Keluarga Yusuf - Bagian II

Oleh: Pdt. Djohan Kusnadi

Empat, Yusuf menaati seluruh aturan hukum Taurat (Luk 2:21-22). Ia persis melakukan seperti perintah Hukum Taurat yaitu membawa bayi Kristus yang baru berusia delapan hari untuk disunat.

Tentu ini perlu biaya karena harus berangkat lagi dari Betlehem ke Yerusalem sekitar 9 Km jaraknya. Selain itu harus membawa korban bakaran walau hanya sepasang burung merpati. Belum lagi kondisi bayi biasanya akan banyak rewel dari biasanya karena kesakitan sehabis di sunat dan itu terjadi sepanjang malam hingga beberapa minggu atau bulan. Bagi Maria ini adalah kesempatan pertama kali keluar rumah setelah melahirkan dan ia sudah dianggap kudus dari kenajisannya setelah melahirkan. Itu terjadi setelah memberikan korban bakaran bagi Tuhan. Yusuf pun harus memberi nama pada bayi itu persis sama seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan kepadanya. Namun satu hal yang tidak disangka sama seperti hari kelahiran-Nya di mana ada para gembala yang datang maka pada saat disunat ada dua hamba Tuhan yaitu Simeon dan Hana yang merupakan nabi perempuan saat itu. Mereka menyaksikan bagaimana kesaksian Simeon dan Hana yang meneguhkan bahwa bayi Kristus Yesus sungguh adalah pembebas yang membawa keselamatan bagi umat manusia. Simeon dan Hana juga memberkati Yusuf-Maria serta bayi itu yang tentu itu semua menguatkan dan meneguhkan betapa beruntungnya mereka bisa terpilih sebagai orang tua dari Kristus Yesus, Juru Selamat dunia.

Bagaimana dengan peranan kita sebagai suami-suami? Apakah kita bisa menjadi kepala keluarga sekaligus imam yang menghantar seisi keluarga kita menaati Hukum yang tertera dalam Firman-Nya serta menjaga agar seisi keluarga kita hidup seturut dengan kehendak Tuhan? Yusuf adalah kepala keluarga yang berhasil membawa seisi keluarganya untuk selalu taat pada perintah Hukum Taurat hingga ajalnya. Bila ada anak kita yang tidak mau beribadah apalagi meninggalkan imannya, maka itu adalah tanggung jawab suami sebagai kepala keluarga. Suami harus dengan serius mendoakan, menasihati dan terus mengingatkan dalam segala pengorbanan perasaannya agar anak itu tetap berada dalam lindungan dan tangan pemeliharaan Tuhan.

Lima, Yusuf serius menjaga keselamatan anggota keluarganya (Mat 2:13-14).

Saat itu raja Herodes sangat marah karena merasa ditipu oleh orang Majus yang tidak Kembali lagi kepadanya.  Ia merasa ditipu oleh orang Majus dan terancam karena kesaksian mengenai anak itu yang kelak menjadi malapetaka bagi dinasti kerajaannya.  Untuk itu jalan satu-satunya hanyalah mencari dan menemukan bayi itu serta membunuhnya. Namun karena jumlah anak laki-laki di bawah usia dua tahun cukup banyak maka tiada cara lain selain membunuh di tempat setiap anak laki-laki yang berusia di bawah dua tahun. Bayangkan betapa mengerikan peristiwa yang terjadi saat itu. Diperkirakan ada sekitar dua puluh anak laki-laki yang mati terbunuh saat itu.

Yesus Kristus bisa diselamatkan karena Yusuf mau menaati mimpi yang disampaikan malaikat Tuhan kepada Yusuf. Tentu ini membutuhkan biaya yang sangat besar dalam pengungsian ke Mesir. Ini memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menetap di sana sehingga Herodes meninggal dunia.  Itu berarti segala bisnis usaha, biaya sehari-hari dan tempat tinggal akan sangat besar. Namun semua itu sudah disediakan Bapa di Surga melalui persembahan orang Majus yang memberikan persembahan emas, kemenyan dan mur sehingga semua kebutuhan mereka bisa tercukupi hingga mereka balik kembali ke Nazaret.

Membiayai keluarga bukanlah hal yang mudah.  Semakin anak bertambah banyak, bertambah usia, semakin bertambah juga jumlah pengeluarannya. Ini tentu membutuhkan kerja keras dari seorang ayah yang ditopang oleh istri yang baik dan bijaksana.  Tidak ada lagi kepentingan diri sendiri atau ambisi diri melainkan hanya kepentingan keluarga dan semua fokus hidupnya adalah demi kesejahteraan keluarga.  Suami yang seperti ini pastilah akan menghasilkan anak-anak yang luar biasa dalam karakter maupun karier karena ada Tuhan bersamanya dan karena ada pengorbanan besar dari orang tuanya. Bagaimana dengan fokus hidup Anda? Apakah seratus persen untuk keluarga atau masih ada keegoisan sendiri yang bisa membunuh masa depan keluarga.

Previous
Previous

Melangkah bersama Terang-Nya

Next
Next

Keluarga Yusuf - Bagian I