Keluarga Musa

Oleh: Pdt. Djohan Kusnadi

Musa merupakan tokoh besar bagi bangsa Yahudi, Islam dan juga Kristen.  Sama seperti Abraham yang begitu dikagumi dan dihormati demikian pula dengan Musa. Musa bahkan begitu dijunjung tinggi bagi orang Yahudi sebagai pembuat hukum Allah dan juga standar hukum serta syariat agama mereka hingga saat ini. Termasuk di dalamnya untuk semua aturan, adat, budaya serta tradisi haruslah berpedoman pada hukum Musa sebagai landasan untuk berpijak.

Musa berasal dari suku Lewi. Ia adalah anak bungsu dari Amran dan Yokhebed.  Kakak-kakaknya adalah Harun dan Miriam yang kemudian hari diangkat menjadi pemimpin bersama Musa.  Harun dipilih dan diangkat menjadi imam besar dan semua anak laki-lakinya juga diangkat sebagai imam bagi bangsa Yahudi. Sedangkan Miriam, kakak yang pernah menjaga keselamatan dirinya sewaktu Musa bayi di dalam keranjang di atas sungai Nil diangkat Musa sebagai kepala pemimpin pujian bagi seluruh umat Israel.

Alkitab mencatat ada banyak sekali kelebihan-kelebihan dalam diri Musa.

Satu, ia elok (tampan) rupanya (Kel. 2:2; Ibr 11:23). Ada cukup banyak pemimpin-pemimpin Israel berwajah tampan selain Musa, ada juga Yusuf, Saul, Daud, dan masih banyak lagi.  Kisah Rasul 7:2 bahkan menyatakan bahwa Musa elok di mata Allah.  Berarti bukan hanya secara fisiknya elok (Kel. 2:2; Ibr 11:23)) tetapi juga dalamnya elok karena Tuhan Allah yang mengatakannya.

Walaupun demikian kelahiran Musa sungguhlah tidaklah seberuntung dengan kakak-kakaknya karena setelah beberapa hari kelahirannya, ia harus dimasukkan ke dalam keranjang rotan dan dibuang ke sungai Nil. Ia harus dipisahkan dan dibuang dari keluarga akibat peraturan yang begitu ketat dan kejam dari pemerintah Mesir.  Namun Tuhan Allah tetap selalu berkarya ditengah-tengah penderitaan seperti itu. Justru dalam kesusahan seperti itulah maka keranjang Musa bisa tersangkut di antara rumput liar di sungai Nil dan akhirnya ditemukan oleh para pembantu Putri Firaun yang kemudian Ketika dilaporkan kepada sang Putri, sang Putri mau menerima dan mengangkat Musa sebagai anak Putri Firaun.  Sejak itulah Musa yang artinya diangkat dari air resmi berdiam di istana Firaun. Dari keluarga budak yang miskin dan penuh penderitaan, Musa dijadikan bagian dari keluarga istana Firaun.

Tuhan terus berkarya begitu ajaib karena Putri Firaun mengizinkan adanya pengasuh bagi Musa yang masih bayi yang tiada lain adalah Yokebed, ibu kandung dari Musa sendiri. Otomatis dalam mengenal dan mendalami tradisi istana, Musa tetap dibekali akan pengenalan akan Allah serta tradisi sebagai orang Yahudi.

Musa sadar betul jati dirinya, dari mana dia berasal dan latar belakang keluarganya.  Walaupun di luarnya ia beratribut sebagai orang Mesir namun di dalam dirinya sungguh ia menyadari bahwa ia adalah Yahudi sejati.

Ini juga sama dengan kita sekalian sekarang ini.  Dari luar semua dari kita bisa beratribut yang berbeda-beda sesuai dengan tempat kelahiran, suku, ras, dan golongan.  Namun di dalamnya kita adalah sama. Semuanya adalah warga negara surga. Imamat yang Rajani, bangsa yang kudus, kepunyaan Allah (I Pet 2:9)

Dua, Musa memiliki hikmat yang luar biasa (Kis 7:22). Ini disebabkan ia menempuh pendidikan yang sangat berkualitas di istana Mesir dan juga dilengkapi dengan segala bentuk pelatihan sebagaimana layaknya bagi anak-anak kerajaan Firaun.

Tuhan Allah memang sedang mempersiapkan dirinya untuk kelak menjadi pemimpin besar bangsa Israel yang akan membawa mereka keluar dari tanah perbudakan menuju tanah perjanjian.  Untuk menggembalakan sekitar dua juta umat tentulah sangat diperlukan hikmat yang luar biasa dari surga. Terlebih kondisi mental orang Israel yang masih tetap bermental budak, suka memberontak, dan masih terpikat dengan gaya hidup lama Mesir, tanah perbudakan mereka.

Hikmat yang luar biasa tercermin dalam pilihan dan ketetapan imannya di mana Ibrani 11:24 mengatakan : Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak putri Firaun,  25 karena ia lebih suka menderita sengsara  dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. 26 Ia menganggap penghinaan karena Kristus  sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah. 

Anda bisa membayangkan segala ketenaran, kekayaan, kelimpahan yang sudah diperoleh di istana ditolaknya dan ia lebih suka untuk menderita sengsara bersama dengan orang Israel.  Konsep seperti ini juga dimiliki sama persis oleh Rasul Paulus yang membuang segala ketenaran, kuasa dan kekayaan.  Filipi 3:8: Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.

Bagaimana dengan Anda? Masihkah kekayaan, ketenaran, kuasa dan jabatan tinggi masih menjadi fokus utama dan tujuan hidup ini? Memang ada orang-orang tertentu Tuhan berikan hal itu namun bukan berarti mereka memfokuskan seluruh hidupnya demi untuk barang yang fana itu.

Musa dan Paulus karena hikmat Allah di dalam diri mereka, telah berhasil membawa mereka untuk mau melepaskan diri dari cengkeraman duniawi tersebut yang sering kali membawa kita semakin jauh dari Tuhan dan semakin dekat dengan dosa.

Tiga, Musa berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya (Kis 7:22). Konon menurut tradisi dan juga tulisan Josephus dikatakan bahwa Musa sangat sukses dalam karier kemiliteran selama dua puluh tahun. Ada banyak catatan penting dan keberhasilan yang telah diraihnya namun yang paling utama adalah keberhasilan Musa dalam memimpin pasukan Mesir untuk mengalahkan tentara Ethiopia dan Musa berhasil dengan gilang gemilang walau harus menghadapi begitu banyaknya tentara musuh.

Musa sungguh sangat percaya diri terhadap kemampuan perkataannya dan juga kepemimpinannya. Setelah jabatan sebagai Nabi dianugerahkan kepadanya, perkataan dan perbuatannya semakin terbukti luar biasa.  Segala yang dikatakannya kepada raja Firaun terbukti karena Tuhan Allah yang menyuruh untuk mengatakannya demikian pula segala perbuatannya dalam melakukan segala mukjizat sangat luar biasa.

Kuasa dalam perkataan dan perbuatan yang teristimewa hanya terjadi bila seseorang dipenuhi dan dikuasai oleh Roh Allah.  Tuhan Allah berkenan kepadanya dan memberikan otoritas dalam perkataan dan perbuatannya.  Banyak tokoh-tokoh Alkitab juga memiliki hal yang sama seperti Nuh, Abraham, Yusuf, Daud, Yohanes Pembaptis, Tuhan Yesus dan Rasul Paulus.

Empat, Musa kuat dan tabah menghadapi segala penolakan dirinya.

Ini hal yang paling luar biasa dalam kehidupan seorang pemimpin. Musa mengalami kemajuan dan pertumbuhan yang luar biasa menghadapi sikap penolakan tersebut.  Sewaktu pertama kali ia ditolak ketika berusaha mendamaikan ke dua orang Israel yang sedang berkelahi (Kel. 2:13-14), Musa segera melarikan diri demi untuk menyelamatkan nyawanya.  Namun Ketika Musa memimpin bangsa Israel, kembali ia ditolak berkali-kali, hampir dilempari batu, hingga terjadi pemberontakan besar dipimpin Korah, Dathan dan Abiram.  Namun kali ini Musa begitu sabar, penuh kelemahlembutan mengatasi badai-badai kehidupan tersebut bahkan akhirnya Tuhan Allah sendiri mengatakan bahwa Musa seorang yang paling lembut hatinya lebih dari pada semua manusia di muka bumi (Bil 12:3).

Hasil dari ketabahan dan kelembutan hatinya menjadikan Musa pemimpin terbesar bangsa Israel.  Dia juga secara normatif merupakan Nabi pertama orang Yahudi tersebut. Bahkan istilah hukum Musa identik dengan seluruh Perjanjian Lama.

Pemimpin yang besar bukan terjadi karena kepintarannya, kekuatan ototnya, strategi atau visinya.  Namun karena kegigihan, keuletan, ketabahan, kesabaran, kerendahhatian dan kelemahlembutan dalam menghadapi semua bentuk masalah hingga penolakan yang sampai mengancam nyawanya sekalipun.  Apabila itu semua bisa dilewati maka dirinya akan tampil sebagai pemimpin besar seperti Musa.

Previous
Previous

Kita Tetap Anak-Nya

Next
Next

Anugrah Keselamatan Yang Gratis