Keluarga Salomo (Bagian 2)

Pdt. Djohan Kusnadi

Salomo yang begitu luar biasa ternyata adalah Salomo yang penuh dengan kelemahan.  Kelemahan-kelemahan Salomo yang terutama adalah dalam hal membangun rumah tangga yang kuat dan kokoh. Salomo terlihat kurang peduli dengan keluarganya terbukti ia suka untuk berpoligami dengan mencintai banyak wanita-wanita asing seperti Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het. Padahal Tuhan Allah sudah berfirman jangan bergaul dengan bangsa-bangsa itu dan merekapun juga dilarang untuk bergaul dengan bangsa pilihan Allah ini (Ul 29:14-21; 30:15-20). Namun atas nama cinta maka Salomo melanggar perintah Allah itu dan otomatis itu membuka peluang besar bagi bangsa Israel melakukan hal yang sama dengan wanita-wanita asing tersebut termasuk ikut sujud menyembah kepada allah-allah pujaan mereka (I Raj 11:1-2).

Tujuan utama Salomo berpoligami adalah untuk diplomasi perdamaian dengan seluruh wilayah jajahannya dan sekaligus menjadi mitra kerjanya.  Salomo berusaha menghindari peperangan dan demi untuk menciptakan perdamaian sekaligus memperoleh kekayaan-kekayaan dari negeri asal para gadis maka Salomo mengumpulkan para gadis-gadis asing itu untuk menjadi istri atau gundiknya.  Jumlahnya tidak tanggung-tanggung yaitu mencapai 700 istri dari kaum bangsawan dan 300 gundik (I Raj 11:3).

Alkitab mencatat bahwa kekayaan Salomo sungguh amat sangat fantastis dan tidak ada raja lain yang bisa menandingi kekayaannya itu.

Akhirnya siasat hikmatnya pada masa tuanya menuai bencana.  Para istrinya telah berhasil mencondongkan hati Salomo kepada allah-allah lain sehingga Salomo tidak lagi sepenuh hati berpaut kepada Tuhan, Allahnya seperti Daud, ayahnya.

Salomo akhirnya mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon, menyembah  Milkom, dewa kejijikan bangsa Amon, mendirikan bukit pengorbanan untuk Kamos, dewa kejijikan sembahan orang Moab, dan bagi Molokh, dewa kejijikan sembahan bangsa Amon.

Akibatnya Tuhan Allah menunjukan murka kepada Salomo karena hatinya sudah menyimpang dari hadapan Tuhan yang telah dua kali menampakan diri kepadanya, dan yang telah memerintahkan kepada Salomo agar tidak mengikuti allah-allah lain.  Tuhan Allahpun berfirman akan mengoyakan kerajaan Israel dan memberikannya kepada hambanya Salomo. Tuhan Allah tidak ingin melakukannya selagi Salomo masih hidup karena Tuhan masih ingat akan Daud ayah Salomo. Namun hal itu akan terjadi setelah Salomo meninggal dunia dan digantikan anaknya (I Raj 11:5-13). 

Dimanakah sumber kegagalan Salomo sebagai raja sekaligus sebagai kepala rumah tangga? Salomo pada mulanya sangat bergantung sepenuh hatinya kepada Tuhan Allah sebelum kerajaannya kokoh.  Saat itu Salomo menghadapi banyak sekali masalah baik itu penghianatan dari kakak kandungnya panglima perang ayahnya, kepala Imam saat itu serta juga sikap ibunya yang kurang bisa membaca situasi kegentingan saat itu.  Setelah ia berhasil mengokohkan kerajaannya ditambah lagi dengan hikmat bijaksana yang tak tertandingi yang Tuhan Allah karuniakan membawa kemasyuran, kekayaan, ketenaran, dan banyaknya istri yang diperoleh membuat Salomo mulai tidak lagi bergantung pada Tuhan, semakin merosot imannya ditambah lagi segala rayuan dari para istri-istrinya dan juga kuatnya rasa cinta kepada para istri membuat hatinya semakin condong kepada ilah-ilah lain dan disanalah awal kehancuran Salomo.

Kesuksesan yang membawa dampak kekayaan dan juga kepuasan daging lainnya dari para wanita seringkali menghancurkan karir dan keluarga seseorang dan akhirnya kehidupannya mulai hancur dan menjadi merana di masa tuanya.  Kembali disiini kita diperhadapkan akan dua jenis kesuksesan yang harus diutamakan yaitu sukses dalam karir (pasti disertai dengan bertambahnya kekayaan, dan ketenaran) atau sukses dalam keluarga? (otomatis karir tidak akan pernah mencapai puncaknya karena selalu terhalang akan keperluan dan perhatian keluarga).

Suatu saat kedua jenis yang berbeda ini akan menunjukan hasilnya dimana yang sukses di dalam karir di masa tuanya akan merana seorang diri dimana tidak ada orang dekat disampingnya karena semua telah pergi meninggalkan dirinya.  Ini akibat dirinya yang sering meninggalkan keluarga dimasa karirnya yang sedang menanjak. Begitu banyak rasa marah, air mata, sakit hati, dan dendam yang ditimbulkan karena dirinya yang seingkali mengorbankan kepentingan dan keperluan keluarga demi untuk karirnya. Akibatnya segala yang ia tanam akan dipetik suatu hari kelak.  Atau para istri yang tetap asyik di dunia karirnya meninggalkan anak-anaknya yang masih kecil-kecil sehingga mereka hanya dititipkan di tempat penitipan anak atau dititipkan kepada pembantu sehingga banyak anak yang tidak mengenal ibunya bahkan ada yang lebih mengasihi para pembantunya dari pada ibu kandungnya.  Bila anak-anak itu sudah dewasa tentu mereka semua akan menutup pintu kepada ibu yang seperti itu. 

Mereka tidak lagi butuh Ibu karena ibu mereka tidak pernah merasa butuh mereka, berada di samping mereka, mendengar kata hati mereka, pergumulan mereka atau bercanda bersama, bermain bersama seperti ibu-ibu yang lain. Bila ada diantara mereka yang menjadi nakal dan membawa malu nama keluarga maka jangan salahkan mereka atau lingkungan.  Karena mereka semua adalah korban dari orang tua yang tidak peduli dengan mereka.  Hidup mereka sama seperti kucing yang setelah lahir dan bisa berjalan, ditinggal dan dipaksa hidup mandiri oleh orang tuanya.  Sehingga hubungan hangat orang tua dan anak itu sangat miskin atau tidak ada sama sekali.

Ketika anak itu masih kecil maka semua pelariannya diarahkan ke orang yang paling dekat dengan dirinya apakah itu pembantunya, baby sitter, pembina di tempat penitipan anak atau siapa saja yang bisa berada di sisinya, mau mendengarkan dirinya, menerima dirinya sehingga figur sang ibu lambat laun menjadi suram dan hilang.

Pada waktu ia menginjak usia remaja otomatis dalam perasaan kekosongannya itu, si anak akan mencari ke teman-temannya yang kebanyakan tidak baik karena yang baik kebanyakan tidak membutuhkan teman dekat karena orang tua mereka sudah mampu mencukupi sehingga mereka tidak butuh untuk berteman akrab dengan siapapun.  Akibatnya si anak berteman dengan orang yang broken home dan yang banyak masalah.  Akhirnya anak itu menjadi terhanyut menjadi rusak akibat pergaulan teman-temannya. 

Si anak tentu akan cukup sulit untuk berumah tangga atau mencari pasangan yang baik- baik. Kebanyakan ia akan menemukan pasangan yang tidak baik sehingga bisa dipastikan apa yang bakal terjadi bagi rumah tangga anak ini dan bagaimana kualitas anak-anak yang kelak akan dihasilkan dari buah pernikahannya. 

Apakah si anak bermasalah ini kelak akan mencari ibunya? Kemungkinan itu sangat kecil karena figur ibu kandung adalah figur yang asing bagi dirinya dan ia merasa sama sekali tidak mengenal siapa ibunya.  Akibatnya rumah tangga anak ini penuh dengan masalah yang tanpa akhir dan si Ibu yang sukses dalam karir ini menyaksikan anak-anaknya hancur satu demi satu.  Tidak ada satupun yang bisa dibanggakan dari anak-anaknya.  Anak-anak itupun tidak ingin mencari ibunya kecuali kalua tidak ada jalan keluar atau sedang mencari solusi cepat.  Akibatnya besar kemungkinan sang Ibu ini akan menghabiskan hari tuanya seorang diri.  Mungkin suaminyapun akan meninggalkan dirinya karena suaminyapun merasa tidak dibutuhkan dan tidak merasakan fungsi dan pernanan istri apalagi menyaksikan anak-anak mereka hancur karena ibu yang demi mengejar kesusesan karir, ia sama sekali tidak peduli dengan nasib anak-anaknya.

Ia akan hidup sebatang kara dan hanya dtemani oleh para pembantu yang mengurus rumah mewahnya. Tidak ada keluarga disisinya.  Hanya kawan-kawan yang masih mau dekat denganya dan yang masih bisa memperoleh keuntungan dari Ibu ini.

Sebaliknya, bila seorang Ibu atau Ayah ini memilih keluarga, maka karirnya tidak akan mencapai titik optimal.  Karirnya tidak akan pernah sempurna dan semua kemampuan dan peluang banyak tertutup akibat keperluan dan kepentingan keluarga.  Semua teman-teman bisnisnya atau teman dekatnya akan terus maju dan mencapai puncaknya sedangkan dirinya sepertinya berjalan di tempat, sulit untuk maju pesat karena adanya keluarga yang harus diperhatikan dan dilindungi. 

Pasangannyapun akan terus lengket dengan dirinya karena merasa diperhatikan olehnya sehingga hubungan suami istri ini terus indah dan mesra bahkan menjadi contoh teladan bagi anak-anaknya. Mereka bangga dengan orang tua mereka yang begitu sayang keluarga.

Hasilnya sewaktu orang tua ini berusia senja, maka ia akan menyaksiakan anak-anak, mantu dan cucu-cucunya semua maju, berhasil dan sukses dalam menuntut ilmu, dalam keluarga mereka.  Sehingga ia melihat generasi berikutnya semua begitu indah dan diberkati akibat pengorbanan karirnya demi untuk keluarga.  Rumahnya tidak pernah sepi dari anak-anak maupun cucu-cucunya karena semua mengasihinya dan ingin terus merasakan keindahan kebersamaan dengan orang tuanya.  Anak-anaknya akan bangga dengan orang tuanya dan mereka akan mewariskan pola yang sama seperti yang orang tuanya lakukan.  Bisa Anda bayangkan anak, cucu, buyut dan generasi generasi berikutnya semua diberkati dan bahagia karena menaruh keluarga sebagai prioritas utama.  Lebih banyak canda dan tawa ria dari pada pertengkaran dan air mata.  Lebih banyak kasih sayang dari pada kebencian, lebih banyak berkat-berkat dicurahkan dari pada kutukan-kutukan. Ini terus mengalir dari generasi hingga generasi selanjutnya.

Sayang sekali Salomo yang berhikmat dan bijaksana harus menerima semua bencana yang kelak akan dialami oleh anak cucunya dan rakyatnya. Itu semua karena Salomo salah memilih yaitu menempatkan karir lebih utama dari pada keluarga. Menempatkan cinta akan wanita asing lebih dari pada Allahnya. Saya teringat akan suatu pernyataan yang indah dan saya tuliskan di bawah ini:

Previous
Previous

Serupa tapi Tak Sama

Next
Next

Jenis-jenis Roh Jahat (Part 2)