Orang Benar Hidup Karena Iman

Oleh: Pdt. Joni Stephen

Nats: Habakuk 1:1-6; 2:4; 3:17-19.

Di dalam kitab Habakuk ini dikatakan orang percaya sejati di tengah segala tantangannya akan tetap muncul sebagai orang percaya.  Mereka pasti berbeda dengan orang yang tidak percaya. Kuncinya di mana? dalam Habakuk 2:4, Orang yang dibenarkan akan hidup oleh percayanya. Orang percaya sejati akan hidup berdiri di atas janji-janji Tuhan atau hidup di atas iman kepada Tuhan?

 Kita akan melihat tantangan-tantangan yang dihadapi Habakuk sebagai orang benar. Secara prinsip juga akan menjadi tantangan bagi kita.  Habakuk hidup karena imannya.  Dia berdiri di atas janji-janji Tuhan bukan karena tidak ada tantangan. Bukan karena semuanya lancar.  Tetapi ada tantangan demi tantangan.  Habakuk tetap hidup di atas janji-janji Tuhan.  Ia hidup berdasar pada iman.

Tantangan pertama yang dihadapi Habakuk (1:2) adalah ketika ia punya permintaan-permintaan doa kepada Tuhan, tapi Tuhan tidak kunjung menjawabnya. Pada zaman itu Habakuk hidup di kerajaan Yehuda pada tahun 600 SM.  Bangsa Israel waktu itu hidup menyembah berhala dan terjadi perzinaan di antara umat Tuhan.  Hukum-hukum Firman Tuhan dihiraukan tetapi tidak sungguh-sungguh ditaati.  Di tengah keadaan seperti itu, Habakuk memanjatkan doa-doa kepada Tuhan. Tetapi Tuhan tidak kunjung menjawabnya.  Permintaan-permintaan doa yang belum kunjung dijawab oleh Tuhan sering kali bisa menjadi tantangan bagi iman dan membuat iman mundur.  Tapi Habakuk tidak demikian.  Mengapa? karena Habakuk berdiri di atas imannya.  Habakuk berdiri di atas janji-janji Tuhan.

Dalam Habakuk 1:3 kita melihat tantangan kedua yang dilihat Habakuk ialah dia melihat dengan mata kepala sendiri apa ketidakbenaran dan ketidakberesan di antara umat Tuhan.  Habakuk melihat sendiri, bukan dari orang lain.

Bukankah kita juga melihat di antara persekutuan Kristen atau di antara orang-orang yang bergereja, ada ketidakberesan. Hal ini sering kali membuat kita undur.  Habakuk mengalami tantangan ini, namun dia tidak undur. Karena dia berdiri di atas janji-janji Tuhan.

Tantangan ketiga ada dalam Habakuk 1:5-6, 13. Saat itu Tuhan memakai suatu cara di luar pemikiran Habakuk. Tuhan memakai bangsa Kasdim. Bangsa Kasdim ini hidupnya lebih jahat daripada orang Israel. Tuhan munculkan hal itu untuk menghukum orang Israel. Habakuk melihat sesuatu yang tidak fair atau adil ada di depan matanya. Memang benar bahwa ada yang tidak beres di antara orang Israel, tetapi bangsa Kasdim jauh lebih jahat daripada bangsa Israel. Mengapa Tuhan pakai untuk menghukum?

Dalam hidup ini kita sering melihat ada orang jahat yang hidupnya lancar.  Orang Kristen yang beribadah kepada Tuhan sering mengalami kesulitan. Bukankah itu semua bisa membuat kita jadi tawar? Habakuk mengalami situasi seperti ini, tapi dia tetap setia kepada Tuhan. Habakuk hidup berdasarkan imannya. Habakuk berdiri di atas janji-janji Tuhan. Apakah yang dimaksud dengan janji-janji Tuhan berdasarkan kitab Habakuk ini?

Pertama, Percaya bahwa Tuhan tidak pernah tinggal diam meskipun seolah-olah diam.  Dalam Habakuk 3:17 Habakuk percaya bahwa Allah yang hidup itu tidak pernah tinggal dalam meskipun Ia seolah-olah diam.  Kita bisa melihat situasi ini dalam kehidupan nyata. Misalnya, kehidupan Yusuf yang setia kepada Tuhan. Justru karena kesetiaannya, Ia dipenjara.  Bukan satu atau dua tahun, melainkan dua belas tahun.  Tuhan seolah-olah berdiam diri, tetapi sesungguhnya Tuhan tidak pernah berdiam diri.  Ia diam-diam bekerja mempersiapkan Yusuf menjadi perdana menteri di Mesir.

Bahkan Tuhan Yesus yang terpaku di atas kayu salib.  Pada waktu Ia berteriak, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Seolah-olah Allah berdiam.  Padahal Allah sedang bekerja memberikan Anak Tunggalnya untuk menjadi Juru selamat manusia satu-satunya bagi kita manusia.  Hidup berdasarkan iman berarti kita percaya bahwa Allah kita tidak pernah tinggal diam meskipun seolah-olah Ia diam.  Tetapi Ia diam-diam sedang bekerja.

Kalau kita mau hidup berdasarkan janji Tuhan, mari kita imani bahwa apa pun yang sedang kita hadapi dalam kehidupan ini, tetap pegang teguh kepercayaan kita  Allah diam-diam bekerja di dalam kehidupan kita.

Kedua, percaya bahwa anugerah Tuhan yang menyelamatkan akan memampukan kita menjalani tantangan hidup ini.

Dalam Habakuk 3:18-19a dipakai dua kata kerja, yaitu ay. 18, Allah menyelamatkanku; dan ayat 19, Allah kekuatanku.  Keselamatan dari Allah menjadi kekuatan bagi Habakuk untuk menghadapi hidup ini.  Memahami anugerah keselamatan di dalam Kristus Yesus sesungguhnya akan memampukan kita kuat menjalani hidup ini.  Injil keselamatan dalam Kristus Yesus itu seperti sumur yang dalam.  Tidak habis-habisnya kita mendapatkan dimensi-dimensi baru.  Kadang-kadang orang Kristen hanya tahu hari natal adalah memperingati kelahiran Tuhan Yesus.  Hanya tahu Tuhan Yesus itu anak Maria.  Padahal jikalau kita mau memikirkan lebih mendalam tentang Injil keselamatan di dalam Kristus Yesus, maka kita akan terus menerus mendapatkan kekuatan untuk menjalani hidup ini.

Kalau kita menyadari anugerah Tuhan yang begitu besar. Maka seharusnya dengan sukacita kita menceritakan kabar baik ini. Berdiri di atas janji Tuhan berarti percaya bahwa anugerah Allah yang menyelamatkan kita akan memampukan kita menjalani tantangan hidup ini.

Demikian juga hendaklah kita hidup tetap percaya Tuhan walaupun kadang kala Tuhan  mengizinkan sesuatu penderitaan atau kesulitan menimpa kehidupan orang percaya.

Dalam ayat 19 dikatakan Tuhan membuat kaki kita seperti rusa.  Bagi Rusa, penghalang menjadi batu pijakan untuk naik ke tempat yang lebih tinggi dengan cepat.  Kalau kita percaya kalau Tuhan tidak salah mengizinkan segala sesuatu terjadi dalam hidup kita, maka segala tantangan menjadi sarana untuk iman bertumbuh dan meraih kemenangan.

Penutup

Marilah, kita datang dan hidup tetap percaya Tuhan Yesus! Berharaplah dan pegang janji-janji-Nya! Jangan biarkan hidup kita undur dari Tuhan dan berlarut-larut dalam kesedihan di saat menghadapi pergumulan-pergumulan hidup. Tetap percaya dan berharap kepada Allah sebagai penolong kita meskipun Ia kadang kala seolah-olah diam saat kita membutuhkannya. Tiba waktunya Ia akan memberikan dan melakukan yang terbaik bagi kita. Amin.

Teriring salam dan doa

Joni Stephen

 

 

Previous
Previous

Hati-hati Menggunakan Lidah

Next
Next

Air Menjadi Anggur