Golden Rule Kristen

Oleh : Pdt. Max Chandra

Matius 7:12

“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.  Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

Kekristenan adalah agama yang sangat meninggikan moral.  Namun tidak semua orang Kristen hidup sesuai ajaran Tuhan Yesus.  Seorang bapak negara India bernama Mahatma Gandi pernah mengatakan bahwa : “Jika orang Kristen hidup menuruti ajaran Yesus Kristus, maka di dunia ini tidak ada perang dan tidak perlu ada PBB.  Namun sayang seribu sayang banyak orang Kristen tidak hidup mengikuti teladan Yesus.”  Gandi begitu kagum akan ajaran kotbah di bukit dalam Matius 5,6,7, sehingga dia membacanya terlebih dahulu sebelum bekerja.  Matius 5,6,7 mengajarkan mengasihi musuh, juga 7:12 adalah golden rule (prinsip emas) yang tidak ada bandingnya. 

Dia kecewa karena suatu hari dia ke gereja di Afrika Selatan, pendetanya berkata kepadanya : “Yesus mengasihimu, kami juga mengasihimu, tetapi maaf ini gereja orang berkulit putih.”  Dia diusir secara halus.  Sejak itu dia tidak pernah ke gereja meskipun dia tetap membaca golden rule kotbah di bukit. 

Ada yang mirip dengan Mat 7:12 ini.  Dalam masyarakat sering kita mendengar ada yang berkata :”Jika engkau baik kepada saya, saya akan lebih baik kepadamu, dan jika engkau jahat kepada saya maka saya akan lebih jahat kepadamu.”  Tentu jika banyak yang berbuat baik maka masyarakat akan menjadi baik, baiknya berlipat ganda.  Namun kita semua menyetujui bahwa manusia lebih banyak jahatnya daripada baiknya.  Sehingga kejahatan itu seperti “efek bola salju” makin hari makin bertambah kejahatan. 

Ajaran Konfusius mengajarkan: “Jikalau kamu tidak mau disakiti maka jangan menyakiti.”  “Tidak mau dan jangan”  Ini tentu lebih baik dari “Jikalau dan akan lebih” seperti yang kita bahas sebelumnya.  Namun ini bersifat negatif bukan positif dan tidak aktif.  Mungkin akan mengurangi kejahatan tetapi tidak menyelesaikan. 

Ajaran Yesus dalam Mat. 7:12 berisfat positif dan aktif.  Sehingga akan menimbulkan efek “bola salju” yang baik dan bertambah baik.  Jika kita mengharapkan orang menghargai kita maka kita terlebih dahulu menghargainya.  Tetapi sangat disayangkan banyak orang Kristenpun mengikuti “Jikalau dan akan lebih”. 

Amnon adalah anak raja Daud yang paling tua mungkin putra mahkota.Dia jatuh cinta pada keelokan paras Tamar adik tirinya lain ibu. Dia mengatur rencana licik untuk menodai Tamar. Amnon minta Daud menyuruh Tamar membuatkan kue kesukaannya ketika dia pura-pura sakit. Tamar tidak tahu kelicikan Amnon, dan Tamar diperkosa oleh Amnon lalu diusir. Absalom kakak Tamar sakit hati dan membalas dendam adiknya. Dia membunuh Amnon dan juga mengejar Daud karena Daud membiarkan adiknya tercemar. Pemberontakan Absalom terjadi, Daud lari dari istananya yang dikuasai Absalom. Akhirnya, Absalom tewas dalam pemberontakannya. Daud kehilangan dua anak kesayangannya. Prinsip “jikalau kamu jahat terhadap saya, saya akan lebih jahat kepadamu” tidak menyelesaikan masalah. Seandainya Amnon mengharapkan adiknya baik kepadanya, dan dia lebih dahulu baik dan menghargai adiknya, pastilah huru-hara ini tidak terjadi.

Previous
Previous

Keluarga Rut

Next
Next

Menggunakan Iman Untuk Menjadi Berkat