Tiga Fondasi Murid Yesus

Oleh : Pdt. Selamet Y. Hakim

Pemuridan adalah inti kekristenan.
Mulai dari PL sampai zaman para rasul, pemuridan merupakan benang merah yang selalu diingatkan kepada umat Allah. Dimulai dari Ulangan 6, Musa ke Yosua. Lalu terus berlanjut ke Elia dan Elisa.

Para penulis Amsal sangat menekankan pengajaran untuk generasi muda. Bahkan Yesaya yang dalam keadaan susah dan harus menjalani nubuat yang disampaikannya, dia tetap menjalankan pemuridan (Yesaya 8:16).

Amanat pemuridan diulang oleh Tuhan Yesus (Matius 28;18-20). Dan di teruskan oleh Rasul Paulus dan rasul lainnya. (2 Timotius 2:2). Ciri khas pemuridan baik dari PL sampai PB adalah Pemuridan dengan contoh hidup. Artinya pengajaran disampaikan baik dalam bentuk oral (perkataan) tetapi juga sampel (perbuatan). Maka tidak heran jika dalam kehidupan-Nya sebagai manusia Tuhan Yesus memiliki 12 murid. Dari 12 ini ada 3 yang lebih dekat dengan-Nya (Petrus, Yohanes dan Yakobus).

Dan bukan sebuah kebetulan jika di kemudian hari Petrus menjadi pengkhotbah pertama, Yakobus memimpin gereja di Yerusalem dan Yohanes di siapkan menulis Wahyu.
Jumlah yang sedikit dari murid-murid ini memberikan petunjuk bagi kita bahwa kualitas lebih di utamakan dari kuantitas. Namun bukan berarti kuantitas tidak penting. Karena kuantitas adalah alat ukur keberhasilan kualitas.

Bagaimana kita bisa mewujudkan keberhasilan dalam pemuridan?
Kita harus kembali pada 3 prinsip yang dicatat dalam Matius 4:18-22.
1. Mari ikutlah Aku.
Berapa banyak pemimpin gereja berani berkata begini? Umumnya: mari ikut gereja saya, STT saya, program saya. Tapi siapa yang berani berkata Mari ikutlah Aku.
Kalimat ini sangat dalam artinya? Pada saat seorang guru berani berkata demikian, Ia bukan saja membuka hidupnya, namun pada saat yang sama ia akan mengajarkan kekristenan lewat hidupnya. Dan inilah yang saya sebut dengan model Life Sample. Mengajar dengan contoh. Dan memang harusnya demikian, karena kekristenan itu adalah kehidupan nyata bukan sekedar filosofi.
2. Kamu akan Kujadikan penjala manusia.
Akhir dari sebuah pemuridan adalah bukan menjadi pengikut pendeta, melainkan sebuah transformasi hidup yang menyerupai Kristus. Dalam hal ini inti pemuridan adalah perubahan hidup seperti Tuhan Yesus .
Dalam Filipi , Paulus memberikan nasehat kepada jemaat di sana, untuk hidup seperti Kristus (Fil 2:5).
Percuma kita memiliki S1.S2,S3 di bidang Teologi, namun Hidup kita tidak serupa Yesus Kristus. Sebab dunia membutuhkan Yesus Kristus (Jalan , kebenaran dan hidup) bukan teologi.
3. Maka mereka segera meninggalkan perahu.
Kalau pemuridan berakhir dengan hidup seperti yang Tuhan kehendaki, maka pemuridan diawali dengan meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus.
Apa maksudnya? Kita tidak bisa menjadi pengikut sejati jika kita tidak yakin dan fokus pada pribadi yang akan kita ikuti.
Pemuridan menuntut totalitas hidup.
Perhatikan bagaimana murid-murid pertama meninggalkan perahu dan ayah mereka. Tentu penjelasan ini bukan mengajarkan bahwa kita mengabaikan tanggung jawab. Namun tindakan ini adalah gambaran mengubah fokus. Murid tidak bisa menjadi murid sejati jika belum fokus.

Bersyukur dalam dunia yang sudah mulai samar-samar saat ini, kami dari WLM dipersatukan oleh Tuhan untuk memulai pemuridan dengan prinsip 3A (Actual, Active, and Attractive) . Tujuan dari pemuridan adalah menjadikan setiap orang percaya menjadi seperti yang Tuhan Yesus kehendaki. Dengan prinsip Guide Along The Way (Kisah Para Rasul 8:31). Seperti Filipus duduk di samping sida-sida tersebut, demikianlah kami hadir untuk menjadi guide bagi orang percaya menjadi murid yang sejati.
Jika Tuhan kehendaki, Nov 2021 kami akan mulai kelas pemuridan reguler. Keterangan lebih lanjut dapat di lihat di website kami www.wonderfullightministries.org

Previous
Previous

Mukjizat Penangkapan Ikan serta Arti Di Baliknya

Next
Next

Keluarga Lot - Bagian II