Ini Aku

Oleh : Hani Rohayani

Nats : Kejadian 22:1-19

Setelah semuanya itu Allah mencoba  Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan.” Jika kita melihat kejadian 22:1 di atas, jawaban Abraham atas panggilan Allah, tidak ada yang istimewa. Hal yang wajar jika dipanggil oleh seseorang maka kita akan menjawab dengan jawaban “ya”. Tetapi jika kita melihat ke dalam bahasa Ibrani, maka kita akan mendapati jawaban Abraham itu bukan hanya sekedar “Ya”. Karena jika Ia hanya mengatakan “Ya” sebagaimana yang kita pahami dalam bahasa Indonesia, maka, ketika Allah berkata, “Ambillah anakmu  yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria  dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran  pada salah satu gunung yang akan Kukatakan  kepadamu." (Kej. 22:2), Abraham bisa saja berpikir dulu, negosiasi atau bahkan menolak hal yang Allah perintahkan. Jika kita melihat bahwa Abraham taat sebagaimana yang sampaikan dalam Kej. 22:3, sebenarnya ketaatan Abraham dimulai bahkan ketika masih berkata “Ya”. Ketika ia berakata “Ya”, sebenarnya Abraham sedang mengharuskan dirinya untuk mentaati yang diminta oleh Allah, termasuk mengorbankan anaknya, yaitu Ishak.

Kata “ya, Tuhan” dalam Kejadian 22:1 sebenarnya dalam bahasa Ibrani ditulis הִנֵּנִי (hin-nê-nî.) yang merupakan gabungan dari kata hineh (di sini) dan ani (saya), yang jika digabungkan menjadi , saya di sini atau di sinilah saya. Kata hinneni cukup banyak dalam Alkitab Perjanjian Lama, secara khusus sebagai jawaban ketika Allah memanggil hamba-Nya.  Kata hinneni, dalam pengertian orang Yahudi memiliki pemahaman yang jauh lebih dalam dari sekedar kata, “ya”, “saya di sini” atau “di sinilah saya”. Kata hinneni memiliki beberapa pengertian antara lain:

  1. Kesediaan untuk mendengar:
    Ketika Abraham berkata ini saya, saya di sini atau di sinilah saya, Abraham sedang mengatakan bahwa, “saya di sini dan saya bersedia untuk mendengarkan semua yang Engkau firmankan Tuhan”.

  2. Kesediaan untuk taat:
    Ketika Abraham berkata, hinneni, ia bersedia untuk taat atau siap untuk melakukan (at your service), apapun yang Allah akan perintahkan sekalipun ia tidak pernah tahu sebelumnya. Hal ini dibuktikan pada Kej. 22:3, pagi-pagi Abraham bangun dan melaksanakan perintah Allah. Hal yang sama disampaikan oleh Yesaya dalam Yes. 6:8 ketika ia berkata, “ini aku, utuslah aku!” Yesaya juga menggunakan kata hinneni, atau oleh Musa dalam Kel. 3:4, ia juga menjawab hinneni, ketika Allah memanggil namanya.

  3. Kesediaan untuk tunduk dan mengakui kedaulatan Allah.
    Dengan kesediaan untuk mendengar dan taat atas apapun, sebenarnya hal ini sebuah sikap yang menunjukkan sebuah pengakuan atas kedaulatan Allah dan kesediaan untuk tunduk dan melayani Allah.

Jadi kata hinneni yang selama ini kita kenal dengan kata, “Ya, Tuhan” memiliki makna yang sangat dalam. Kata ini menunjukkan ketundukan secara mutlak, sebuah kesediaan untuk mendengar, kesediaan untuk taat, dan keinginan untuk melayani Allah. Dari sana kita belajar bahwa memang seharusnya demikianlah sikap kita kepada Allah. Bahwa kita bersedia untuk tunduk, bersedia mendengar dan taat atas kehendak Allah dalam hidup kita. Karena Dia adalah Allah Hidup, Allah yang perkasa, Penguasa segalanya, dan yang memiliki hidup kita. Marilah kita berkata kepada Allah, “ini aku Tuhan, aku siap untuk mendengar dan taat, apapun yang Tuhan kehendaki dalam hidupku!”  Amin.

Previous
Previous

Sahabat Sejati Yonatan dan Daud

Next
Next

Keluarga Yusuf (Bagian II)