Jangan Lupa Kebaikan Tuhan!

Oleh: Pdt. Joni Stephen

Nats: Mazmur 103:1-22

Pendahuluan

I can’t remember!” “I forgot!” “I think I did, but I’m not too sure!

“Saya tidak dapat ingat!” “Saya lupa” “Saya pikir saya telah melakukannya, tapi saya tidak yakin sepenuhnya!”

How very easy it is to forget.

Betapa sangat mudah menjadi lupa.

Dr. Martyn Lloyd Jones, was a very well known preacher in London during the middle of the last century. With passion, in one of his sermons, he said: “Our hearts are so hard and stupid, that we’d even forget the death of our Lord Jesus for us, if he hadn’t given us something to continually remind us… The Lord’s Supper!”

Dr Martyn Lloyd Jones, adalah seorang pengkhotbah yang terkenal di London pada pertengahan abad yang lampau. Dalam salah satu khotbahnya, ia berkata dengan berkobar-kobar: “Hari kita begitu keras dan bodoh, sehingga kita sampai lupa akan kematian Tuhan Yesus untuk kita, kalau bukan Dia memberikan sesuatu yang akan terus mengingatkan kita… Perjamuan Kudus!”

Saya pikir kalimat tersebut terlalu keras. Apakah kita bisa begitu tidak peka dan bodoh?

Lalu saya melihat firman Tuhan di dalam Alkitab.

“Saya melihat bangsa Israel pada masa lampau. Tuhan telah menyatakan diri-Nya dengan begitu nyata. Ia telah berbicara kepada Musa ‘muka dengan muka’. Ia telah membebaskan mereka dari Mesir. Ia telah memimpin mereka menyeberangi laut. Ia telah memberikan mereka ‘manna’ dan daging burung puyuh. Ia telah membebaskan mereka dari musuh-musuh mereka. Ia telah menunjukkan kepada mereka hadirat-Nya melalui tiang awan dan tiang api.”

Tetapi apakah mereka ingat? TIDAK, begitu sering mereka lupa. Begitu sering mereka berpaling kepada ilah-ilah tangan mereka. Tentang anak lembu emas, mereka berkata “Inilah allah yang telah menuntun kami keluar dari tanah Mesir!” Betapa bodoh mereka!

Pertama, pengampunan dan penyembuhan (ayat 3)… dosa telah ditebus. Ditebus sepenuhnya dalam Yesus. Saudara bergumul atas apa yang telah saudara lakukan di masa lampau, dan atas tidak konsistennya masa kini. Tetapi saudara juga tahu bahwa “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita!” Penyembuhan mutlak, terutama penyembuhan yang kita perlukan… adalah penyembuhan jiwa kita yang sakit. Itu adalah janjinya. Apakah saudara akan meraih janji tersebut hari ini, sehingga janji tersebut menjadi milik saudara? Apakah jiwa saudara berbisik “Telah diampuni. Telah diampuni”?

Kedua, penebusan (ayat 4). Kata ini tidak banyak kita gunakan. Ini berarti ‘membeli kembali’. Ini adalah kiasan yang menggambarkan keadaan kita sebelumnya… dimiliki oleh lawan Kristus yaitu Setan. Tetapi sekarang kita menjadi milik Tuhan. Tuhan yang rahmat dan penuh anugerah. Dibeli kembali melalui kematian Yesus. Apa pun yang terjadi pada kita… kita tahu bahwa kita adalah milik Tuhan sampai kekal. Sungguh begitu istimewa damai sejahtera yang kita miliki melalui penebusan Tuhan! Apakah jiwa kita menginginkan damai sejahtera? Oh pasti.

Ketiga, kasih setia, rahmat dan kepuasan (ayat 4,5). Dapatkah saudara minta untuk lebih dari dikasihi, dimengerti, diperhatikan dan dipuaskan? Bayangkan diri saudara sedang mengalami kesulitan yang dalam… apa pun penyebabnya. Dosa dan keadaan mengimpit saudara. Tiba-tiba… anugerah Tuhan menjamah saudara. Semuanya berubah. Terang mulai bersinar. Masalahnya berlalu. Saudara menjadi bebas.

Tidakkah saudara ingin berteriak secara spontan ‘Haleluya!’

Itulah gambaran dari jiwa yang merasakan kepuasan. Dan justru itulah yang Tuhan berikan kepada anak-anak-Nya.

Tuhan tidak hanya ingin kita mengetahui keajaiban jiwa yang damai… tetapi Ia tidak mau kita melupakan hal itu. Sungguh, melalui Pemazmur telah dilukiskan sebuah gambar yang indah sekali, sehingga kita dapat mengingat lebih jelas lagi keajaiban dari anugerah Tuhan.

Ia menggambarkan dirinya seperti seekor burung rajawali (ayat 5). Tidak lagi dibatasi oleh hukum dan peraturan-peraturan dari dunia yang sesat dan penuh dosa. Ia melihat dirinya sebagai berada tinggi di langit, mengikuti arus angin dan gelombang badai. Tinggi di atas segala-galanya. Bebas. Bersukacita. Seperti burung rajawali… diampuni, diperbaharui, disegarkan, dipuaskan… dekat dengan Tuhan. Sebagai sahabat Tuhan.

Ia melukiskan gambar-gambar indah lainnya… Gambar-gambar yang akan memenuhi pikiran dan jiwa dari umat Allah, sehingga mereka akan memandang dengan kagumnya Tuhan yang ajaib dan penuh rahmat. Ia melukiskan kebaikan-kebaikan-Nya.

Kasih setia-Nya. Berapa besar kasih setia-Nya? Bagaimana kita dapat mengukurnya? Berapa jauh jarak antara dunia dan surga? Kita tidak mempunyai jawabannya, bukan? Pikiran kita tidak mungkin menghitung jarak yang tidak dapat diukur! Berapa besar kasih setia-Nya pada saudara? Pemazmur menggambarkan “Setinggi langit di atas bumi!” (ayat 11). Tidak dapat dihitung! Itulah jawabannya.

Selanjutnya. Sejauh mana Ia telah mengampuni saudara? Sekali lagi kita mencari jawaban yang tepat. Jawabannya ada di luar pikiran kita. Maka pemazmur melukiskan demikian “Sejauh timur dari barat.” (ayat 12). Seberapa jauh timur dari barat dari sudut pandang saudara? Centre Point ke Bondi Beach? Apakah Ia hanya menghapus dosa kita sejauh itu? Tidak terlalu memuaskan, bukan? Tapi sekarang lihat jawabannya dari sudut Tuhan. Sebelah barat Tuhan adalah seberapa barat yang kekal. Sebelah timur Tuhan adalah sebelah timur yang kekal. Berapa jauh Ia telah mengambil dosa kita? Sebegitu jauhnya, sehingga dosa tersebut tidak mungkin ditarik atau ditelusuri kembali! Itulah yang dikatakan ayat ini, bukankah demikian? Dosa kita, tidak pernah lagi diingat oleh Tuhan! Telah diambil oleh Yesus.

Sampailah pada kesimpulan “Tetapi kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia” (ayat 17). Dan sekali lagi di ayat 18 kita dapati seruan untuk “mengingat”.

Previous
Previous

Hadiah dari Surga - Bagian I

Next
Next

Hati-hati Menggunakan Lidah