Terang Tuhan (Bagian I)

Oleh: Ev. Suryanto

Yohanes 3:1-3, “Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya." Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah."

Yohanes 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Berbicara mengenai Terang Tuhan, kita perlu untuk terus menjaga terang itu tetap bercahaya. Untuk menjaga terang itu tetap bercahaya, kita perlu mempunyai atau melakukan beberapa hal yang disebut sebagai disiplin rohani atau spiritual discipline. Namun sebelum kita membahas apa itu disiplin rohani dan bagaimana melakukannya, kita perlu mengetahui terlebih dahulu titik awal atau starting point kita dalam melakukan disiplin rohani tersebut.

Bagian Firman Tuhan yang kita baca ini adalah mengenai kisah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. Sebagai seorang Farisi, Nikodemus adalah pengamat dan penegak hukum Taurat yang sangat teliti. Mereka ingin hidupnya berkenan kepada Tuhan dengan cara melakukan dengan teliti hukum Taurat. Ini artinya Nikodemus sebenarnya adalah seorang yang sudah “terbiasa” dalam hal melakukan disiplin rohani. Namun, Nikodemus dalam bagian ini dicatat datang pada waktu malam kepada Yesus. Tampaknya ada sesuatu yang mengganggu pikiran dia sehingga dia rela “menanggung risiko” datang kepada Yesus yang pada saat itu dianggap musuh oleh kaum Farisi. Sepertinya dia, walaupun sudah melakukan semua disiplin rohani, merasa ada sesuatu yang salah atau kurang pada dirinya dan apa yang dilakukannya untuk berkenan kepada Tuhan.

Tuhan Yesus tanpa tedeng aling-aling langsung mengatakan apa yang selama ini menjadi permasalahan dalam diri Nikodemus. Yesus berkata: “Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” Dengan kata lain, Yesus hendak mengatakan bahwa jika seorang tidak dilahirkan kembali, maka percuma saja semua disiplin rohani yang dilakukannya! Nikodemus yang belum mengerti hal ini tentu saja bingung dan dia bertanya apakah saya harus masuk kembali ke dalam rahim ibu dan dilahirkan kembali (ayat 4). Yesus menjawab bahwa yang dimaksudkan diri-Nya dengan dilahirkan kembali adalah orang tersebut harus dilahirkan kembali oleh Roh Kudus! Nikodemus lagi-lagi bingung apa yang Yesus maksudkan dengan dilahirkan kembali oleh Roh Kudus (ayat 9). Yesus kemudian memberi jawaban apa yang dimaksudkan-Nya dan inilah titik awal (starting point) kita. Dia berkata di dalam ayat 14-15, “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Titik awal kita adalah percaya kepada Yesus!

Banyak orang Kristen yang “mengaku” bahwa dirinya sudah percaya Yesus. Namun sebenarnya percaya seperti apa yang harusnya menjadi titik awal kita? Yesus berkata di dalam ayat 16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Percaya yang menjadi titik awal kita adalah ketika kita mengerti akan keberdosaan kita yang patut dihukum dan dibuang dalam kebinasaan kekal, akan tetapi Allah menunjukkan anugerah. Karena kasih-Nya yang begitu besar akan dunia ini, Dia menggantikan kita, menerima hukuman yang seharusnya kita terima. Bukan itu saja, Dia tidak hanya menggantikan kita dan menerima hukuman, Dia juga mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya. Tidak hanya berakhir di sini, Dia juga menjadikan kita ahli waris-Nya. Kita orang-orang yang karena dosa kita, yang telah membuat anak-Nya harus mati di atas kayu salib, tidak hanya sekarang diangkat sebagai anak tetapi juga dijadikan ahli waris-Nya. Itulah titik awal dari perjalanan kita dalam hal melakukan disiplin rohani. Kalau perjalanan kita tidak berawal dari sini, maka seperti Nikodemus, semua yang kita lakukan, semua disiplin rohani yang kita lakukan itu akan sia-sia.

Fokus:
Apakah kita sudah memulainya dengan benar? Apakah kita memulainya dengan percaya kepada Yesus? Seperti apakah percaya kepada Yesus yang benar itu? Apakah Saudara/i sudah percaya Yesus dengan benar? Karena kalau kita tidak percaya dengan benar, kita tidak memulainya dengan benar. Kalau kita tidak memulai dengan benar, maka semua disiplin rohani kita akan sia-sia kita lakukan.

Doa:
Tuhan terima kasih untuk kasih-Mu yang begitu besar untuk saya. Engkau demikian besar mengasihi kami sehingga Engkau rela mati menggantikan saya, menerima hukuman yang seharusnya saya terima. Tidak hanya itu saja, Engkau mengangkat saya yang sebenarnya adalah pembunuh Anak-Mu menjadi anak-anak-Mu. Engkau mengangkat saya menjadi ahli waris-Mu. Terima kasih untuk kasih dan anugerah-Mu itu, saya sekarang mau percaya kepada Engkau Tuhan Yesus. Masuklah ke dalam hati saya dan jadilah Tuhan atas hidup saya ya Yesus. Amin!

Previous
Previous

Mengerti Doa seperti yang Tuhan Ajarkan

Next
Next

Ketidakpercayaan Kita