Keluarga Yusuf

Oleh: Pdt. Djohan Kusnadi

Empat, Yusuf mampu melihat bahwa segala kejahatan-kejahatan yang menimpa dirinya mampu diubahkan justru menjadi berkat dan kebaikan bagi dirinya.
Ini adalah sebuah langkah dan lompatan iman. Yusuf bisa sabar dan kuat menghadapi segala tragedi yang menimpa karena ia percaya tangan Tuhan sedang merenda suatu karya yang mulia.  Ia mungkin menafsirkan kejadian ia dimasukan ke dalam sumur karena Tuhan ingin dirinya belajar untuk tidak lagi hidup sebagai anak manja, anak yang di bawah ketiak ayahnya.  Ia harus belajar mandiri dimulai dari dalam sumur lalu ditambah menjadi status budak.  Anak yang selalu dilayani dan mendapatkan segala kasih sayang dan kehormatan dari ayah, ibu dan para pembantunya, sekarang justru lebih rendah dari pembantu, karena ia seorang budak yang tidak ada lagi harga dirinya, tidak ada lagi hak dan perlindungan keselamatan atas dirinya, tidak ada lagi rasa kasih dan perlakuan sebagaimana layaknya manusia karena ia sudah menjadi benda dan barang dagangan yang berbentuk manusia.

Ia harus belajar tegar, kuat dan sabar mengalami status dan masa budak hingga ia dibeli oleh Potifar.  Mengapa Yusuf Tuhan ijinkan masuk ke dalam rumah Potifar? Karena di sana ia harus belajar bagaimana mengatur keuangan, mengatur bisnis usaha kepala pengawal kerajaan Mesir.  Tentu banyak usahanya dan tidak sedikit nilainya.  Belum lagi dalam mengatur semua orang dalam keluarga orang ternama ini.  Semua diberikan dan dipercayakan kepada Yusuf karena memang Yusuf jujur dan cakap melakukan tugas itu.  Selain itu berkat Tuhan selalu menyertai sehingga segala yang ditangai Yusuf selalu diberkati dan berlipat ganda hasilnya.  Hasilnya Potifar sangat mempercayai Yusuf untuk mengatur seluruh hidupnya dan usahanya kecuali dalam hal makanan dan tentu istrinya.

Setelah dinyatakan berhasil dalam psosisinya itu maka Yusuf diwisuda Tuhan dan wisudanya adalah masuk penjara.  Tuhan kembali mengijinkan pemfitnahan istri Potifar menghantarkan Yusuf untuk masuk penjara karena Yusuf harus melanjutkan kuliahnya di penjara jurusan ilmu sosial dan politik.  Ia harus berhadapan dengan orang-orang yang belum pernah ia temui dalam kehidupannya.  Orang-orang yang begitu bejat, begitu jahat dan begitu sadis semua kumpul di dalam penjara. Setelah bisa mengatasi mereka bahkan mengendalikannya barulah Tuhan mewisudakan dirinya dengan menempatkan dirinya pada posisi yang tertinggi di kerajaan Mesir di bawah raja Firaun.

Akhirnya Yusuf mengucapkan kalimat hasil pembelajaran hidupnya: Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku,  tetapi Allah telah mereka-rekakannya  untuk kebaikan (Kejadian 50:20)

Lima, Yusuf berhasil membimbing seluruh anggota keluarganya.
Keluarga Yusuf adalah keluarga pertama yang sama sekali tidak bermasalah dan sangat indah di mata Tuhan. Tidak ada sama sekali catatan kelemahan atau kekurangan Yusuf dan keluarganya. Sumber di Alkitab terbatas tentang siapakah istri Yusuf.  Hanya ada 2 ayat saja yang menginformasikan bahwa istri Yusuf bernama Asnat, anak perempuan imam Potifera di kota On (Kej 41:45, 50; 46:20).  Dikatakan dalam tradisi bahwa Asnat ini penyembah berhala namun ia meninggalkan agamanya dan membuang berhalanya sebelum menikah dengan Yusuf.  Yusuf berhasil membimbing Asnat untuk seiman, sehati dan sepikir dalam kehidupan berkeluarga.  Yusuflah yang memberi nama Manasye dan Efraim kepada kedua anak laki-lakinya dan membawa mereka untuk diberkati oleh Yakub dengan memberikan posisi yang benar sebagai anak sulung Manasye di sebelah kanan Yakub dan Efraim di tangan kirinya.  Namun ketika Yakub membalikan tangan dengan menaruh tangan kanan ke kepala Efraim dan tangan kiri ke kepala Manasye maka Yusuf mencoba mengoreksi kesalahan itu.

Yusuf begitu teratur dan tertib karena ia ingin anak yang sulung berhak dan selayaknya memperoleh hak kesulungannya.  Ia persis sama seperti Ishak kakeknya dan sangat bertolak belakang dengan Yakub, ayahnya yang justru mengangkat kedua anak-anak Yusuf setara dan selevel dengan kakak-kakaknya.

Yusuf sangat mahir dalam mengatur strategi nasional dan penganggulangan bencana kelaparan.  Ia juga adalah suami dan kepala keluarga yang baik. Tidak ada kelemahan sedikipun ditemui dalam kehidupannya maupun kehidupan rumah tangganya. Inilah kelebihan Yusuf yang luar biasa dibandingkan dengan ayahnya, kakeknya dan karena tidak banyak orang yang bisa sukses dalam keluarga sekaligus dalam karir. Firman Tuhan mengatakan bahwa seorang kepala keluarga yang baik adalah syarat untuk bisa memimpin jemaat (I Tim 3:1-12).

Enam, Yusuf beriman kepada Tuhan Allah.
Hal ini nampak di Kitab Ibrani 11: 22 Karena iman maka Yusuf menjelang matinya memberitakan tentang keluarnya orang-orang Israel dan memberi pesan tentang tulang-belulangnya. Ini adalah perkataan terakhir Yusuf sebelum meninggal bahwa ia sudah melihat bahwa keluarga ayahnya yang dibawa Yusuf ke Mesir suatu saat akan keluar dari Mesir.

Yusuf yang sangat dekat dengan Tuhan dan hidup lurus tanpa cela di hadapanNya adalah Yusuf yang pernah Tuhan berikan dua kali mimpi spesial.  Ia juga diberi kemampuan hikmat agar bisa mengartikan mimpi Juru minum dan Juru roti bahkan arti dari dua mimpi raja Firaun. Kini diusianya yang senja kembali ia melihat suatu penglihatan akan keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir.  Yusuf menyadari bahwa tanah perjanjian yang Tuhan sediakan bukanlah Mesir melainkan Kanaan.

Karena imannya, Yusuf berpesan agar tulang belulangnya turut dibawa keluar dari Mesir karena iapun ingin turut masuk ke negeri yang sudah Tuhan janjikan sejak dari nenek moyangnya Abraham walaupun hanya tulang belulangnya.  Negeri Kanaan adalah negeri yang dimana Tuhan akan memerintah sebagai Tuhan dan Raja sehingga Yusuf ingin juga bisa masuk negeri itu walau hanya tulang belulangnya saja.

Previous
Previous

Sengsara-Nya dan Jalan Masuk Kita

Next
Next

Sikap dalam Memberi