Melayani Dengan Hati

Oleh: Pdt. Gideon Ang

(II Tawarikh 31:20-21) “Demikianlah perbuatan Hizkia di seluruh Yehuda. Ia melakukan apa yang baik, apa yang jujur, dan apa yang benar di hadapan Tuhan, Allahnya. Dalam setiap usaha yang dimulainya untuk pelayanannya terhadap rumah Allah, dan untuk pelaksanaan Taurat dan perintah Allah, ia mencari Allahnya. Semuanya dilakukannya dengan segenap hati, sehingga segala usahanya berhasil.”

A. Melayani dengan hati adalah persoalan bagaimana melayani dengan hidup. Dalam buku Religious Affection karangan Jonathan Edwards menuliskan tentang hal ini sebagai “the passions that move the will to act” – yakni suatu keinginan yang begitu kuat untuk menggerakkan kehendak seseorang untuk bertindak. Melayani seharusnya adalah tindakan karena kerinduan yang begitu kuat dari hidup baru kita yang digerakkan oleh pekerjaan Roh Kudus. Dapat disimpulkan melayani dengan hati berhubungan erat dengan pernyataan ucapan syukur kita:

  • Melayani adalah refleksi : merupakan pernyataan hidup kita yang sungguh, apa adanya, pekerjaan melayani terpancar keluar secara wajar dari hidup kita yang sudah ditebus.

  • Melayani adalah reaksi : merupakan jawaban kita karena tindakan Allah yang menyelamatkan kita manusia yang berdosa dan tidak layak di hadapan-Nya.

  • Melayani adalah glorifikasi : melayani adalah untuk memuliakan Allah.

  • Melayani adalah proklamasi : dengan melayani sebenarnya kita sedang memproklamasikan (menyaksikan) pekerjaan Allah yang begitu agung yang sudah terjadi dalam hidup.

  • Melayani adalah partisipasi : melayani artinya kita ikut ambil bagian, ikut serta dalam pekerjaan Allah untuk meluaskan kerajaan-Nya.

B. Bagaimana pedoman kita untuk melayani dengan hati? Mari membawa suatu pola pikir - “mind set” ke mana pun kita pergi melayani dan apa pun yang kita lakukan untuk melayani Tuhan:

  1. Grace Mind Set – pola pikir anugerah : suatu hidup yang selalu membawa pikiran bersyukur bahwa kita sudah mengalami anugerah Allah :

    • God is so good – Allah itu begitu baik.

    • Dia sudah mengaruniakan anugerah-Nya kepada manusia.

    • Kita sudah menerima anugerah keselamatan itu.

    • Kita ingin selalu merenungkan, meresapi dan membagikan anugerah itu.

  2. Disciple Mind Set – pola pikir murid Tuhan : seorang yang melayani Tuhan seharusnya siap mau diajar, siap mau belajar dan siap mau mengajar.

  3. Love Mind Set – pola pikir mengasihi : ketika melayani mari kita membawa pula hati yang mencintai mereka yang kita layani dengan meneladani Kristus, dan ini mempunyai 4 aspek :

    • Equality, kenosis, mengosongkan diri; Kristus mempunyai kesetaraan dengan Allah tetapi Dia tidak mempertahankan, melainkan Dia mengorbankan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba untuk menjadi sama dengan manusia.

    • Mutuality, sama rasa, kita dapat mengerti apa yang dirasakan oleh mereka yang kita layani ataupun yang dirasakan sesama rekan.

    • Intimacy, keeratan, melayani membutuhkan membuka diri, memberikan waktu, perhatian, dan energi kita untuk bekerja sama dengan mereka yang kita layani.

    • Admiration, menghargai, di dalam melayani diperlukan saling menghargai; kita menghargai (tidak menghina) mereka yang kita layani, kita menghargai pula pendapat dan pekerjaan sesama rekan kita.

Dalam bacaan Alkitab kita hari ini, disebutkan raja Hizkia melakukan apa yang baik, yang jujur dan yang benar di hadapan Tuhan. Dalam setiap usahanya untuk melayani di dalam rumah Allah, ia selalu mencari Allah dan melakukan pelayanannya dengan segenap hati, sehingga usahanya berhasil.

Ketika kita mengatakan ingin melayani dengan hati, mari kita mulai dengan ‘gracious heart’ – hati yang mempunyai belas kasihan, yang berasal dari hati yang mengucap syukur dan grace mind set karena pekerjaan Allah di dalam hati kita. Di dalam pelayanan yang mungkin ringan tetapi mungkin pula berat, kita selalu memiliki hati gembala, love mind set yakni hati yang mencintai domba-domba yang dipercayakan Tuhan untuk kita layani. Agar usaha kita berhasil, jalan utama melayani adalah full hearted – melayani dengan segenap hati, dengan bijaksana mengatur kehidupan kita agar selalu tersedia waktu untuk Tuhan yang kita cintai dan layani.

Sudahkah kita mengalami anugerah keselamatan Tuhan? Bila kita sudah mengalami anugerah itu, sudahkah kita melayani-Nya dengan hati yang berpola pikir anugerah, berpola pikir murid dan berpola pikir mengasihi? Sharing-kanlah bagaimana Tuhan memberkati pelayanan Anda dengan membuatnya berhasil.

Previous
Previous

Kasih Yang Ajaib

Next
Next

Buah Roh, Bagian I