Membangun Diri

Oleh: Eddy Hartanto

Artikel sebelumnya - Hati Seperti Rumah - membahas bahwa hati manusia tidak boleh kosong tetapi harus dipenuhi Roh Kudus dan Firman Tuhan, dan kita adalah bait suci Roh Kudus. Di artikel ini kita akan menelusuri Firman Tuhan bahwa diri kita adalah bangunan Allah yang perlu dibangun terus-menerus.

1 Korintus 3:9-16 (TB)  9 Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.

10 Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.

11 Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.

12 Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami,

13 sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu.

14 Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah.

15 Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.

16 Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?

Berbagai macam bahan bangunan rohani

Pada ayat 11 di atas, dasar dari bangunan diri kita adalah Yesus Kristus. Iman kepadaNya sebagai juruselamat kita. Kemudian di atas dasar ini orang membangun dengan berbagai macam bahan bangunan, yaitu emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering, atau jerami. Apakah perbedaan bahan-bahan bangunan ini? Ayat selanjutnya menyebutkan pengujian pekerjaan pembangunan orang dengan api.

Bahan-bahan bangunan ini apabila dibakar dengan api, maka rumput kering dan jerami akan langsung terbakar. Kayu juga terbakar meski tidak secepat rumput kering dan jerami. Batu pertama tahan api sampai batas-batas tertentu, tetapi dengan api suhu tinggi melebihi batas ketahanan batu permata tersebut, maka akan hancur juga.

Hanya emas dan perak yang semakin murni apabila dibakar dengan api. Titik didih atau suhu meleburnya perak adalah 961,8 derajat Celcius, dan titik didih emas adalah 1064 derajat Celcius. Ketika emas dan perak dipanaskan menuju suhu tersebut, maka kotoran atau ketidakmurnian dari logam dan elemen lain akan meleleh keluar. Dan ketika mencapai titik didih tersebut emas dan perak meleleh tetapi kemudian setelah suhu turun emas dan perak kembali menjadi logam padat. Emas yang kadarnya murni 24 karat tidak akan teroksidasi sehingga warna kuningnya tidak berubah selama-lamanya.

Rasul Paulus di perikop ini menuliskan betapa pentingnya iman percaya kepada Tuhan Yesus dibangun terus-menerus dengan bahan yang terbaik, sehingga pada waktu api ujian menerpa, bangunan iman orang tersebut tidak hancur terbakar.

Perenungan penulis, apa arti sesungguhnya kita sebagai bangunannya Tuhan, emas untuk membangun, dan bagaimana membangunnya?

Bangunan dan Emas Rohani

Pencarian kata emas di seluruh alkitab terdapat banyak sekali ayat tentang emas fisik sebagai perhiasan, dan pemakaian emas untuk menyalut tabut perjanjian, perkakas Tuhan di bait suci, dan bait suci sendiri. Kita sebagai bait Roh Kudus, seperti bait suci fisik yang beberapa bagiannya dibangun dengan emas dan diisi perabotan dan perkakas dari emas, sudah seharusnya juga dibangun dengan emas rohani.

Dan kemudian emas dikaitkan dengan sesuatu yang murni, mulia, dan kudus yang sudah melewati ujian (api), pada tiga ayat berikut ini:

Zakharia 13:9 (TB)   Aku akan menaruh yang sepertiga itu dalam api dan akan memurnikan mereka seperti orang memurnikan perak. Aku akan menguji mereka, seperti orang menguji emas. Mereka akan memanggil nama-Ku, dan Aku akan menjawab mereka. Aku akan berkata: Mereka adalah umat-Ku, dan mereka akan menjawab: TUHAN adalah Allahku!"

1 Petrus 1:6-7 (TB)   6 Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. 7 Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu — yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api — sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.

2 Timotius 2:20-22 (TB)   20 Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. 21 Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia. 22 Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.

Diri kita adalah bangunan Tuhan, karena ini adalah bangunan rohani maka manusia rohani kitalah yang dimaksud, yang mencakup hati kita, pikiran kita, karakter kita, iman kita. Dan Rasul Petrus mengharuskan kita untuk dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada iman kita kebajikan (virtue), pengetahuan (knowledge), penguasaan diri (self-control), ketekunan (steadfastness), kesalehan (godliness), kasih akan saudara-saudara (brotherly kindness / philadelphia), kasih akan semua orang (love / agape) untuk berhasil dalam pengenalan akan Tuhan Yesus, tidak tersandung, dan dikaruniakan hak penuh (bukan hak sebagian) untuk memasuki Kerajaan Tuhan Yesus. (2 Petrus 1:5-11) Hal-hal ini semua ditambah dengan keadilan, kesetiaan, kasih, dan damai di 2 Timotius 22 di atas, dan semua yang benar, semua yang mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, disebut kebajikan dan patus dipuji (Filipi 4:8). Semua hal-hal ini yang murni, mulia, dan kudus yang kualitasnya tidak terbakar melewati api ujian adalah bahan bangunan emas untuk membangun diri kita.

Usaha dan kekuatan siapa?

Apakah hal-hal di atas bisa dicapai memakai usaha dan kekuatan diri sendiri? Sepertinya tidak. Tetapi kita yang diperintahkan membangun. Hal terakhir yang disebutkan Rasul Petrus di atas adalah menambahkan kasih agape. Penulis pernah mendengar suatu kotbah yang menyebutkan bahwa kasih agape tidak sama dengan belas kasihan manusia atau kasih manusia apapun. Kasih tak bersyarat ini adalah pribadi Tuhan Yesus sendiri dan manusia hanya bisa mengasihi secara demikian apabila sumber kasih tersebut, pribadi Tuhan Yesus ada dalam dirinya dan kasihnya memancar dan mengalir melalui orang tersebut. Dan kadar kasih agape ini semakin meningkat ketika kita bertumbuh dewasa menyerupai Tuhan Yesus. Jadi mengasihi dengan kasih agape tidak bisa dengan kekuatan sendiri. Tuhanlah yang mensupply.

Kemudian Rasul Paulus menuliskan himbauan untuk tetap menyelesaikan keselamatan dimana Tuhan yang memberi kuasa di dalam kita.

Filipi 2:12-13 (TB)  12 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan (katergazomai = selesaikan) keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, 13 karena Allahlah yang mengerjakan (energeo = memberi kuasa) di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.

Jadi kuasa dari Tuhan tetapi kita memakai kehendak bebas kita untuk terus membangun diri kita sebagai bait suci Roh Kudus dengan hal-hal yang kudus, murni, dan mulia sehingga iman dan karakter kita terus naik semakin mirip Kristus. Ada satu aktivitas seperti ini dimana Tuhan men-supply dan kita yang mengerjakan, dan aktivitas ini juga berkaitan dengan membangun diri.

Membangun dengan Berdoa

Ketika kita membaca beberapa pasal lebih lanjut setelah 1 Korintus 3, ada ayat berikut di 1 Korintus 14, satu pasal yang khusus memuat hal berkaitan dengan bahasa roh (atau dalam bahasa Inggris: tongues). Saat ini kita akan menelusuri Rasul Paulus menuliskan bahwa bahasa roh adalah untuk membangun diri orang yang berdoa.

1 Korintus 14:4 (TB)  Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat.

Kata membangun yang dipakai disini dalam bahasa aslinya adalah kata yang dipakai untuk membangun suatu bangunan atau rumah. Ada yang menulis kata ini artinya memperbesar suatu bangunan secara arsitektur. Dalam arti rohaninya, berarti memperbesar kapasitas bangunan rohani diri kita yang adalah iman dan karakter kita. Kemudian Yudas saudara Tuhan Yesus juga menuliskan menghimbau untuk membangun diri diatas dasar iman dan berdoa dalam Roh Kudus.

Yudas 1:20 (TB)  Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus.

Jujur selama bertahun-tahun penulis menjadi orang percaya Tuhan Yesus, tidak mengerti tentang hal-hal berkaitan dengan berdoa bahasa roh dan kegunaannya sampai seorang teman di suatu komunitas pemuridan seperti gereja mula-mula menyarankan untuk membaca buku yang berjudul “The Walk of the Spirit, The Walk of Power.” Dan penulis mengalaminya. Kemudian beberapa bulan kemudian seorang teman yang lain menyeletuk “berdoa bahasa roh adalah untuk membangun diri”

Ada seorang teman lama dari gereja Injili tempat penulis bergereja ketika masih studi yang mengalami bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan yang hidup yang mengangkatnya keluar dari depresi yang dideritanya selama hampir sepuluh tahun. Teman ini menjelaskan bahwa imannya sudah hampir terputus karena dia merasa Tuhan begitu jauh. Tetapi ketika Tuhan berbicara jelas sekali di saat-saat ujung imannya hampir terputus maka seperti suatu saklar yang dinyalakan maka depresinya langsung hilang dalam sekejab. Pada kesempatan tahun baru barusan, penulis berkesempatan berbincang-bincang untuk ‘catch-up’ dengannya. Teman ini memiliki pengertian bahwa berdoa bahasa roh harus diinterpretasi dan dilakukan di publik, tetapi setelah mendiskusikan bahwa doa membangun diri dengan berdoa dalam Roh Kudus dan berbahasa roh/lidah adalah pada saat teduh pribadi, dia mengatakan, “Rasanya saya sudah mengalaminya. Ketika saya benar-benar tenggelam dalam doa, saya mengucapkan suku-suku kata (syllable) yang saya tidak mengerti artinya dengan sendirinya”

Dari yang penulis mengerti, berdoa bahasa roh adalah fasilitas yang diberikan Tuhan setelah seseorang lahir baru. Tuhan Yesus menyebutkan sebagai tanda kedua yang menyertai orang-orang yang percaya (Markus 16:16). Sehingga ketika orang tersebut berdoa dalam roh, roh orang tersebut yang berdoa sedangkan akal budinya (jiwa atau pikirannya) tidak ikut berdoa (1 Korintus 14:14). Doa biasa dari pikiran dan akal budi, masih bisa ada ego orang yang berdoa. Roh Kudus membuat doa dan roh kita yang mendoakan. Suatu doa untuk kebaikan diri kita menggenapi rencana Tuhan secara pribadi dalam diri kita (Roma 8:26-28), memberikan pewahyuan atas Firman Tuhan yang kita baca (1 Korintus 14:2), membangun iman kita, menebas/membongkar karakter manusia lama kita yang tidak berkenan kepada Tuhan yang masih tersisa.

Mari giat membangun diri

2 Petrus 1:5-8, 10-11 (TB)   5 Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan,

6 dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, 7 dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.

8 Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.

9 Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan.

10 Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.

11 Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.

Tuhan Yesus memberkati

Previous
Previous

Tuhan Adalah Gembalaku

Next
Next

Mengapa Yesus Harus Menjadi Daging?