Doa Yabes - Bagian II

Oleh : Suryanto

Bahan Nats: I Taw. 4:9-10

Di bagian I, saya sudah menjelaskan kisah Yabes adalah sesuatu yang unik. Saya sudah menjelaskan bahwa nama Yabes tiba-tiba saja disebut oleh penulis kitab Tawarikh. Seakan-akan penulisnya tiba-tiba ingat akan sesuatu atau seseorang yang penting sehingga dia berhenti menjelaskan apa yang sedang dia lakukan, lalu menyebut nama Yabes. Doa yang dipanjatkan Yabes juga dicatat oleh penulis kitab Tawarikh dikabulkan Tuhan. Ada sesuatu yang istimewa dengan Yabes dan doanya. Kita kemudian mendapat petunjuk bahwa Yabes dan doanya itu istimewa karena Yabes mempunyai karakter yang istimewa juga. Karakter yang membedakan dia dengan saudara-saudaranya. Doanya dikabulkan karena dia adalah seorang yang terhomat! Sebelumnya saya juga menjelaskan kriteria pertama seseorang itu dianggap terhormat, yaitu: orang yang terhormat adalah orang yang tidak mencari kehormatan bagi dirinya sendiri. Saya akan melanjutkan ke kriteria yang kedua.

Kriteria yang kedua, dari 1Kor. 12:23, di situ disebutkan dalam bahasa Inggris: “And the parts that we think are less honorable, we treat with special honor. And the parts that are unpresentable are treated with special modesty.” Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus. Orang yang terhormat adalah orang yang memperlakukan orang lain yang kurang darinya; orang-orang kecil, orang-orang yang di mata orang lain mungkin kurang berharga, orang-orang yang tidak mendatangkan keuntungan bagi dia, orang-orang yang dipandang sebelah mata; orang-orang seperti itu diperlakukan oleh orang yang terhormat dengan spesial dan baik.

Sekali lagi kita juga gampang sekali jatuh ke dalam kesalahan ini. Kami di STT SAAT itu mempunyai banyak tukang kebun dan tukang sapu. Biasanya hari Senin, semua mahasiswa berolahraga bersama. Biasanya kami harus melewati tukang kebun dan tukang sapu tersebut dan kami terbiasa menyapa mereka dengan ramah dan dengan senyuman. Semua mahasiswa melakukan hal itu dan mahasiswa yang baru juga belajar menyapa mereka. Suatu kali, sewaktu libur, saya pulang ke Jakarta. Waktu itu saya dan istri diajak teman untuk jalan pagi di sebuah kompleks perumahan. Waktu saya jalan pagi itu, saya juga melewati beberapa orang tukang kebun dan tukang sapu yang bekerja di taman tersebut. Saya berjalan terus saja tanpa menyapa mereka. Sewaktu saya berjalan melewati mereka, tiba-tiba Tuhan menegur saya. Tuh kan, kamu melewati mereka begitu saja. Di kampus, kamu bisa menyapa orang-orang seperti itu, ya mungkin karena kamu sedang dilihat yang lain. Atau mungkin kamu cuma sekedar mengikuti kebiasaan itu karena kamu tidak ingin dicela orang bahwa kamu tidak peduli dengan mereka. Sekarang tidak ada orang yang melihat, masihkah kamu bisa memperlakukan mereka dengan baik? Saya merasa malu sekali ditegur seperti itu oleh Tuhan. Saya balik lagi ke arah tukang kebun dan tukang sapu tersebut, lalu menyapa mereka: “Selamat pagi Pak! Selamat pagi Bu!”

Saudara, Anda pun juga bisa jatuh ke dalam kesalahan ini. Saudara mungkin sering kali memperlakukan orang-orang yang kecil, yang mungkin tidak berarti bagi Saudara, yang tidak mendatangkan keuntungan, dengan kurang baik. Saudara mungkin memperlakukan karyawan atau pembantu dengan kurang baik. Di gereja, di hadapan jemaat lain, mungkin Saudara seperti malaikat, senyum, ramah, tetapi di rumah, di kantor, Saudara memperlakukan orang-orang seperti itu dengan kurang baik. FT ini sekali lagi menegur kita semua. Saudara mau hidup Anda spesial di mata Tuhan? Saudara mau doa Saudara dikabulkan oleh Tuhan? Jadilah orang yang terhormat, yang memperlakukan orang-orang kecil, orang-orang yang tidak berarti di mata orang lain, dengan baik.

Previous
Previous

Yesus Kristus Perantara Sejati - Bagian II

Next
Next

Yesus Kristus Perantara Sejati - Bagian I