Keluarga Saul (Bagian 2)

Oleh: Pdt. Djohan Kusnadi

Tiga, tujuan hidup Saul hanyalah mencari kemuliaan untuk dirinya sendiri bukan kemuliaan bagi Tuhan
Ini terjadi setelah Saul berhasil menumpas musuhnya dan ia memerintahkan bani Israel untuk membangun batu peringatan bagi kebesaran namanya sendiri di Karmel (I Sam. 15:12).  Tidak ada sedikitpun niat Saul untuk membangun kebesaran nama Tuhan yang telah mengalahkan dan menumpas suku bangsa Amalek.  Padahal jelas itu semua karena campur tangan Tuhan sepenuhnya.

Jadi membangun batu peringatan demi untuk mempopulerkan namanya sendiri adalah sebuah perbuatan yang memalukan dan membodohi diri sendiri.  Bangsa Israel tentu tahu bahwa mereka tidaklah berperang karena tidak ada senjata dan mereka sangat lapar serta ketakutan atas bangsa Filistin yang sedang mengepung mereka.  Dan sekarang mereka menyaksikan tulisan kehebatan Saul dalam mengalahkan bangsa Israel sungguh sangat menggelikan karena Saul tidak melakukan peperangan kecuali menjarah hasil peperangan serta membatalkan maklumat bodoh yang diucapkannya sendiri kepada tentara Israel berkenaan tentang kewajiban untuk berpuasa di saat mereka membutuhkan energi besar untuk bisa berperang.

Kebodohan membaca gambar diri sebagai seekor macan terus terulang kembali dalam setiap tindakan yang bodoh. Hanya Roh Allah yang sanggup mengubahkan kesalahan fatal membaca gambar dirinya dan dasarnya adalah ketika seorang mau berjumpa dengan Roh Allah secara pribadi dalam bersaat teduh.

Memang ada beberapa kemungkinan Saul melakukan hal ini yaitu karena ia memang haus akan kekuasaan. Apalagi dari dirinya yang kurang percaya diri dan malah bersembunyi ketika ia mau diumumkan akan menjadi raja dan setelah benar-benar menjadi raja.  Selain itu karena ia telah berjasa sepenuhnya mengalahkan bangsa Filistin dan kini bangsa Amalek. Ia ingin keberhasilannya bisa dicatat dan diperingati. Kemungkinan lain karena ia sadar bahwa kerajaannya tidak akan pernah langgeng dan ia berusaha mengubah ucapan Samuel sebelumnya itu agar tidak terjadi dan itu dimulai dengan menuliskan keberhasilan-keberhasilannya agar orang Israel terus mengingat dan terus setia kepadanya dan keluarganya. Dan sekarang Samuel sudah berjanji akan mengokohkan kembali kerajaannya maka ia memakai kesempatan berharga itu untuk membangun dinasti kerajaannya yang bisa terus diwarisi kepada anak cucunya.

Padahal kunci yang utama adalah dalam tangan Tuhan yang mampu mengangkat dan mengokohkan atau menolak serta menjatuhkan kedudukan seseorang.  Bila hidup kita diperkenan dan dikasihi Tuhan masakan sih Dia tidak menjaga dan melindungi kita.  Masakan sih kehidupan kita akan dijatuhkan dan dihancurkan lawan? Jikalau Tuhan senantiasa ditinggikan siapakah yang sanggup melawan kita? Siapakah yang sanggup menggeser posisi kita? Siapa yang bisa mencelakakan kita? Tentu tidak ada karena Allah kita sangat dahsyat menjaga dan memelihara kita.

Empat, Saul tidak taat akan perintah Tuhan (I Sam. 15:3-14).  Padahal saat itu Tuhan Allah masih memberikan kesempatan untuk mengurapi Saul kembali menjadi raja Israel (I Sam. 15:1) dengan cara Saul harus pergi menumpas orang Amalek seluruhnya termasuk Ibu yang sedang mengandung dan anak-anak termasuk anak-anak yang sedang menyusu (I Sam. 15:3).  Juga semua ternak harus dibinasakan.  Murka Tuhan dinyatakan karena orang Amalek tidak pernah mau bertobat dan tidak akan bertobat untuk selamanya.  Bangsa Amalek jugalah yang pertama kali menentang Allah dan bangsa Israel di padang gurun. Mereka melambangkan kuasa kejahatan dan perlawanan kepada Allah dan umat-Nya, dan kebenaran-Nya. Selain itu kejahatan, kekejaman dan pemberontakan bangsa Amalek semakin meluas.

Sayang sekali Saul tidak melakukan sepenuhnya perintah Allah tersebut.  Ia tidak membunuh semua orang maupun ternak mereka dimana Saul masih menyisakan ternak yang gemuk-gemuk dengan alasan untuk korban bakaran bagi Tuhan.  Alasan yang sepertinya rohani ia akhirnya ditolak sebagai raja atas orang Israel.  Saul juga tidak taat dengan membiarkan raja Agag, raja orang Amalek yang terkenal akan kecerdasan dan taktik perangnya untuk dibiarkan hidup demi untuk menjadi bagian dari penasehat perangnya. 

Bagi Samuel sangat jelas yaitu mendengar suara Tuhan lebih penting dari segala persembahan yang begitu indah, memperhatikan perintah Tuhan lebih penting dari pada lemak domba jantan (I Sam. 15:22). Pendurhakaan sama seperti dosa bertenung, kedegilan sama seperti menyembah berhala dan terafim (I Sam. 15:23).

Akibat semua pelanggaran ini maka tamatlah riwayat Saul dan karirnya sebagai raja atas bangsa Israel.  Walaupun ia masih memegang jabatan sebagai raja namun itu tidak akan berlangsung lama lagi karena Tuhan Allah telah menolak dan membuang dirinya.

Lima, Saul berulang kali berusaha membunuh Daud.
Semua itu diawali oleh rasa iri hati dan merasa adanya ancaman karena Daud semakin luar biasa dipakai Tuhan melebihi dirinya.  Mula-mula ia marah karena Daud dipuji melebihi dirinya sendiri (I Sam. 18:6-9). Hal inilah yang membuat dirinya pertama kali berusaha membunuh Daud dua kali dengan tombak di tangannya namun Daud berhasil meloloskan diri dengan selamat (I Sam. 18:10-12).

Saul kemudian menggunakan cara lain yaitu menjauhkan Daud dari dekatnya dan mengangkat Daud menjadi kepala pasukan atas 100 orang. Otomatis kedudukan ini selalu menempatkan Daud dalam posisi terdepan ketika terjadi peperangan dengan musuh.  Saul ingin sekali agar Daud tewas di medan pertempuran bukan oleh tangannya sendiri. Namun penyertaan Tuhan selalu ajaib sehingga kemenangan demi kemenangan selalu diraih oleh Daud dan pasukannya kemana saja mereka pergi berperang.

Saul terus membuat banyak rencana busuk seperti menjanjikan akan memberikan anak gadis tertuanya yaitu Merab kepada Daud namun ketika tiba waktunya Saul tiba-tiba memberikan Merab kepada Adriel orang Mehola menjadi istrinya (I Sam. 18:19).  Tidak jelas apakah Daud mencintai Merab dan tidak ada catatan Merabpun mencintai Daud namun Saul memiliki kuasa dan otoritas untuk menikahkan anak gadisnya.  Saul selalu memakai hak ini untuk kepentingan dirinya dan kerajaannya. 

Saul kembali mencoba mempermainkan perasaan Daud dengan menjanjikan akan menikahi anak gadis bungsunya yaitu Mikhal kepada Daud.  Kali ini Alkitab mencatat sangat jelas dimana dikatakan Mikhal jatuh cinta kepada Daud walau Kembali tidak jelas apakah Daud juga mencintai Mikhal.  Namun kembali Saul menyetujui bila Daud kelak menjadi menantunya bila Daud bisa membayar mas kawin sebesar 100 kulit khatan orang Filistin sebagai pembalasan atas musuh raja (I Sam 18:25). Bagi Daud syarat  mas kawin itu tidaklah sulit sehingga sebelum waktunya genap Daud berhasil memimpin pasukannya untuk menewaskan bukan lagi 100 melainkan 200 orang Filistin dan menyerahkan 200 kulit khatan mas kawinnya kepada Saul (I Sam. 18:26-27).   

Saul kembali mencoba menombak Daud untuk kedua kalinya ketika Daud sedang bermain kecapi di rumah Saul (I Sam. 19:10; I Sam. 18:11). Saulpun berencana akan membunuh Daud kembali di pagi hari karena ia berhasil luput dari serangan Saul di malam hari.  Tempat tinggal Daud dijaga ketat dan diawasi namun Mikhal istri Daud yang juga putri bungsu dari Saul meloloskan Daud dari jendela serta menaruh terafim di tempat tidur Daud seolah-olah Daud sedang terbaring sakit sehingga Daud ada kesempatan untuk melarikan diri lebih jauh lagi.

Hal ini akhirnya menyadarkan Saul bahwa Tuhan menyertai Daud dan seluruh orang Israel mengasihi Daud. Hal ini pulalah yang membuat Saul semakin kuatir kepada Daud dan kembali mengatur siasat untuk membunuhnya.

Kelebihan-kelebihan Saul.

Dari segi kekurangan-kekurangan yang ada rupanya Saul memiliki keluarga yang baik dimana ia menikah hanya dengan satu istri yaitu: Ahinoam anak dari Ahimas (I Sam. 14:50). Saul adalah raja pertama yang memberikan contoh yang baik dalam rumah tangganya dimana sebagai raja, ia lebih memilih memiliki seorang istri saja walaupun ia memiliki hak untuk mengambil istri-istri yang lain.

Saul memiliki 3 anak laki-laki yaitu: Yonatan, Yiswi dan Malkisua (I Sam. 14:49).  Sebagian anak-anak Saul sangat luar biasa baik dan bijaksana seperti:

Yonatan. Ia sangat luar biasa diberkati dan dipakai Tuhan dalam memulai peperangan mengalahkan bangsa Filistin. Yonatan memiliki hati seperti Yesus Kristus sehingga ia lebih bijaksana dibandingkan dengan ayahnya dan ia juga merelakan kerajaan ayahnya untuk beralih ke sahabat karibnya yaitu Daud. Luar biasa bukan.  Ini hanya bisa terjadi bila seorang memiliki relasi yang intim dengan Roh Tuhan sehingga ia bisa mengenal dirinya, mengenal Allah serta maksud rencana kekekalan Allah.                  

Yonatan tidak pernah haus akan kekuasaan karena ia sangat menuruti pimpinan dan kehendak Tuhan.  Namun sayang sekali orang seperti ini harus gugur di medan peperangan.  Mengenai Yiswi dan Malkisua tidak ada catatan dalam Alkitab selain mereka terbunuh bersama Yonatan di medan pertempuran (I Sam. 14:49; I Sam. 31:2; I Taw. 8:33). Ada kemungkinan nama lain Yiswi adalah Abinadab.

Anak perempuan Saul yakni Merab dan Mikhal juga tidak banyak catatan selain Merab yang awalnya dijodohkan kepada Daud namun tiba-tiba diserahkan kepada Adriel, orang Mehola untuk menjadi istrinya (I Sam. 18:19). Ini semua tentu taktik strategi Saul untuk menyakiti perasaan Daud sehingga Daud menjadi lemah dan tidak berdaya.  Namun sayang strategi Saul tidak mempan atas Daud dan bahkan dalam kondisi seperti ini  Mikhal jatuh cinta kepada Daud (I Sam. 18:20) dan berhasil menikah dengan Daud bahkan berani mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan suaminya, Daud yang mau dibunuh oleh Saul ayahnya sendiri.

Satu kesalahan Mikhal yaitu ia sangat malu ketika melihat Daud menari dengan sekuat tenaga sambil merendahkan dirinya sendiri di hadapan Tuhan dan orang Israel.  Mikhal menegur Daud atas perbuatan yang memalukan itu seperti menelanjangi dirinya untuk dipertontonkan di depan umum. Namun justru Daud membela dirinya dengan mengatakan ia rela melakukan hal itu demi nama Tuhan dipermuliakan.  Akibat teguran Mikhal yang merendahkan Daud maka Mikhal terkutuk tidak memiliki anak hingga akhir hidupnya (2 Sam 6:23).

Mikhal tidak memahami bahwa Daud berani mempermalukan dirinya dengan menari sekuat tenaga semua hanya dengan hasrat untuk mempermuliakan Tuhan dengan caranya Daud. Mungkin tarian itu salah Gerakan atau pakaian Daud yang tidak terlalu pas sebagaimana layaknya seorang penari atau penari itu hanyalah urusan Wanita saja namun hati Daud hanya satu tujuannya yaitu memuliakan Tuhan.

Paling indah memang kita melakukan sesuatu bagi Tuhan dengan cara yang indah dan benar.  Namun bila caranya kurang tepat sebaiknya jangan dicela melainkan harus dibimbing, diarahkan agar selanjutnya bisa melakukan dengan lebih indah lagi bagi kemuliaan nama Tuhan.  Ingatlah akan kesalahan Mikhal.

Previous
Previous

Mata yang Tercelik

Next
Next

Melangkah dengan Cara Pandang Baru