Keluarga Markus(Bagian II)

Oleh : Pdt. Djohan Kusnadi

Bagian I

Memang ada kalanya unsur warna kulit, atau budaya bangsa lain bertolak belakang dengan budaya seseorang. Namun itu bukan jadi penyebab alasan untuk membatasi diri, mengucilkan atau memandang rendah seseorang. Perbedaan budaya bisa menjadi sumber perselisihan dan pertengkaran yang hebat dalam keluarga. Bila itu sangat sulit dijembatani maka adalah bijaksana bila mereka tidak disatukan dalam pernikahan. namun tidak boleh ada unsur pengucilan atau memandang rendah suku atau bangsa tertentu.

Perbedaan budaya justru seringkali menjadi senjata yang ampuh untuk membentuk diri seseorang semakin sabar, semakin rendah hati dan semakin menyerupai Kristus.

Untuk itu Markus perlu dan terus belajar untuk memahami kasih karunia Tuhan sudah datang ke bangsa Yahudi dan sekarang diperluas kepada bangsa-bangsa dan suku-suku lainnya. Sebab Allah begitu mengasihi seluruh umat manusia dan Dia tidak ingin satupun yang binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16).

Markus adalah seorang murid Tuhan Yesus namun bukan dalam kelompok 12 murid Tuhan/ Rasul tetapi dalam kelompok 70 yang termasuk di dalamnya: Lukas dan Kleopas.

Disini kita lihat status Yohanes Markus pertama kali dipilih sebagai seorang pembantu Barnabas dan Paulus. Walaupun ia kemudian ditolak Paulus karena meninggalkan pelayanan, namun akhirnya tetap dirangkul oleh pamannya Barnabas untuk meneruskan pelayanan Misi di Siprus yang berada di daerah selatan negara Turki.  Setelah itu Petruspun melakukan perjalanan misi di Asia kecil dan Petrus mengajak Markus yang ada di Siprus, sebagai pendampingnya sekaligus penterjemah. Ini disebutkan Petrus dalam suratnya di I Petrus 1:1. Bahkan Petrus menyebutkan Markus sebagai anak rohaninya (I Pet 5:13). Luar biasa bukan pertalian antara Rasul Petrus dengan Yohanes Markus.

Markus memiliki semangat untuk terus memperbaiki kekurangannya ataupun kesalahannya.  Maka diduga, setelah beberapa tahun menjabat sebagai kepala gereja Koptik di Alexandria, Markus kemudian menyerahkan jabatannya yang terhormat itu ke Anianus karena diduga Markus ingin pergi ke Roma untuk menemui dan menemani Rasul Paulus yang dipenjara.

Paulus akhirnya berbaikan kembali dengan Markus dan Paulus bahkan menyebut Markus dalam beberapa suratnya seperti

Kolose 4:10: "Salam kepada kamu dari Aristarkhus, temanku sepenjara dan dari Markus, kemenakan Barnabas--tentang dia kamu telah menerima pesan; terimalah dia, apabila dia datang kepadamu"  demikian pula dalam surat selanjutnya yaitu dari Paulus kepada Filemon yaitu Filemon 1:24: "dari Markus, Aristarkhus, Demas dan Lukas, teman-teman sekerjaku." Disini Paulus lebih spesifik menyebut Markus sebagai teman sekerjanya.  Itu berarti posisi Markus dikembalikan dan bahkan dinaikan dari pembantu Rasul sekarang menjadi teman-teman sekerja, berarti Paulus menerima dan menyamakan level dirinya dengan Markus yaitu rekan sekerja Allah.

Dalam suratnya yang terakhir kepada Timotius, Paulus yang sebentar lagi akan menghadapi hukuman mati meminta kepada Timotius agar segera menjemput Markus untuk dibawa mendampingi saat-saat terakhir Paulus karena bagi Paulus pelayanan Markus sangat penting bagi  Rasul Paulus (II Tim 4:11)

Markuspun terus mengalami banyak kemajuan dimana ia selain berhasil sebagai pendiri gereja orthodox koptik di Alexandria di Mesir[1] dan sekaligus dihormati sebagai pendiri kekristenan di Afrika dan juga penulis dari Injil Markus itu sendiri. Bahkan kedua Rasul yakni Petrus dan Paulus melihat pelayanan Markus itu sangat berarti. Ini sungguh luar biasa!

Dalam penulisan Injil Markus, semua info dari kehidupan dan pelayanan Yesus Kristus ia dapati sendiri karena ia ada di dalamnya khususnya sewaktu Kristus Yesus ditangkap. Markus menulis kesaksian dirinya sendiri yang melarikan diri dengan telanjang (Mark 14:51-52) dan untuk info yang inklusif mengenai pernyataan, ataupun percakapan pribadi Kristus dengan murid-muridNya ia dapati langsung dari Rasul Petrus yang adalah ayah rohaninya.

Markus yang adalah anak orang kaya dipakai Tuhan dengan luar biasa karena ia mau belajar dari kegagalan atau kesalahannya.  Ia bersalah karena rasa ketakutannya menghadapi aniaya ataupun segala bentuk penderitaan.  Ia gagal paham tentang kehendak Allah untuk menyelamatkan seluruh umat manusia namun ia mau memperbaiki dan mengulangi lagi bahkan berhasil dengan baik.  Ini bisa dilihat dari kerinduan Barnabas untuk kembali mengajaknya bahkan Rasul Petrus yang adalah pemimpin jemaat mula-mula mau memakai Markus dan mengangkatnya menjadi anak rohaninya.  Bahkan relasi dengan Paulusjuang agar bisa diperbaiki bahkan hasilnya relasi Paulus dengan Markus ditingkatkan menjadi rekan sekerja Allah.

Inilah bentuk kesuksesan dalam kehidupan seseorang.  Sukses bukan berarti terus dan selalu berhasil dalam menggapai cita-cita. Itu tentu amat sulit untuk direalisasikan. Namun kesuksesan yang sejati adalah apabila seseorang mau belajar dari kesalahan, mau memperbaikinya, mengulanginya kembali hingga berhasil mencapai sasarannya.

Dalam kehidupan rumah tanggapun berlaku hal demikian.  Tidak ada rumah tangga yang sempurna, yang penuh keharmonisan, dan segala keindahannya.  Namun kehidupan rumah tangga yang sejati adalah hasil dari pembentukan dua pribadi yang berbeda namun mau bekerja sama, saling membentuk, saling melengkapi, saling belajar dari kesalahan dan ada gairah untuk menggapai keharmonisan yang optimal. 

Tanpa cinta, maka yang ada adalah perselisihan, pertikaian, dan bahkan pertengkaran. Pertengkaran yang tidak pernah terselesaikan akan berakhir dengan pisah ranjang, pisah rumah dan akhirnya perceraian.  Karena besi menajamkan besi tanpa adanya unsur kasih di dalamnya berakibat fatal.

Di dalam kasihpun memerlukan proses pembelajaran dan pembentukan. Itu semua hanya bisa terjadi bila ada kekuatan cinta di dalamnya.  Cinta menyebabkan seorang tetap setia dan rela untuk disakiti namun tidak membalas atau membenci.  Cinta itu sabar, cinta itu murah hati, cinta itu tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak sombong.  Cinta itu tidak melakukan yang tidak sopan, dan tidak pernah mencari keuntungan dirinya sendiri. Cinta itu tidak pemarah, tidak juga suka menyimpan kesalahan pasangannya atau orang lain. Cinta itu tidak pernah bersuka cita karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran. Cinta itu menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Cinta itu tidak pernah berkesudahan (I Kor 13:4-7).

Cinta itu hanya bisa terus terpelihara kalau masing-masing pasangan hidup dalam kesucian dan kasih Tuhan.  Ada persekutuan yang intim bersama Tuhan menjadikan mereka bisa tetap sehati, sepikir, seiman, dan saling mencintai.  Allah itu sumber kasih dan persekutuan yang erat Bersama Tuhan Allah menjadikan aliran kasih Allah itu mengairi hati kita sehingga kasih itu tidak pernah kering.  Kasih itu mudah sekali diberikan bagi pasangan kita yang bersalah, yang pelupa, yang banyak kelemahannya, yang sudah tidak lagi menguntungkan bagi diri pasanganannya.    

Dalam penulisan kitab Injilnya, Markus melambangkan Kristus Yesus sebagai lembu yang bekerja sebagaimana layaknya soerang hamba manusia.  Yang ada di pikirannya hanyalah menggenapi keinginan dan tujuan tuannya yang telah memanggilnya.  Padahal Markus inilah yang berlatar belakang seorang tuan muda karena ia anak orang kaya. Namun setelah ia mengenal Kristus Yesus, pemikirannya berubah, ia menaruh dirinya bukan lagi sebagai tuan bangsawan, melainkan seorang hamba seperti contoh Kristus Yesus yang datang hanya untuk melayani dan menggenapi kehendak Bapa-Nya yang telah mengutusnya. Bagaimana dengan Anda? Bila anda seorang kaya raya, Markus meneladani kita untuk menaruh diri kita sebagai seorang hamba, seperti Kristus yang rela taat bahkan taat sampai mati di kayu salib demi untuk kehendak Bapanya terpenuhi, dan demi untuk keselamatan bagi seluruh umat manusia yang percaya kepadaNya.

Seorang akan bisa berubah seperti itu karena ia telah berjumpa dengan Tuhannya.  Sama seperti Paulus yang ketika berjumpa dengan Kristus Yesus maka segala jabatannya, posisinya, bahkan titelnya sebagai seorang Farisi yang taat dan berprestasi dianggapnya sampah karena mengenal Kristu Yesus lebih dari semuanya.

Dimana ada kerendahan hati, ketaatan, kesucian dan kasih disitulah seorang murid Tuhan berdiri dan melakukan kehendak Tuhan yang telah mengutusnya. Bagaiman dengan Anda?

[1] Wikipidea

Previous
Previous

Pilihan

Next
Next

Serahkan Pergumulanmu pada Tuhan