Misi Lintas Budaya

Oleh: Pst. Max Chandra

Bagi orang Asia khususnya orang Indonesia Misi Lintas Budaya masih terasa asing. Biasanya kita bangsa Indonesia kedatangan misionaris asing dan bukan kita yang ke negeri orang lain mengabarkan Injil. Bangsa Indonesia adalah bangsa objek penginjilan orang-orang Eropa bahkan ketika mereka datang ke Indonesia dengan cara nebeng penjajah Portugis, Inggris dan Belanda. Tidak jarang gereja dituduh dengan 3G, gold, glory, gospel. Sekarang tibalah saatnya gereja Indonesia membuktikan bahwa tujuan gereja bukan glory dan gold, tetapi murni gospel. Gereja Indonesia dan hamba Tuhan Indonesia harus menggantikan peranan misionaris Eropa menjalankan misi. Misi adalah perintah Tuhan panglima tertinggi kita Yesus Kristus. “Pergilah jadikan seluruh bangsa murid-Ku” begitulah bunyi perintah itu.

Bagi yang belajar pelajaran misi, pastilah pernah mendengar istilah M1, M2, dan M3. M1 ialah misi kepada sesama budaya, misalnya orang Jakarta mengabarkan Injil kepada sesama orang Jakarta. M2 adalah semi lintas budaya, misalnya orang Jakarta bermisi ke Papua, yang budayanya lain namun masih di Indonesia berbahasa Indonesia atau orang Indonesia ke Taiwan bermisi kepada orang Indonesia yang ada di Taiwan. Mereka mungkin hidup di dalam dua budaya yaitu budaya Taiwan dengan suami Taiwan anak-anaknya berbahasa Mandarin tetapi mereka masih bisa berbahasa Indonesia dan makan makanan Indonesia. M3 ialah misi lintas budaya, misalnya orang Indonesia pergi ke Afrika mengabarkan Injil kepada orang Afrika, belajar bahasa Afrika, tinggal di tengah-tengah orang Afrika.

Hati Yesus panglima Agung kita adalah seorang misi M4, yaitu datang dari surga turun ke bumi menjelma menjadi manusia, tinggal di tengah-tengah manusia, makan makanan yang dimakan manusia, berbahasa manusia. Kitab Ibrani mengatakan Dia dapat merasakan penderitaan kita, dicobai namun tidak berdosa.

Yesus ketika masih hidup di tengah murid-Nya pernah mengatakan: “Ada lagi pada-Ku domba-domba yang lain, yang bukan dari kandang ini, domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala” Yoh 10:16 Perkataan ini ditujukan kepada murid-murid-Nya mengingatkan bahwa mereka jangan lupa misi M3. Tetapi murid-murid-Nya tidak menghiraukan bahkan mereka tetap pada pendiriannya bahwa Injil hanya untuk orang Yahudi. Ini ternyata dari satu ayat dalam Kis 11:19 yang bunyinya demikian: “ Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati. Mereka tersebar sampai ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja.”

Sangat menyedihkan, murid-murid Yesus yang disebut rasul itu sudah dipaksa Tuhan dengan berbagai cara supaya mereka ber-M3 tetapi masih saja kepala batu dan membuat gembala agung Yesus Kristus sedih.

Bagaimana Yesus mengajarkan dan memaksa mereka untuk ber-M3? Pertama-tama terlihat Petrus tidak setuju Yesus harus mati disalibkan oleh orang Yahudi. Petrus mengharapkan Yesus melawan orang Yahudi dan mengusir penjajah Romawi. Ketika Yesus ditangkap di Getsemani, Petrus menghunus pisaunya siap berjibaku, namun Yesus menyuruhnya menyarungkan pedangnya, yang membuat Petrus kecewa terhadap Yesus. Akibatnya dia menyangkalnya tiga kali.

Yesus masih memberikan pelajaran tambahan tentang kerajaan Allah setelah kebangkitan-Nya selama 40 hari, namun mereka belum dapat menerima bahwa Yesus datang untuk semua bangsa. Itulah sebabnya mereka bertanya apakah sekarang saatnya mendirikan kerajaan Israel? Yang ditekankan kerajaan Israel, tetapi Yesus mengajarkan kerajaan Allah yaitu semua bangsa. Lalu Yesus memerintahkan mereka jangan tinggalkan Yerusalem karena ketika kuasa Roh Kudus turun, mereka akan menjadi saksi-Nya di Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi, M3. Pada hari Pantekosta Petrus berkhotbah dan keturunan Yahudi dari berbagai negara mendengar Petrus berbicara dalam bahasa tempat asal mereka, ada 16 macam bahasa ini juga adalah M3.

Murid-murid tetap pada pendirian mereka untuk hanya memberitakan Injil kepada orang Yahudi, dan Tuhan sendiri turun tangan memaksa mereka untuk ber-M3. Terjadilah penganiayaan, Stefanus terbunuh, murid-murid terpencar sampai ke Antiokhia, pusat Injil berpindah dari Yerusalem ke Antiokhia. Seharusnya mereka mulai sadar untuk menginjili orang bukan Yahudi, tetapi mereka tetap tidak taat, Injil diberitakan hanya untuk orang Yahudi. Maka terjadilah kisah Sida-sida Ethiopia, Kornelius dan Saulus.

Tuhan menggerakkan hati sida-sida dari Ethiopia untuk rindu mencari Tuhan, dan dia mengadakan perjalanan jauh ke Yerusalem untuk membeli kitab Yesaya, belajar bahasa Ibrani, namun tidak ada yang mau menjelaskan siapa hamba yang menderita dalam kitab Yesaya itu. Pekerjaan Tuhan tidak bisa dihalangi karena murid-murid tidak mau mengabarkan Injil kepada orang kafir bukan Yahudi. Filipus diterbangkan secara ajaib menuju padang belantara bertemu sida-sida itu. Sida-sida itu kecewa karena tidak ada yang menjelaskan isi kitab Yesaya dan memutuskan untuk pulang dengan tangan hampa, tetapi kedatangan Filipus memberi harapan dan mengertilah dia bahwa hamba yang menderita itu adalah Yesus yang mati tersalib. Dia percaya dan minta dibaptis di padang belantara.

Hal yang sama terjadi pada Kornelius yang orang Romawi, dia ingin percaya Yesus namun tidak seorang pun yang memperkenalkan Yesus. Tuhan memakai malaikat dan Petrus menginjil kepadanya dan kepada 100 orang bawahannya beserta keluarganya. Mereka percaya dan dibaptis. Malaikat minta Kornelius untuk mencari Petrus di Yope dan Petrus melalui penglihatan makanan haram yang turun dari langit dan melalui penglihatan itulah memaksa dia harus ke rumah Kornelius yang kafir itu memberitakan Injil. Alhasil Kornelius dan orang di sekitarnya semuanya percaya.

Belum cukup kisah di atas, Tuhan panggil Saulus yang sedang menganiaya pengikut Yesus dengan menampakkan diri-Nya kepada Saulus, dan Saulus bertobat dan dikhususkan menjadi rasul untuk bangsa kafir. Demikianlah Saulus mengabarkan Injil sampai ke Eropa dan dari Eropa kembali ke Asia sampai ke Indonesia. Sekarang gereja Indonesia ditantang untuk ber-M2 dan M3. Mungkin dimulai dengan mendoakan dan mendukung finansial kepada misionaris yang diutus ke berbagai negara, penerjemahan Alkitab suku terasing dan lain-lainnya.

Previous
Previous

Visionary Disciples (Murid yang Bervisi) - Bagian I

Next
Next

Memikul Salib