Keluarga Ruben - Bagian II

Oleh: Pdt. Djohan Kusnadi

Dari semua kebaikan dan kelebihan Ruben tidaklah berarti apa-apa akibat satu kesalahan fatal yang menghancurkan dirinya dan jati dirinya sebagai anak sulung menjadi anak yang ditolak hak kesulungannya.  Hal ini disebabkan karena ia berani meniduri salah satu istri (gundik) ayahnya yang bernama Bilha (Kej 35:22).  Padahal Bilha adalah Ibu dari adik-adiknya yaitu: Dan dan Naftali.

Alkitab tidak menjelaskan apa alasan Ruben sampai berani meniduri Bilha? Namun bila dicermati, peristiwa itu terjadi setelah Rahel istri yang paling dicintai Israel (Yakub) meninggal dunia setelah melahirkan Benyamin.

Kejadian 35:18-22 mencatat:  Dan ketika ia hendak menghembuskan nafas--sebab ia mati kemudian--diberikannyalah nama Ben-oni  kepada anak itu, tetapi ayahnya menamainya Benyamin. Demikianlah Rahel mati, lalu ia dikuburkan di sisi jalan ke Efrata, yaitu Betlehem. Yakub mendirikan tugu di atas kuburnya; itulah tugu kubur  Rahel sampai sekarang. Sesudah itu berangkatlah Israel, lalu ia memasang kemahnya di seberang Migdal-Eder. Ketika Israel diam di negeri ini, terjadilah bahwa Ruben sampai tidur dengan Bilha, gundik  ayahnya, dan kedengaranlah hal itu kepada Israel.

Setelah masa kedukaan selesai, Israel bukanlah kembali kepada Lea, istri pertamanya yang juga adalah Ibu kandung Ruben, tetapi Yakub malah mulai lebih dekat dengan Bilha.  Ada kemungkinan Bilha sendiri yang ingin mengambil posisi Rahel yang sudah tiada. Demi untuk lebih dekat dengan Israel, kemungkinan Bilha banyak merayu dan membujuk Israel.

Hal itu tentu tidak menyuka citakan hati Ruben.  Ia sangat berharap justru Israel harus kembali ke istri pertamanya dan melimpahkan cintanya hanya kepada Lea, Ibu Ruben. Untuk menghancurkan niat Bilha yang ingin merebut kasih ayahnya, maka ia berjuang keras untuk bisa tidur dengan Bilha.  Ruben sengaja lakukan itu untuk membangkitkan kemarahan Israel kepada Bilha.

Ruben mungkin menyadari segala konsekuensinya bila itu terjadi namun paling tidak tindakan itu akan mengakibatkan ayahnya membenci Bilha. Namun Ruben berani lakukan demi untuk Ibunya.

Perbuatan itu tentulah sangat memalukan dan membuat amarah ayahnya.  Memang pada saat itu belum ada hukuman yang dijatuhkan kepada Ruben, namun di mata Israel, Ruben bukan lagi anak sulungnya lagi.

Ketika melihat Yusuf masih hidup dan menjadi perdana menteri di Mesir, maka Yusuf yang adalah anak sulung dari Rahel (anak kesebelas dari urutan)  diangkat secara resmi sebagai anak sulungnya.  Peran Yusuf sebagai tangan kanan sang Ayah (anak sulung) sebenarnya sudah kelihatan ketika ia diberi tugas oleh ayahnya untuk mengantar makanan ke semua saudara-saudaranya.  Yusuf berhasil melakukan hal itu sampai tuntas walau ia harus dengan bersusah payah dan walau hasilnya adalah air susu dibalas dengan air tuba.

Akhirnya di masa tuanya, Israel baru menjatuhkan hukuman terhadap Ruben: Ruben, engkaulah anak sulungku,   kekuatanku dan permulaan kegagahanku,   engkaulah yang terutama dalam keluhuran,  yang terutama dalam kesanggupan. Engkau yang membual sebagai air, tidak lagi engkau yang terutama , sebab engkau telah menaiki tempat tidur ayahmu; waktu itu engkau telah melanggar kesuciannya.  Dia telah menaiki petiduranku! (Kej 49:3-4).



Kitab I Tawarikh 5 memperjelas lagi dengan mengatakan: Anak-anak Ruben, anak sulung Israel. Dialah anak sulung, tetapi karena ia telah melanggar kesucian petiduran  ayahnya, maka hak kesulungannya diberikan kepada keturunan dari Yusuf,  anak Israel  juga, sekalipun tidak tercatat dalam silsilah sebagai anak sulung.

Ruben dan keturunannya dihapuskan dalam silsilah sebagai anak sulung.  Sungguh sebuah hukuman yang sangat tragis karena Ruben dianggap tidak layak menyandang status sebagai anak sulung. Israel juga mencurigai masih banyak kecurangan atau kejahatan lain yang dilakukan Ruben demi untuk ibunya dan juga ibunya suka untuk menutupi kesalahan-kesalahan Ruben agar tidak terungkap.

Dalam tradisi orang Israel, perbuatan keji meniduri istri ayahnya bukan hanya pelanggaran berkenaan dengan masalah perzinaan, tetapi juga sebuah bentuk pengkhianatan dan kesalahan yang tidak bisa diampuni sama sekali.

Demi untuk alasan itulah ada orang yang sengaja melakukannya untuk memproklamasikan bahwa dirinya sekarang telah menjadi musuh ayahnya. Ini seperti yang dilakukan oleh Absalom dengan secara terang menderang agar disaksikan oleh rakyat ia meniduri semua gundik-gundik raja Daud, ayahnya di balkon istana, demi untuk mendapatkan dukungan penuh dari orang-orang yang ingin memberontak terhadap raja Daud (II Samuel 16:20-21). Juga demi untuk menguatkan hati pada pendukungnya bahwa mereka sekarang memiliki raja baru, yang adalah musuh besar raja Daud.

Dari semua kisah-kisah di Alkitab, kehidupan seks yang menyimpang ini selalu berakhir tragis dan sangat besar kerugiannya dan kerusakannya. Itulah sebabnya kehidupan seks yang kudus sangat penting dalam pernikahan dan keluarga Kristen.  Bila kehidupan seks tersebut sudah tidak kudus maka konsekuensinya bukan hanya bagi dirinya saja, tetapi menyebar sampai kepada anak-anak, keturunan, nama orang tua, gereja hingga nama Tuhan yang dipermalukan.

Kehidupan seks yang tidak kudus ada berbagai macam mulai dari kebiasaan menonton film-film yang tidak pantas yang penyalurannya selalu dengan melakukan masturbasi, onani dan suatu saat orang tersebut akan melakukannya secara real kepada objek yang persis seperti yang sering ditonton.

Dalam berpacaran selalu mengarah untuk melakukan hubungan seks yang katanya untuk ‘membuktikan cinta’ di antara mereka. Akibatnya adalah tidak ada berkat Tuhan, bahkan sebaliknya adanya kutukan-kutukan yang mulai berdatangan mulai dari seringnya terjadi perselisihan dan pertengkaran-pertengkaran, karena tidak mengenal akan karakter, kebiasaan, pandangan hidup masing-masing untuk lebih diselaraskan. Ini akibat semua waktu kencan selalu dihabiskan dengan seks.  Padahal seks itu hanya boleh dilakukan setelah seseorang menikah dalam pernikahan kudus. Bila sampai jadi menikah mereka memiliki risiko tinggi untuk memiliki PIL atau WIL yang kebanyakan harus berakhir dengan perceraian.

Begitu banyak kerugian yang harus ditanggung dari kehidupan seks yang tidak kudus ini seperti karier yang tidak pernah cemerlang dan kondisi anak-anak yang bermasalah akibat tidak ada contoh yang baik dari ayahnya sebagai kepala keluarga. Belum lagi faktor kesehatan yang cepat merosot akibat hukuman dari seks yang tidak kudus ini.

Nama baik tentu akan hancur dan sangat sulit untuk dipulihkan kembali. Dan yang paling menyedihkan di masa tuanya, ia akan mengalami sangat  kesepian dan kesunyian karena sulit bagi anggota keluarganya untuk mau mendekat atau tinggal dekat dengannya. Mereka sangat sakit hati melihat perbuatan yang memalukan itu

Walaupun terkadang ada motivasi atau niat-niat tersembunyi untuk berbuat baik, untuk menolong seseorang bukan berarti harus dilakukan melalui seks yang menyimpang.  Itu merupakan pilihan yang salah dan selalu berakibat fatal. Dampak kerusakannya di sini bersifat permanen dan tidak bisa dibatalkan sepanjang hidup keturunan-keturunannya.


Previous
Previous

Keluarga Yusuf - Bagian I

Next
Next

Kasih Yang Mewujud