorbanan perasaannya agar anak itu tetap berada dalam lindungan dan tangan pemeliharaan Tuhan.

Lima, Yusuf serius menjaga keselamatan anggota keluarganya (Mat 2:13-14). Saat itu raja Herodes sangat marah karena merasa ditipu oleh orang majus yang tidak Kembali lagi kepadanya.  Ia merasa ditipu oleh orang majus dan terancam karena kesaksian mengenai anak itu yang kelak menjadi malapetaka bagi dinasti kerajaannya.  Untuk itu jalan satu-satunya hanyalah mencari dan menemukan bayi itu serta membunuhnya. Namun karena jumlah anak laki-laki di bawah usia dua tahun cukup banyak maka tiada cara lain selain membunuh ditempat setiap anak laki-laki yang berusia dibawah dua tahun. Bayangkan betapa mengerikan peristiwa yang terjadi saat itu. Diperkirakan ada sekitar dua puluh anak laki-laki yang mati terbunuh saat itu.  

Yesus Kristus bisa diselamatkan karena Yusuf mau menaati mimpi yang disampaikan malaikat Tuhan kepada Yusuf. Tentu ini membutuhkan biaya yang sangat besar dalam pengungsian ke Mesir. Ini memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menetap disana sehingga Herodes meninggal dunia.  Itu berarti segala bisnis usaha, biaya sehari-hari dan tempat tinggal akan sangat besar. Namun semua itu sudah disediakan Bapa di Surga melalui persembahan orang majus yang memberikan persembahan emas, kemenyan dan mur sehingga semua kebutuhan mereka bisa tercukupi hingga mereka balik kembali ke Nazaret.

Membiayai keluarga bukanlah hal yang mudah.  Semakin anak bertambah banyak, bertambah usia, semakin bertambah juga jumlah pengeluarannya. Ini tentu membutuhkan kerja keras dari seorang ayah yang ditopang oleh istri yang baik dan bijaksana.  Tidak ada lagi kepentingan diri sendiri atau ambisa diri melainkan hanya kepentingan keluarga dan semua fokus hidupnya adalah demi kesejateraan keluarga.  Suami yang seperti ini pastilah akan menghasilkan anak-anak yang luar biasa dalam karakter maupun karir karena ada Tuhan bersamanya dan karena ada pengorbanan besar dari orang tuanya. Bagaimana dengan fokus hidup Anda? Apakah serratus persen untuk keluarga atau masih ada keegoisan sendiri yang bisa membunuh masa depan keluarga.

Previous
Previous

Ini Aku

Next
Next

Tuhanku Gembala Yang Baik